《MPC - 48》

1.7K 103 1
                                    

Tiga hari Aditya koma dan empat hari masa pemulihan. Salsa tak pernah absen untuk mengunjungi dan menjaga Aditya di rumah sakit.

Tidak hanya itu saja saat di sekolah  Salsa juga harus berjuang mati-matian agar bisa bertemu dengan Melvin. Sayangnya laki-laki itu sangat sulit ditemui di rumah pun Melvin selalu tidak ada.

Waktu yang Salsa gunakan terkuras hanya untuk kedua lelaki itu. Karena bagaimanapun juga semua itu terjadi juga karena kesalahannya. Melvin tidak melepas tanggungjawabnya begitu saja dia membayar semua tagihan rumah sakit sampai Aditya dinyatakan sembuh dan diperbolehkan pulang.

Melvin juga mendapatkan pukulan dari sang Papa yang kelewat emosi akan tingkahnya yang sudah di luar batas. Wildan merasa heran bagaimana bisa anaknya melakukan hal bodoh seperti itu, untung saja kedua orang tua Melvin dan Aditya saling mengenal dan juga mereka sangat paham sekali permusuhan antara kedua anaknya tersebut. Mereka pun tak mempermasalahkan persoalan ini dan hal itu sudah biasa mereka dapatkan.

Setiap hari Salsa tidak pernah melewatkan sehari pun untuk datang ke rumah Melvin. Dirinya sangat berharap agar segera bertemu dengan lelaki itu dan menyelesaikan kesalahpahaman yang terjadi ini. Salsa sadar kalau dirinya bersalah ditambah dengan perkataan Rayhan yang membuat rasa bersalah kian membucah.

Harusnya dia bisa mempertanyakan terlebih dahulu akan kebenaran tentang pertunangan Melvin dan Desira, mencari tau apakah pertunangan itu benar adanya atau hanya sebuah settingan. Salsa menyesal bersikap kekanak-kanakan dengan mendiami dan menjauhi Melvin, yang tidak tau menau kesalahannya.

"Assalamualaikum,"

"Wa'alaikumsalam, eh sayang kamu datang lagi ayo-ayo masuk." ajak Vanesa.

Salsa melangkah masuk hal pertama yang biasa dia lakukan saat berkunjung ke rumah ini ialah mengedarkan pandangannya untuk mencari keberadaan Melvin. Vanesa sangat paham kebiasaan gadis itu dan sampai sekarang tak pernah hilang.

"Melvin ada di kamarnya, kamu susulin aja." kata Vanesa membuat Salsa tidak bisa menahan senyumannya.

"Beneran Tante?" Vanesa mengangguk sembari tersenyum.

"Salsa ke atas dulu kalau begitu," pamit Salsa.

Vanesa kembali ke kamarnya yang berada di lantai satu, sedangkan Salsa sudah berlari dengan semangat menaiki tangga agar cepat sampai di kamar Melvin.

Salsa berhenti tepat di depan pintu lalu dengan perlahan mengambil nafas dan membuang nafas. Ia gugup sekarang. Dengan sangat pelan Salsa membuka pintu kamar Melvin takut jika sang pemiliki marah.

Ceklek

"Vin," senyuman yang tersungging di bibirnya perlahan memudar saat melihat seorang gadis yang mengaku sebagai calon tunangan kekasihnya itu tengah duduk sambil bersandar di lengan Melvin.

Melvin lantas menoleh ketika dirinya merasakan kehadiran orang lain yang dengan lancang masuk ke dalam kamarnya. Di sana berdiri gadis bermata teduh sedang menatapnya dengan pandangan terluka.

Mata memang tak pernah bisa berbohong. Mata gadis itu memerah seperti menahan sesuatu.

"Ada apa ya?" tanya Desira sinis.

"Melvin gue mau bicara sama lo," bukannya menjawab Salsa malah mengabaikan pertanyaan Desira dan lebih memilih membuka suara pada Melvin.

"Ck, nggak sopan banget sih," cibir Desira sembari menegakkan kembali tubuhnya.

"Bisa lo pergi, gue mau bicara sama Melvin," usir Salsa.

"Lo tuh siapa berani-beraninya usir gue!" Seru Desira tak terima.

MY PRINCE CASSANOVA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang