TEN

15.9K 610 5
                                    

Jangan lupa meninggalkan jejak berupa vote atau komen!

AUTHOR POV

"Di-dimana jasadnya, dok?" tanya Nindy gemetar sambil memegang bahu Reno, ia masih tidak percaya dengan kenyataan yang diterimanya.

Hari ini benar-benar mengejutkan bagi wanita paruh baya itu.

"Maaf, kami tidak memperlihatkan jenazah pasien. Kami sudah berbicara dari salah satu pihak untuk segera dibawa ke dalam mobil ambulans—."

Belum selesai Rena berucap Dylan segera berlari disusul Calvin, Gavin, Nindy, Andra, dan Reno.

Sedangkan, keluarga Dylan mereka baru terbang dari Singapura, Dylan akan menjelaskan semua yang sudah terjadi, karena itu permintaan dari Nindy.

Adiknya, Nora. Lelaki itu sudah memberitahukannya untuk ke rumah sakit. Tapi sayang, Nora belum bisa pulang dari acara liburannya di puncak.

Setelah sampai, Dylan dan Calvin segera duduk di sebelah jasad Yera dengan pandangan lurus ke depan. Sedangkan, Nindy, Andra, Gavin, dan Reno mereka memasuki mobil yang mereka gunakan.

"Maafin aku, Ra! Ini semua karena aku, aku lupa kalau kamu lagi hamil anak kita. Maaf, aku gak jujur sama kamu. Kamu tau aku sangat terpukul, saat tau kamu sama dia udah gak ada," ucap Dylan yang secara diam-diam direkam oleh Calvin.

Lelaki itu mulai menyesali perbuatannya. Ia merutuki kebodohannya yang tidak siap bertanggung jawab.

"Gue bener 'kan, Ra?" batin Calvin menatap Dylan sinis.

Saat pertama kali bertemu dengan Yera di taman, Calvin langsung mencari informasi tentang siapa yang menghamilinya dan informasi selama 3 bulan lebih, akhirnya ia dapatkan kemarin pagi.

Lelaki itu terkejut dengan hasilnya. Dan saat pertemuan mereka tadi siang, ia memutuskan untuk memberitahukan soal ini pada Yera bahwa Dylan Arkanza adalah orang yang menghamilinya dengan dibantu Gavin Jauzan yang waktu itu masih berstatus Kakak dan sepupunya.

Yera yang tidak percaya membuat Calvin kebingungan, ia berjanji akan melakukan berbagai cara agar perempuan itu percaya dengannya. Dan sekarang, bukti sudah ia temukan salah satunya merekam pembicaraan Dylan barusan. Tapi, lelaki itu merasa percuma. Siapa yang akan mendengarnya?

"Lo yang ngehamilin, Yera?" tanya Calvin yang masih setia merekam suara.

"Iya, kenapa? Lo mau nonjok gue? Iya??" tanya Dylan menggebu-gebu yang dibalas hendikan bahu.

"Gak! Gak guna gue mukul lo! Orang yang lo tangisin juga udah meninggal!" sinis Calvin membuat Dylan menatapnya dengan datar.

#####

Setelah pemakaman Yera dan bayinya, Dylan maupun keluarga Nindy segera pergi dengan wajah yang masih memerah. Sedangkan, Dylan masih sangat terpukul. Ia sedari tadi hanya melamun.

Calvin?

Setelah pemakaman, ia langsung pergi entah kemana.

Dan sekarang jam telah menunjukkan pukul 19.00. Dylan sedang berkumpul di rumah Nindy menunggu kedatangan orang tuanya. Serta adiknya, Nora yang baru akan pulang 1 jam lagi dari puncak bersama para sahabatnya.

Mendengar suara mobil berbunyi pertanda bahwa kedua orang tua Dylan yang sedari tadi ditunggu telah datang.

"Assalamualaikum!" salam Devian Alliansyah dengan istrinya Lesyana Saputri.

"Walaikumsalam!" balas Nindy, Andra, Gavin, dan Reno. Berbeda dengan Dylan yang terus diam.

"Kenapa kalian?" tanya Lesya yang langsung duduk di sebelah putranya yang menatap lantai dengan pandangan kosong. Lelaki itu mulai takut menyadari Ibunya duduk di sebelahnya.

Really Hate! [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang