Sudah hampir 2 jam Melvin mengelilingi hutan itu, tetapi tidak ada sedikit pun tanda-tanda keberadaan Salsa di dalam sana.
Cowok itu menyandarkan tubuhnya di salah satu pohon yang ada di dekatnya. Dia menengadahkan kepala dan memejamkan matanya.
"Akhh! Sial!" Umpat Melvin, membuka kekua matanya. "Kenapa gue jadi kayak gini sih?"
Melvin semakin frustasi. Cowok itu tak tau harus ke mana lagi mencari.
"Nggak seharusnya gue biarin lo jauh dari gue, Sal." Gumam Melvin. "Nggak seharusnya gue biarin lo lepas pengawasan gue... Nggak..." Melvin menjambak rambutnya sendiri.
Melvin yakin bisa menemukan Salsa dan membawanya kembali. Ia tak ingin menyerah begitu saja dan melepaskan tanggung jawab yang sudah ia pegang. Melvin bangkit, menyalakan senternya kembali, dan sekali lagi berjalan menyusuri pepohonan besar untuk mencari Salsa. "SALSA!!!"
Dari tempatnya berpijak, Melvin bisa mendengar suara aliran sungai yang mengalir cukup deras. Langsung saja ia berjalan kembali menyusuri hutan agar bisa sampai di sungai tersebut.
°•●↭♥↭●•°
Apa ini akhir dari segalanya? Apa gue akan mati di sini? Kenap hidup gue begitu menyedihkan kayak gini? Kenapa gue harus terjebak di dalam hutan mengerikan ini? Apa gue bisa pulang? Apa gue bisa lihat papa, mama, Kak Sam lagi? Bisa lihat sahabat-sahabat gue? Apa gue bisa lihat Melvin lagi? Gue takut.
Salsa terus membatin dengan padangan setengah buram. Seluruh tubuhnya sudah melemas karena hampir 4 jam lebih ia tak makan dan minum apapun. Kini, ia hanya bisa pasrah menyandarkan tubuhnya di batu besar di belakang.
Badannya menggigil kedinginan. Kepalanya terasa semakin berat. Wajahnya sudah semakin pucat. Air matanya sudah mengering. Salsa benar-benar seperti akan mati di tempat itu. Beruntung ia bisa menemukan sungai ini. Setidaknya keadaan tak sehening dan tak segelap di tempat-tempat sebelumnya.
Satu-satunya yang bisa ia lakukan hanya berdoa dan berharap ada seseorang yang akan menemukannya di sini.
Gadis itu kembali menegakkan badannya lalu memiringkan kepalanya bersandar di batu sampingnya. Wajahnya terlihat semakin pucat, bibirnya pun mulai membiru.
Salsa memejamkan mata, kini ia sudah lelah, kalaupun ia akan mati di sini, setidaknya ia bisa ditemukan dan dikuburkan di samping kuburan oma dan opanya di Surabaya.
Hahaha... Ada-ada saja pikirannya ini.
Sampai akhirnya, Salsa mendengar suara seseorang yang tak asing lagi memanggil namanya.
"SALSA!!!"
Mendengar itu, Salsa hanya tersenyum tipis. Ia mengira dirinya sudah gila dan suara itu hanyalah halusinasinya saja. Salsa tak menjawab suara itu sama sekali. Ia justru menutup mata dan diam.
"SALSA!!!"
Salsa membuka matanya lagi.
"SALSA! LO DI MANA? INI GUE MELVIN!"
"Melvin," lirihnya lalu menolehkan kepalanya ke sumber suara.
Itu benar-benar suara Melvin.
"SALSA!!!"
Suara itu terdengar semakin dekat. Salsa mencoba bangkit, meskipun kakinya masih terasa sangat sakit. Gadis itu menangis dan terjatuh sebab tak kuat menahan tubuhnya yang lemas.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY PRINCE CASSANOVA
Подростковая литератураSalsa Lalabilla Asseif Kehidupannya berubah setelah kejadian pengklaiman seenak hati yang dilakukan kapten basket pemilik gelar Prince Cassanova Archipelago yang terkenal memiliki wajah tampan, berdompet tebal, tapi sayang suka ganti-ganti pacar. Be...