Sekolah berbasis Internasional itu mulai kembali beraktivitas setelah libur panjang akhir tahun. Para siswa dan siswinya mulai berdatangan kembali ke sekolah setelah menikmati liburan mereka. Bersiap kembali menjalani hari-hari sebagai seorang murid sekolahan seperti biasanya. Termasuk Chandra, Jeremy dan Juna. Tiga sekawan itu datang bersama dengan mobil milik Jeremy yang hari ini diberi izin mengendarainya sendiri oleh sang ayah.
"Liburnya nggak bisa ditambah seminggu lagi gitu?" itu Chandra ketika memasuki kelasnya yang ternyata sudah sangat ramai. Jelas saja, ia baru saja tiba sedangkan bel masuk akan berbunyi sepuluh menit lagi.
"My bro!" Eugene yang memang duduk di kursi paling depan menyapa remaja tan yang baru saja melewati mejanya itu.
"Apa kabar lo?" Chandra menepuk bahu Eugene sembari tersenyum santai.
Eugene hendak menyahut namun Rio yang duduk dibelakang meja anak itu ikut angkat bicara.
"Liburan kemana lo, Chan. Gue hubungin susah bener!" sambar Rio.
"Bantuin Mami di Cafe. Aing kan anak berbakti." sahut Chandra yang lantas mengambil duduk disamping Eugene. Teman sebangku anak itu sepertinya belum datang.
"Mau diajak sparing padahal," tandas Eugene.
"Nanti sore aja gimana? Palingan juga hari ini belum full belajar kan? Gue juga belum mulai masuk les lagi." Chandra menaikturunkan kedua alisnya menatap Rio dan Eugene bergantian.
"Atur aja, Chan." sahut Rio yang diangguki Eugene.
"Minggir lo, Chan!" itu Lia yang baru saja datang. Gadis itu adalah teman sebangku Eugene. Tentu saja ia segera mengusir orang yang dengan seenaknya duduk di kursinya.
"Galak bener, Li." sahut Chandra seraya beranjak dari duduknya.
"Tuman," tandas Lia yang kemudian duduk di kursinya tepat di sebelah Eugene. "Udah sana duduk di kursi lo. Bu Renata on the way kesini tadi gue lihat." usirnya.
"Lah emang udah bel masuk?" tanya Rio.
"Bego lo ya?" tanya Eugene pada Rio.
"Why?" Rio bingung.
"Ini hari Senin bego. Upacara dulu nggak sih baru mulai belajar?" Eugene sengit menatap Rio yang melongo seperti orang bodoh dimatanya itu.
"Najis, gue punya temen tolol bener!" Chandra berdecih seraya berjalan meninggalkan meja Rio dan Eugene menuju mejanya untuk menyimpan ranselnya.
Rio hanya bisa melempar teman sekelasnya itu dengan kepalan kertas. Namun tidak berhasil karena Chandra sudah lebih dulu tiba di mejanya.
"Lo percaya sama Lia sama aja menduakan Tuhan, Yo!" celetuk Eugene pada Rio yang setelahnya dihadiahi tatapan sinis dari Lia.
"Ampun, Nyai." Eugene lantas beranjak dari duduknya sebelum Lia memukulnya dengan kotak pensil miliknya.
Bersamaan dengan itu bel masuk berbunyi. Beberapa detik setelahnya sebuah pengumuman terdengar. Seluruh siswa diminta segera berkumpul di lapangan untuk melakukan upacara bendera rutin setiap hari Senin.
Chandra segera merangkul Rio dan mengajak teman sekelasnya itu untuk keluar kelas menuju lapangan. Di ikuti Eugene dan semua murid kelas itu yang lain.
"Tadi jalan bareng Jeremy sama Juna, Chan?" tanya Rio ketika ia dan Chandra berhasil keluar dari kelas.
"Iya, pamer si Jeremy dikasih izin bawa mobil sama Daddy-nya." sahut Chandra sengit.
Rio terkekeh yang kemudian menarik Chandra ke lapangan yang sudah dipadati seluruh siswa sekolah tersebut. Mereka telah membuat barisan sesuai kelas masing-masing dengan rapi dan tertib dipandu oleh salah satu guru yang berdiri tengah lapangan.

KAMU SEDANG MEMBACA
A LITTLE PRINCE
Fiksi Umum"Gue penasaran, kalau gue mati, gue bakal dikenang sebagai apa? Sebagai siapa? Gue merasa hidup gue gini-gini aja, nggak ada indah-indahnya. Yang ada monoton." - Jeno Wiratama, yang menyukai hujan, senja dan kesederhanaan.