ONE

27.6K 928 31
                                    

Jangan lupa meninggalkan jejak berupa vote atau komen!!

AUTHOR POV

"Yera!" panggil Nindy pada Yera yang baru pulang dari sekolahnya.

Gadis itu benar-benar merasa lelah. Dengan malas, ia melangkah ke arah Mamanya.

"Iya, Ma?" ucap Yera berdiri tepat di sebelah sofa yang diduduki Nindy.

"Mama dan Papa nanti malam akan pergi ke California mengurus perusahaan, sekitar dua minggu kami di sana. Kamu akan ditemani Gavin dan Reno. Nanti Mama ajak Nora dan Dylan juga. Gak papa 'kan Mama dan Papa tinggal dengan mereka?" tanya Nindy yang sangat berat mengatakannya.

Wanita itu sebenarnya tidak tega meninggal Yera, apalagi dia seorang perempuan. Tapi, mau bagaimana lagi, perusahaan industri di sana harus ia dan suaminya yang turun tangan.

"Oh iya, Ma. Gak papa kok!" jawab Yera sambil tersenyum hangat ke arah Mamanya.

"Sini dong peluk, Mama! Mama nanti kangen sama kamu, kamu gak usah pikirin kelakuan Gavin yang akan jahat in kamu. Kalau dia macam-macam, kamu langsung telpon Mama, oke?" ucap  Nindy yang dibalas anggukan.

Wanita paruh baya itu segera merentangkan tangannya pada Yera yang langsung diterima dengan senang hati, ia memeluk Yera sangat erat.

"Sudah-sudah, Mama sana bantuin Papa!" seru Andra tiba-tiba muncul dari arah kamar yang membuat Nindy mengerucutkan bibirnya.

"Yah, Papa nganggu ih!" Nindy menatap kesal ke arah suaminya, ia lalu melewatinya begitu saja dan berjalan cepat ke arah kamar untuk menyiapkan barang-barang yang akan dibawa.

"Dasar Mama kamu masih kekanak-kanakan, ya sudah sini Papa juga mau di peluk tau!" ujar Andra sambil merentangkan kedua tangannya ke arah Yera, gadis itu pun menghambur kepelukan Andra.

Cup

Satu kecupan Andra daratkan pada puncak kepala Yera.

'Caper banget sih! Liat aja lo nanti malam gue kasih kejutan yang sangat menggembirakan yang buat lo terkesan!' batin Gavin yang berdiri di lantai 2 menatap benci ke arah Yera.

Sedari tadi lelaki itu melihat dengan jelas perlakuan Mama dan Papanya terhadap Yera. Ia sangat muak dengan gadis itu yang dia anggap selalu mencari muka.

Gavin sudah tau, jika Yera bukanlah anak kandung Mama dan Papanya.

Ia pun beranggapan bahwa Yera adalah anak hasil terlarang yang dipungut Papa dan Mamanya, karena rasa kasihan. Tetapi menurutnya, rasa kasihan mereka terlalu berlebihan.

Gavin mengetahuinya, saat tidak sengaja pagi tadi mendengar percakapan Mama dan Papanya yang berada di dalam kamar sembari menyiapkan keperluan untuk dibawa ke California.

Masih terdengar dengan jelas di kepalanya, kalimat sang Ibu. 'Pa! Mama sedikit kasian kalau kita meninggalkan Yera walaupun bukan anak kandung kita Pa,' dan dari situ lelaki itu beranggapan tidak-tidak tentang Yera.

Dulunya Gavin menganggap alasan Nindy dan Andra memperlakukan Yera spesial karena ia berpikir bahwa Yera merupakan satu-satunya perempuan membuat kedua orang tuanya selalu berusaha memberikan yang terbaik.

Tetapi, semua pemikirannya sirna ketika adiknya itu masuk SMA. Nindy dan Andra lebih memanjakan Yera sampai melupakan dirinya dan Reno. Itulah mengapa, mulai dari Yera awal masuk SMA. Gavin menunjukkan ketidaksukaannya pada gadis itu, ia merasa Yera terlalu egois pada Kakak dan Adiknya.

Dan sampai saat pagi tadi, ia mengetahui fakta jika Yera bukanlah adik kandungnya. Untung saja dirinya sengaja lewat di depan kamar Papa dan Mamanya yang kebetulan tidak tertutup dengan rapat.

