Melvin menahan rasa sakit di kepalanya. Para tim medis dengan cepat memberikan pertolongan pertama pada Melvin.
Namun, tim medis sedikit kesulitan karena kehadiran Salsa yang berada di samping Melvin. Membuat mereka tidak leluasa untuk mengobati Melvin.
"Maaf, lebih baik kamu menunggu di luar agar kami bisa menangani pasien," ujar salah satu tim medis.
Salsa mengangguk dan mengucapkan maaf. Tetapi, Melvin masih tidak mau memlepas genggamannya.
"Vin, lo diobatin dulu oke. Gue ada ada di depan." Ucap Salsa di depan wajah Melvin mencoba untuk memberi pengertian pada cowok itu.
Melvin mendengus kasar lalu melepas genggamannya pada Salsa. Setelah itu Salsa langsung keluar dari ruang kesehatan dan duduk di salah satu bangku panjang disana.
Beberapa menit kemudian pintu ruang kesehatan terbuka, tim medis itu keluar dan memberitahukan keadaan Melvin.
Salah satu dari menjelaskan keadaan Melvin yang tidak terlalu parah. Membuat Salsa menghembuskan nafas lega. Secepatnya Salsa memasuki ruangan itu dan melihat Melvin yang menyandarkan diri dengan mata terpejam.
Alis Melvin mengkerut, sepertinya Melvin menahan sakit di kepalanya. Tangan Salsa terulur untuk mengusap lembut pelipis Melvin yang tertutup oleh kapas yang diberi obat merah dan ditempel dengan plester luka di pelipis kirinya.
Membuat Melvin langsung membuka matanya. Tatapan mereka saling mengunci selama beberapa detik, detak jantung Salsa berdetak kencang saat manik mata legam Melvin menatapnya begitu lekat.
Bahkan gerakan tangannya yang mengusap luka itu terhenti seketika. Salsa langsung mengalihkan pandangannya ke arah lain dan menarik tangannya. Gadis itu terlihat salah tingkah hanya dengan tatapan dari Melvin.
"Lo nggak papa, Vin?" Tanya Salsa. Melvin tidak menjawab melainkan terus menatap Salsa tanpa berkedip. "Vinn, jangan natap gue kayak gitu." Ucap Salsa malu, tapi terdengar seperti rengekan anak kecil.
Melvin tersenyum tipis, sangat tipis hingga orang yang melihat pun tak menyadari senyuman itu.
"Terus bagaimana dengan pertandingannya? Apa itu akan dihentikan?" Tanya Salsa. "Nggak, masih lanjut, gue ikut babak ketiga." Jawab Melvin.
"Lo yakin? Dengan keadaan lo yang kayak gini, masih mau terusin pertandingan?"
"Hm"
"Keadaan lo belum sepenuh fit, Melvin... lo gila ya,"
Melvin menaikan salah satu alisnya bingung dengan nada Salsa yang terdengar mengkhawatirkannya. Apa benar Salsa mengkhawatirkannya?
Seketika Salsa terdiam dengan tindakan bodohnya, bagaimana bisa dia segitu khawatirnya pada cowok itu? Padahal ia bukan siapa-siapanya.
"Maksud gu-gue lo ya-yakin lanjutin pertandingan?" Salsa mencoba kembali memastikan keputusan yang diambil Melvin. Karena sangat tidak memungkinkan jika cowok itu melanjutkan pertandinganya di tengah keadaan yang seperti ini.
"Melvin sayang," panggil seorang cewek yang memakai dress selutut berwarna biru tosca, yang langsung berlari kecil ke arah Melvin dan memeluknya erat.
"Sayang, kamu nggak kenapa-kenapa kan? Kepala kamu masih sakit nggak? Kita ke rumah sakit aja yuk," cerocos cewek itu dengan nada khawatir sedikit centil. Terdengar menjijikan.
"Berisik!"
Cewek itu memutar bola mata jengah lalu mengalihkan pandangannya menatap Salsa. "Lo siapa? Kenapa ada disini?" Tanya cewek itu.
"Ya gue--- gue tem---"
"Dia pacar gue," ucap Melvin tenang sedangkan Salsa menatap tajam padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY PRINCE CASSANOVA
Teen FictionSalsa Lalabilla Asseif Kehidupannya berubah setelah kejadian pengklaiman seenak hati yang dilakukan kapten basket pemilik gelar Prince Cassanova Archipelago yang terkenal memiliki wajah tampan, berdompet tebal, tapi sayang suka ganti-ganti pacar. Be...