"Mohon maaf, cari siapa ya?" tanya satpam penjaga gerbang mansion mewah itu dengan galak pada dua orang gadis cantik yang baru saja menekan bel berkali-kali.
"Lam, bener ini rumahnya Jeno? Satpamnya galak bener." bisik salah satu gadis itu pada gadis disebelahnya.
"Bener kok."
"Cari siapa, Dik? Mohon maaf rumah ini tidak bisa menerima tamu sembarangan. Adik-adik ini siapa dan cari siapa? Lalu ada keperluan apa?" berondong Satpam bertubuh tinggi besar itu tak sabaran.
"Kita berdua temennya Jeno, Pak." sahut gadis dengan rambut tergerai.
"Oh ya?" tanya pria paruhbaya itu dengan tatapan penuh selidik.
"Saya Lami, Pak. Dan ini Hina." gadis bernama Lami memperkenalkan dirinya dan teman disebelahnya.
"Saya baru dengar nama kalian. Belum pernah kesini ya sebelumnya?" tanya pria itu lagi.
Lami dan Hina menggeleng.
"Mau ketemu Tuan Muda Jeno?"
Lami dan Hina mengangguk.
"Mohon maaf, Tuan Muda Jeno sedang pergi ke rumah sakit." kata satpam jaga bernama Reynald itu.
"Loh bukannya sudah pulang ya, Pak?" tanya Hina.
"Ada beberapa pemeriksaan. Kalian mau menunggu atau bagaimana?" tanya Reynald.
Lami dan Hina hendak menyahut. Namun tiba-tiba suara klakson mobil membuat keduanya melonjak kaget.
Reynald tampak sibuk membuka gerbang tinggi dan besar itu saat ia dapati sebuah Mercedenz Benz baru saja tiba. Tentu saja ia tahu siapa yang datang.
Lami dan Hina menatap ke arah satpam galak tadi. Satpam itu kembali menutup pintu gerbangnya saat mobil yang baru saja tiba barusan sudah memasuki halaman super luas itu.
"Kalian tunggu disini sebentar." Reynald memberi perintah pada Lami dan Hina lantas berlari mengikuti mobil yang baru saja masuk.
Namun Lami dan Hina malah mengikuti satpam tersebut. Beberapa detik setelahnya mobil tersebut berhenti tepat di depan pintu masuk. Mereka lantas menghentikan langkah saat Reynald juga berhenti.
Pintu mobil terbuka. Dari kursi pengemudi keluarlah Dimas dengan setelan kemeja tanpa dasinya. Setelahnya di ikuti Anne dari kursi penumpang sebelah kemudi.
"Kursi rodanya di bagasi ya, Pak." Anne tersenyum memberi perintah pada Reynald.
"Baik, Nyonya." Reynald mengangguk patuh.
Sementara Reynald mengeluarkan kursi roda. Dimas justru sibuk membantu Jeno keluar dari kursi penumpang.
"Gue nggak nyangka kondisi Jeno seburuk itu, Lam." Hina menutup mulut dengan kedua tangannya. Syok ketika mendapati Jeno yang harus duduk di kursi roda dengan wajah amat sangat sayu dan pucat itu.
Lami seperti disambar petir siang hari terik itu. Benar-benar kaget melihat keadaan Jeno yang tampak sangat memprihatinkan. Biar bagaimanapun ia adalah salah satu penyebab perubahan keadaan Jeno. Tiba-tiba dadanya terasa sesak.
"Maaf, Nyonya, ada teman-temannya Tuan Muda Jeno." ucap Reynald memberitahu Anne.
"Oh ya? Siapa?" tanya Anne.
"Namanya Lami dan Hina, Nyonya." jawab Reynald.
Dahi Anne berkerut. Sepertinya ia baru pertama kali mendengar nama-nama itu. Saat ia sibuk dengan pikirannya, ia melonjak kaget saat salah satu tangannya disentuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
A LITTLE PRINCE
Fiction générale"Gue penasaran, kalau gue mati, gue bakal dikenang sebagai apa? Sebagai siapa? Gue merasa hidup gue gini-gini aja, nggak ada indah-indahnya. Yang ada monoton." - Jeno Wiratama, yang menyukai hujan, senja dan kesederhanaan.