FORTY SEVEN

5.4K 193 13
                                    

Jangan lupa meninggalkan jejak berupa vote atau komen!!

AUTHOR POV

"Assalamualaikum, Pa... Papa," gumam Kyna diakhir kalimatnya. Ia pikir Kean tidak memiliki tamu, karena tidak melihat ada mobil di halaman mansionnya. Kyna dengan seenaknya malah berteriak, dirinya benar-benar malu.

"Hehe, ada tamu ternyata!" cengirnya kemudian ingin menyalami Lesya dan Vian, tetapi tidak jadi. Karena Kean langsung memanggilnya.

"Sini, Kyna! Yera!" panggilnya menatap Yera yang sedari tadi diam.

Dengan senang hati Kyna menghampiri Kean, ia kemudian duduk sambil menatap Yera yang masih terdiam.

"Ck! Sini, Ra!" kesalnya membuat Yera segera melangkah, lalu ia duduk di sebelah Kyna.

"Ini 'kan orang yang kalian maksud?" tanya Kean dingin sambil menatap ketiga orang di hadapannya yang terdiam, bahkan Lesya menganga sambil melotot melihat Yera layaknya hantu. Vian sama halnya, ia tentu terkejut.

Sedangkan, Dylan menatap Yera tanpa berkedip.

Bener dugaan gue!

"Ekhem!" deheman Kean membuat ketiganya tersadar.

Lesya yang kembali menunjukkan senyumannya, bahkan tersenyum lebar.

"Ah! Yera!! Kamu apa kabar sayang?? Kamu sehat aja 'kan?" tanyanya beruntun sambil menatap Yera dengan senyuman.

"Seperti yang Tante liat, aku baik," jawab Yera menunduk membuat Kyna yang di sebelahnya menyenggolnya.

"Jangan nunduk! Gak sopan!" ucap Kyna dibalas helaan napas.

Yera merutuki Kyna, "Gak tau aja dia siapa," gumamnya.

"Dia sangat lebih baik dari yang dulu," timpal Kean membuat Yera yang mendengarnya langsung menatap Papanya, begitu pun yang dilakukan keluarga Lesya.

"Ah, i-iya pastinya! Apalagi sudah berkumpul dengan keluarga," jawab Lesya kikuk.

"Ya, kamu benar!" jawab Kean lagi.

"Pa! Mereka siapa sih? Kok kenal Yera?" pertanyaan yang sedari tadi bersarang dikepala Kyna akhirnya ia tanyakan.

"Kamu mau tau mereka siapa?" tanya Kean sedikit keras karena Kyna berbicara dengan bisikan.

"Ih! Iya, Pa! Tapi, jangan nyari-nyaring!" kesalnya membuat Kean mengacak rambutnya lantaran gemas.

"Tanya tuh sama yang laki-laki di pojok itu!" tunjuk Kean pada Dylan yang sedari tadi menatap Yera.

"Oh yang dari tadi liatin Yera?" tanya Kyna lagi dibalas gumaman.

"Coba jelasin cowok tampan! Kalian siapa?" tanya Kyna dengan senyuman membuat Yera yang melihatnya mendengus.

Tampan katanya?

Wajahnya saja yang tampan, tapi akhlaknya tidak setampan wajahnya.

Dylan yang seakan tau orang yang bertanya itu Kakaknya Yera pun berdehem, "S-saya Dylan, Kak. Saya yang menghamili Yera, Kak," seketika Kyna menatapnya dengan mulut menganga.

"K-kamu? Ihh! Ganteng sih! Tapi... ih amit-amit anak gue gitu!" ucap Kyna geleng-geleng sambil mengetuk tangannya pada meja dan kepalanya secara bergantian.

Pasalnya, ia cek jenis kelamin anaknya dua hari yang lalu. Dokter mengatakan anaknya laki-laki, nah tadi itu ia tiba-tiba memikirkan jika anaknya berada di posisi Dylan.

Jangan sampe deh!

"Kakak kenapa?" tanya Yera heran dibalas gelengan.

"Oh... g-gak, papa! Kakak gak papa!" ucap Kyna kemudian memperbaiki posisi duduknya, "Pantas sih, Zean ganteng. Bapaknya aja kaya gini, seketika bikin mata melek," jawab Kyna lagi dengan senyuman.

Biarkan lah akhlaknya jelek, tapi soal good-looking boleh lah di adu, pikirnya dengan cengengesan.

"Ck! Malah di puji! Dareen denger bagus nih!" ucap Kean menakut-nakuti.

"Ih, Papa!" cemberut Kyna.

"Ekhem!" dehem Vian lantaran merasa dirinya sedari tadi tidak dianggap.

Kean yang mendengarnya menatapnya dengan alis yang di angkat satu.

"Hmm... Yera! Aku minta maaf, aku bener-bener nyesel. Aku tau kamu udah pernah maafin aku, tapi... aku pernah ngelakuin hal yang fatal untuk kedu—."

"Ketiga kalinya!" sela Yera, ia tidak mau Dylan melupakan kejadian mereka di apartemen lelaki itu.

"Tiga?" kaget para paruh baya itu termasuk Kyna.

"Pertama waktu beberapa tahun yang lalu, kalian pasti tau! Kedua waktu di kantor Dylan, itu gara-gara dia emosi. Ketiga, waktu kami di apartemen Dylan—."

"Kalian ngelakuin karena suka sama suka?" tanya Kean memotong dibalas gelengan dan anggukan.

"Iya!" jawab Dylan.

"Gak!" jawab Yera.

Hal itu membuat keduanya saling berpandangan.

"Aku udah maafin kok, terlepas dari semua perbuatan kamu! Kamu manusia, aku manusia. Kita sama-sama pendosa, untuk saling memaafkan sudah seharusnya itu terjadi. Jadi, kamu gak usah ambil pusing lagi, kalau aku gak maafin kamu! Karena aku udah maafin kamu!" ucap Yera akhirnya.

"Maaf, Yera pamit ke atas! Yera capek!" pamitnya kemudian meninggalkan semuanya yang terdiam mendengar penuturannya.

#####

Kyna memasuki kamar Yera yang memang tidak terkunci, ia lalu duduk di sofa dekat balkon.

"Yera!" panggilnya kala masuk tidak melihat adiknya itu.

Ceklek

"Oh, di kamar mandi!" ucap Kyna mengangguk, ia mencomot es buah yang dirinya bawa tadi.

"Kenapa, Kak?" tanya Yera tidak heran dengan Kyna yang memang selalu masuk ke kamarnya sesuka hatinya, apalagi pasti akan membahas masalah yang tadi.

"Oh, gak! Kakak cuma ngobrol aja, nih minum! Kakak minta tolong sama Bibi Jee tadi," ucapnya sambil menyodorkan semangkok es buah satunya.

"Iya, Kak! Makasih," jawab Yera yang ikut duduk di hadapan Kyna.

"Kakak to the point aja nih, ya?" ucap Kyna membuat Yera mengerutkan keningnya.

"Jadi, Kakak cuma mau bilang. Seandainya, Dylan besok-besok ngelamar kamu. Kamu terima aja, ka—." Belum selesai Kyna berucap, Yera lebih dulu menyela.

"Kak! Kakak ini dihasut sama mereka, ya?" tanyanya diakhiri decakan membuat Kyna gelagapan.

"Hmm... ada benarnya juga sih, cuma ya... gini loh, Ra! Kamu gak mau 'kan anak-anak kamu benci sama kamu cuma karena kamu gak mau maafin Ayahnya? Iya kakak tau, kamu udah maafin dia. Tapi, kalau kamu nolak lamarannya. Pasti pemikiran dia ke sana, Kakak gak usah banyak ngomong deh. Karena kamu pernah ngalamin yang namanya tanpa keluarga kandung di sekitar kamu! Dikelilingi orang-orang yang cuma bisa besarin kamu dengan penuh kebohongan, bahkan kamu gak tau kebenaran ceritanya 'kan?" penjelasan Kyna membuat Yera menatapnya.

"Iya, Kak! Aku tau, tapi soal mau nikah sama dia. Aku gak kepikiran sampai ke sana, untuk saat ini Yera cuma mikirin Zean dan anak yang ada dikandungan dulu, Kak," jawab Yera menunduk, ia juga tidak tau harus menanggapi apa perkataan Kyna. Karena perasaannya jadi tidak menentu mendengar perkataannya.

"Ya udah, kamu mikirin aja dulu. Karena Dylan pasti habis ini lamar kamu! Dia itu mau memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya, percaya sama Kakak!" ucap Kyna lalu izin pergi ke kamarnya, ia harus pergi tidur siang. Sejak memasuki trimester kedua, ia menghabiskan waktunya untuk tidur.

Yera tertekun mendengar perkataan Kakaknya itu.

#####

Jangan lupa vote!!

Really Hate! [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang