THIRTY SEVEN

4.4K 188 3
                                    

Jangan lupa meninggalkan jejak berupa vote atau komen!!

AUTHOR POV

Dylan beserta kedua orang tuanya baru saja tiba di Washington, mereka baru tiba saat makan siang sudah selesai dari 1 jam lalu. Untung saja Dylan selalu berpergian menggunakan jet pribadinya membuat mereka hanya memerlukan waktu kurang lebih 10 jam untuk sampai di Washington.

Vian memiliki jet pribadi, tetapi ia hanya menggunakannya di wilayah Indonesia saja. Lagipula, perusahaannya di luar negeri sudah ada yang menguruskan. Jadi, tidak perlu ia mengeceknya. Ia cukup memantaunya lewat orang suruhannya.

"Kamu mau ke mana?" tanya Lesya menatap Dylan yang sudah mengganti baju santainya dengan pakaian formal.

"Ke kantor, Ma!" jawab Dylan mendekati Lesya.

"Kamu ngapain ke kantor? Ini udah mau jam pulang kantor, tiga jam lagi udah pada pulangan karyawan kamu! Lagian kamu yang punya kantor kok!" cerocos Lesya ketika Dylan meminta tangannya untuk ia cium punggung tangannya.

Dylan diam beberapa detik, ia kemudian menghela napas kasar. "Oke, Dylan jujur sama Mama. Dylan mau ketemu seseorang!" ucapnya menunduk membuat Lesya mengerutkan keningnya.

"Cewek kamu, ya? Kalau iya, ajaklah ke sini!" godanya dengan menaik turunkan alisnya.

"Apaan sih!" decak Dylan tidak suka, ia kemudian pergi keluar meninggalkan Vian yang menatapnya datar.

"Gak ada sopan santunnya!" gerutu Vian yang kembali memainkan ponselnya.

"Kamu sendiri yang buat dia jadi gitu sama kamu! Makanya kalau mau bertindak tuh dipikirin jangan gegabah! Waktu itu juga Dylan mau nyapa kamu, kamunya cuek in. Dan udah berapa kali, dia mau salim sama kamu. Kamunya malah pergi atau gak pura-pura gak tau!" Lesya pergi setelah mengucapkan beberapa kata yang membuat Vian merasa tertampar.

#####

"Dylan sudah datang?" tanya seorang wanita kepada orang kepercayaannya.

"Iya, Nona! Tuan Dylan sudah datang, tetapi beliau tidak sendiri. Dia datang bersama kedua orang tuanya!" ucap orang itu yang sukses membuatnya tersenyum.

"Kau serius?" tanyanya memastikan dengan senyuman yang tidak luntur di wajah cantiknya.

"Saya serius, Nona! Tidak mungkin hal yang Nona tunggu-tunggu malah saya bawa bercanda," ucap kepercayaannya lagi.

"Baiklah-baiklah! Suruh Thomas siapkan aku mobil!" final wanita itu yang kemudian pergi ke kamar anaknya.

"Keano! Bersiaplah! Kita akan pergi jalan-jalan!" ujarnya diakhiri senyuman miring.

#####

Dylan sedari tadi menatap nyalang pada satpam di hadapannya. Merasa tidak suka dengan sikap Pak Geo itu.

"Saya hanya ingin bertemu dengan Yera!" ucap Dylan yang entah keberapa kali.

"Maaf, Tuan! Nona Yera tidak ada di mansion," ucap Pak Geo.

Dylan yang mendengarnya hanya mendengus, ia berpikir jika Pak Geo ini mengelabuinya saja.

"Saya tidak percaya!" tekan Dylan yang keukeuh ingin masuk ke dalam.

Tin
Tin

Bunyi klakson mobil membuat Dylan berhenti mendorong gerbang yang menjulang tinggi itu.

"Pak!" ujar Avril setelah menurunkan kaca mobilnya membuat Pak Geo segera membuka gerbangnya.

Dylan yang melihat itu segera berlari masuk ke dalam halaman mansion sembari meneriaki nama Yera dan Zean.

"YERA!! ZEAN!!" teriaknya membuat Avril yang melihatnya berdecak.

Really Hate! [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang