"Chandra!" suara itu menggema di koridor sekolah siang itu. Bel pulang sudah berbunyi sejam lima belas menit lalu, maka dari itu sekolah sudah terlihat sepi dan lengang.
Cowok manis yang di panggil Chandra itu menoleh. Memicingkan kedua matanya saat ia dapati seseorang berlari ke arahnya. Setelahnya ia kaget saat tahu siapa orang yang baru saja mendarat di depannya.
"Rama?" gumam Chandra seraya mengerjapkan kedua matanya tak percaya. Untuk apa Rama mendatanginya seperti ini?
"Chan," Rama tampak tersengal. "Gila, cepet banget loe jalannya." katanya sembari berusaha mengatur napasnya.
"Ada perlu apa, Ram?" tanya Chandra serius. Ia tak mau banyak bicara pada Rama. Anak itu benar-benar manusia paling menyebalkan di muka bumi.
"Soal Jeno," Rama akhirnya berhasil mengatur pola napasnya. Ia pandangi Chandra dengan seksama.
"Buat apa loe tanya soal Jeno?" tanya Chandra ketus sekaligus penasaran mengapa Rama menanyakan soal Jeno.
"Gue denger dia udah siuman. Dia baik-baik aja kan, Chan?" pertanyaan Rama sukses membuat Chandra melongo heran.
"Loe berharap dia nggak baik-baik aja?" tandas Chandra semakin ketus.
"Ya nggak gitu, Chan." Rama mencoba menahan amarah di dadanya.
"Ya terus?" Chandra menatap Rama penuh selidik.
"Gue boleh titip sesuatu buat Jeno?" tanya Rama penuh harap sembari menatap kedua manik mata bening milik Chandra.
Chandra semakin dibuat tak mengerti dengan sikap Rama. Apa sebenarnya yang Rama inginkan saat ini? Anak itu benar-benar makhluk hidup paling sulit ditebak selama ia mengenalnya.
Rama terlihat mengeluarkan sebuah kotak kecil berwarna biru dari dalam tasnya. "Nih gue titip buat Jeno. Loe pasti mau ke rumah sakit kan?" ia menyodorkan kotak kecil itu pada Chandra.
"Jangan aneh-aneh loe, Ram. Jangan bikin gue takut. Ini apaan?" tanya Chandra sengit bukan main.
"Isinya nggak bahaya kok. Sumpah, isinya beneran aman." sahut Rama berusaha bersikap baik-baik saja dengan sikap dingin Chandra. Padahal rasanya ia ingin sekali memukul kepala Chandra karena berani bersikap menyebalkan seperti itu padanya.
"Maksud loe apaan nitip-nitip sesuatu buat Jeno? Sejak kapan loe peduli sama Jeno?" cerca Chandra yang masih penasaran akan perubahan sikap Rama hari ini.
"Gue peduli kok." Rama menyunggingkan senyum tipis dan sukses membuat dahi Chandra semakin berkerut tak mengerti. "Pokoknya gue titip, Chan, buat Jeno. Jangan dibuka!" titahnya galak.
"Brengsek emang loe!" Chandra hendak melempar Rama dengan kotak kecil berwarna biru yang baru saja diberikan oleh cowok itu.
"Thank you, Chan." Rama mebepuk-nepuk bahu Chandra kemudian berbalik meninggalkan teman sebangku Jeno itu.
Chandra hanya bisa menghela napas panjang demi menatap punggung Rama yang semakin menjauh di depannya. "Kenapa bisa ada manusia sebrengsek loe, Rama?" gumamnya benar-benar tak habis pikir dengan tingkah Rama hari ini.
👑👑👑
"Marshmallow atau permen kapas?" suara Damian terdengar nyaring di ruang rawat Jeno sore itu. Saat ini ia yang bertugas menemani Jeno setelah tadi pagi Nyonya Anne yang menjaganya sampai siang.
"Marshmallow," jawab Jeno cepat sembari mengulas senyum. Hari ini ia mulai mencoba duduk dengan tegap di ranjangnya.
"Musim hujan atau musim panas?" Damian kembali memberikan pertanyaan pilihan pada Jeno. Ia dan Jeno memang sedang bermain game untuk menghindari rasa bosan.

KAMU SEDANG MEMBACA
A LITTLE PRINCE
General Fiction"Gue penasaran, kalau gue mati, gue bakal dikenang sebagai apa? Sebagai siapa? Gue merasa hidup gue gini-gini aja, nggak ada indah-indahnya. Yang ada monoton." - Jeno Wiratama, yang menyukai hujan, senja dan kesederhanaan.