Ayok Spam komen!
Jangan lupa Vote juga...Terimakasih 😍😍
.
.
."Gue pengen jalan-jalan sama lo, kemana pun, lo bisa?"
Jeno berulang kali menghela nafasnya, pikirannya dikuasai oleh Shan. Banyak sekali pertanyaan yang Jeno pikirkan saat ini, seperti, Kenapa Shan menyembunyikan penyakitnya?
Apa Shan sangat kesakitan? Tapi kenapa ia selalu bersikap seolah ia baik-baik saja?
Apa Shan bisa hidup lebih lama?
Bagaimana jika Shan mati? Sanggupkah ia menerimanya?
Jeno menggelengkan kepalanya, lalu ia mengusap wajahnya sambil mengerang lirih, hatinya terasa sakit ketika bayangan wajah Shan terlintas diotaknya, ia terlanjur menyayangi Shan, bahkan melebihi dirinya sendiri, tapi ia sangat kecewa dengan keputusan Shan yang menyerah dengan hidupnya.
"Shan," lirih Jeno, kemudian ia mengangkat kepalanya dan memandang sendu ke depan sana, orang-orang berlalu lalang di depannya, ada yang yang terlihat sehat, ada pula yang terlihat lemah.
Hati Jeno terenyuh ketika melihat seorang anak perempuan yang duduk di kursi roda, kepalanya ditutup oleh sebuah topi yang terihat lucu, badannya kurus, kulitnya pucat, namun gadis kecil itu terus tertawa ketika sang ibu menggodanya.
Jeno ingin sekali Shan berjuang seperti anak itu, berusaha untuk sembuh dan mau menerima kasih sayang dari orang-orang terdekatnya, namun Shan adalah tipe orang yang keras kepala, Shan tidak mempercayai siapapun termasuk dirinya sendiri.
Jeno kembali menghela nafasnya, sudah dua jam ia duduk di kursi tunggu lorong lantai dua hanya untuk menenangkan dirinya, namun keterdiamannya malah membuatnya semakin gusar.
Jeno beranjak dari kursinya ia pun memilih tangga untuk turun ke lantai satu. Setelah sampai di sana, ia melihat Shan yang berjalan dari ruang unit gawat darurat bersama Jaemin.
Jeno pun menghampiri keduanya, dan menghentikan langkahnya di depan Shan, membuat Jaemin dan Shan menatapnya.
"Kunci mobil lo," ujar Jeno seraya memberikan kunci mobil pada Shan, sementara Shan hanya diam dengan tatapan agak sendu.
Jeno pun meraih tangan Shan dan menaruh kunci tersebut di tangan Shan, kemudian membalikan tubuhnya dan melangkah pergi.
Jaemin yang melihat itu geram, ia pun mengejar Jeno, kemudian menarik bahu Jeno hingga Jeno menoleh dan menatapnya dengan dingin.
"Jangan kayak gini, dia udah terlalu bergantung sama lo, lo mau ninggalin dia gitu aja?" Tanya Jaemin yang nampaknya sudah mengetahui kemarahan Jeno dari Shan.
"Bergantung? Gue gak ngerasain itu," balas Jeno yang sebenarnya berbohong, ia sangat merasakan bahwa Shan memang bergantung padanya, namun ia belum bisa menghilangkan rasa kecewanya.
Jaemin menatap Jeno dengan tatapan tak percaya, "gue tau lo kecewa sama keputusan Shan, gue pun begitu, tapi gue gak bisa semarah itu sama dia, karena gue pikir, gue bisa bujuk dia lain kali."
"Gak akan bisa, dia keras kepala, bujuk aja sampai dia mati," desis Jeno.
"Lo gak perlu ngomong gitu, lo nyakitin hati Shan," ujar Jaemin dengan suara pelan, ia masih bisa menahan dirinya agar tidak terlalu marah pada Jeno.
Jeno terdiam sejenak, lalu ia melirik Shan yang kini tengah memandangnya.
Jeno pun kembali melangkahkan kakinya, ia pergi meninggalkan Shan dan Jaemin di sana. Jaemin mengerti Jeno begitu kecewa akan beberapa hal, Jeno kecewa karena Shan berusaha menyembunyikan penyakit Shan darinya, dan kecewa karena keputusan Shan untuk menyerah, namun siapa pun tak berhak memaksa Shan untuk mengubah keputusannya, tapi Jaemin akan mencobanya walau Shan akan bosan dan marah padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Bad Sister || Hold Me Tight + Lee Jeno ✔️
Fanfiction[SELESAI] "lagi-lagi Jeno ingkar, ia meninggalkanku tanpa kata selamat tinggal."-Shannon ** "Lihat, siapa yang jalang? Lo atau nyokap gue?" Tanya Jeno dengan tatapan mengejek, hal itu mmebuat Shan tersenyum kecil. "Gak ada yang lebih nikmat dari pe...