Setelah mengetahuinya, Gavin berniat merencanakan sebuah ide gila terhadap Yera.

"Boleh nih kayanya kalau minta bantuan Dylan, soalnya dia kelihatan suka banget sama Yera," batinnya sambil tersenyum miring ke arah Yera yang duduk sendiri di ruang keluarga.

"Kak Gavin!" panggilan Yera mampu membuat senyuman miring Gavin langsung luntur digantikan dengan wajah datarnya.

"Apaan?" ketusnya sambil berjalan menuruni tangga, lalu mengambil kunci motornya di sebelah nakas.

"Nanti ada Nora sama Kak Dylan 'kan?"tanya Yera sambil tersenyum hangat ke arah Gavin, "Mungkin."

"Singkat banget jawabannya, Kak!" gerutu Yera yang masih memperhatikan gerak-gerik Gavin.

"Kenapa? Masalah buat lo?" Gavin langsung melangkah cepat keluar dari ruang keluarga setelah mengucapkannya.

"Gitu banget sih," gerutu Yera melihat respon Gavin yang setiap harinya sama saja.

#####

"Kenapa lo panggil gue, Bang?" tanya Dylan yang baru saja datang. Lelaki itu kemudian duduk di hadapan Gavin.

Gavin sejak siang tadi membuat janji dengan Dylan dan memintanya bertemu di Cafe tempat lelaki itu selalu datang.

"Pesen aja dulu! Lo kepo banget dah!" ujar Gavin sambil memanggil waiter dan seorang perempuan pun berjalan ke arah keduanya. Lalu mencatat pesanan keduanya.

Setelah waiter pergi, Gavin mulai menyampaikan tujuannya.

"Lo suka sama Yera 'kan?" tanya Gavin to the point membuat Dylan yang mendengarnya langsung membulatkan kedua bola matanya.

"Santai aja sama gue mah!" lanjut Gavin saat melihat ekspresi Dylan, "Lo kalau mau ama dia ambil aja, gue sebagai Abangnya ikhlas kok."

"Serius, Bang?" tanya Dylan hati-hati, "Iya, gue tau lo tertarik karena tubuhnya 'kan?" tanya Gavin dan Dylan mengusap kepalanya.

"Cantiknya juga kok, Bang!" tambah Dylan dan Gavin yang mendengarnya tersenyum sinis. Ingin mengelak rupanya, batinnya.

"Nanti malam 'kan lo sama Adek lo tinggal di rumah gue selama 2 minggu. Gue punya rencana yang bagus buat lo, lo gak bakalan nyesel kalau lo gak nolak," Gavin mulai menghasut Dylan.

"Gue tau lo cuma suka badannya doang! Boleh lo pake kalau lo mau," lanjut Gavin dan waiter pun datang dengan membawa pesanan keduanya.

"Thanks!" ucap Gavin pada waiter tersebut dan perempuan itu tersenyum malu-malu ka arahnya.

"Bang! Lo serius apa gak—," ucapan Dylan belum selesai, karena Gavin lebih dulu menyela.

"Santai, aja nanti lo gue bantu. Mau gak
Kalau gak ya udah sih," ujar Gavin sambil menyeruput milk shake-nya.

"Oke oke, Bang! Tapi, kenapa lo bolehin gue?" tanya Dylan hati-hati, masa iya ada Kakak nge boleh in adeknya digituin. Lelaki itu sendiri tidak mau jika Nora berada di posisi tersebut.

"Ya gak papa, gue tau lo pengen 'kan sama adek gue? Daripada Adek gue diapa-apain sama orang, mending sama lo!" Gavin berucap dengan santainya, ia benar-benar menyusun dengan baik semua jawaban apa saja yang akan ia sampaikan pada Dylan, saat ia bertanya hal-hal yang seperti sekarang ini.

"Tapi bener 'kan, Bang. Gak papa?" tanya Dylan lagi, tentu ia harus memastikan.

"Gak papa, ya elah. Nanti gue kasih tau rencananya supaya lo bisa nikmatin tubuh Adek gue, oke?" seru Gavin dan Dylan hanya tersenyum kikuk tidak lupa sambil mengangguk.

Akhirnya, impian gue tercapai juga! batinnya sambil tersenyum misterius ke arah Gavin.

#####

Jangan lupa vote!!

Really Hate! [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang