Jangan lupa meninggalkan jejak berupa vote atau komen!!
AUTHOR POV
Yera dan Dylan duduk di taman belakang rumah, setelah Kean pergi tiba-tiba. Dylan entah kenapa langsung muncul. Yera yang akan menutup pintu kamarnya pun mengurungkan niatnya.
Pria itu langsung mengajaknya ke halaman belakang.
"Ekhem... maaf aku main narik kamu, cuma kalau ngomongnya di kamar nanti dikira ngapa-ngapain lagi," ucap Dylan setelah lama terdiam.
"Oh... ya gak papa!" jawab Yera sambil memengang pergelangan tangannya.
"Kamu beneran hamil?" pertanyaan Dylan terdengar memastikan membuat Yera terdiam.
"Kamu hamil, Ra?" ulang Dylan lebih lembut.
Yera hanya mengangguk, moodnya hilang setelah Dylan kembali membahas soal dirinya yang berbadan dua.
"Kok bisa?" tanya Dylan bingung membuat Yera berdecak.
"Ya, bisa lah! Waktu itu yang kedua kalinya lo perkosa gue di kantor lo! Terus yang ketiga kalinya di apartemen lo! Lo sih jadi cowok sangean banget!" frontal Yera membuat Dylan melotot, Dylan membuatnya emosi hal itu berpengaruh dengan cara bicaranya.
"Eh! Mulutnya!" Dylan menatap Yera sambil geleng-geleng kepala.
Dylan jadi mengingat waktu adiknya Cenora dulu hamil, Cenora seketika menjadi perempuan yang sangat cerewet dan juga tingkahnya yang penuh dengan keanehan.
Cewek hamil emang sama aja!
"Ya, kamu sih! Kaya gak percaya gitu!" ucap Yera menunduk.
Dylan yang melihatnya gelagapan, ia pernah ada disituasi seperti ini. Cenora jika akan menangis, ia pasti menunduk.
"Aduh! Maafin, Ra! Aku cuma kaget aja! Kepala ku terngiang-ngiang mulu!" ucap Dylan membuat Yera mengangguk.
"Aku cuma mau bilang, aku mau minta maaf! Kali ini aku gak tau harus minta maafnya kaya apa lagi ke kamu! Aku udah jahat banget sama kamu! Dan maaf juga atas sikap aku yang suka semena-mena. Bahkan aku menghadirkan nyawa lagi sama kamu! Seandainya waktu itu aku pake—."
"Stop! Udah, kamu gak usah bahas itu lagi!" potong Yera, ia tau ke arah mana Dylan berbicara.
"Oke, a-aku minta maaf!" ucap Dylan dibalas gumaman.
"Ra! Aku mohon sama kamu! Kamu nerima lamaran aku, mungkin aku gak sesempurna yang kamu harapkan sebagai imam kamu! Aku emang jauh dari kata sempurna, bahkan sikap aku bisa disamakan dengan binatang. Aku cuma mau yang terbaik untuk anak-anak kita kelak! Aku gak mau buat kesalahan yang sama untuk kedua kalinya. Apa kabar anak aku yang kedua kalau tau dia bernasib sama kaya Kakaknya? Nanti mereka berpikir aku gak ngeharapin mereka. Aku cuma kasih tau satu hal, kalau anak-anak itu butuh orang tau yang lengkap untuk pertumbuhannya," ucap Dylan terdiam menatap wajah Yera yang juga terdiam.
"Aku tau, kamu bisa buat Zean tumbuh besar tanpa aku. Tapi, apa kabar dengan anak kita yang masih di dalam kandungan? Kamu gak mau 'kan dipanggil single parents terus? Di luar negeri orang-orang memang gak peduli, tapi kamu gak selamanya akan di sini terus 'kan? Ada saatnya kamu pergi ke Indonesia dan di sana anak-anak akan dipertanyakan tentang kejelasan mereka bisa hadir," lanjut Dylan.
"Ak-aku gak tau, Lan!" jawab Yera gugup, sejak kemarin ia tidak tau harus mengungkapkan perasaannya seperti apa.
Di satu sisi, dia mau anak-anaknya berkumpul dengan keluarga kandungnya. Tetapi, di sisi lain. Dia masih kurang percaya dengan Dylan, apalagi dulu dia tidak terlalu tau tentang pria itu, karena memang mereka tidak terlalu dekat. Hanya sebatas sepupu.
"Kamu harus percaya sama aku! Sebelum memulai suatu hubungan, kita pastinya harus saling mempercayai. Bagaimana kelanjutan hubungan itu kalau kita yang menjalaninya saja tidak percaya?" ucap Dylan lagi dengan senyuman membuat Yera menatapnya.
"Seserius apa kamu sama aku?" tanya Yera menatap Dylan intens.
"Aku benar-benar serius sama kamu, kamu tau sendiri aku gak pernah dekat sama perempuan kecuali orang di sekitar ku. Sekali nya aku mau dengan satu perempuan, itu artinya aku benar-benar serius!" ucap Dylan menatap Yera yang mengalihkan pandangannya.
Yera tersenyum tipis mendengar penjelasan Dylan.
"Aku memang belum punya perasaan sama kamu, kamu harus janji sama aku! Janjinya, kita harus bisa membuat satu sama lain mempunyai perasaan. Mau itu cinta atau suka, gak masalah! Kalau untuk sayang aku ke kamu itu udah ada kok! Jadi tenang aja!" lanjut Dylan lagi membuat Yera mengigit bibir bawahnya.
Kalimat akhir yang diucapkan Dylan benar-benar membuatnya bimbang.
"Kalau kamu gimana?" pertanyaan yang dilontarkan Dylan membuat Yera menatapnya.
"Ak-aku... gak tau," jawab Yera menatap sekitarnya.
Dylan yang melihat itu menghembuskan napasnya, ia kemudian tersenyum. "Ya udah, gak papa! Kita coba aja dulu! Mau 'kan?"
Yera bingung mendengarnya, "Mau apa?" tanyanya dengan wajah cengonya membuat Dylan memijit keningnya.
"Kita coba untuk hidup bersama, bagi aku sekarang ini. Yang paling utama kebahagiaan anak-anak, jadi kamu mau 'kan? Kamu gak usah mikirin aku, anak-anak aja dulu kamu utama in," jelas Dylan membuat Yera semakin terdiam.
"Aku gak mau coba-coba pernikahan! Tapi, karena kesungguhan kamu! Aku mau menikah sama kamu!" ucapan Yera membuat Dylan menganga dengan mata melotot.
"Beneran?" tanyanya memastikan dibalas anggukan.
Refleks Dylan memeluk Yera, ia lalu mencium puncak kepalanya. "Ahh!! Akhirnya!! Makasih, Ra!!" pekiknya masih setia menciumi puncak kepala Yera membuat sang empu terkekeh.
Semudah itu kah dirinya membuat seorang Dylan bahagia?
#####
Jangan lupa vote!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Really Hate! [SELESAI]
Romance[FOLLOW SEBELUM MEMBACA DAN JANGAN LUPA MENINGGALKAN JEJAK] Cerita seorang gadis yang berubah menjadi seorang wanita yang hamil diluar nikah karena ulah Kakaknya dan Kakak sepupunya yang berakhir diusir dari rumah keluarganya. Ia mengetahui satu fak...