Sesampainya di rumah Melvin langsung masuk meninggalkan Salsa, dengan langkah tergesa-gesa Salsa menyusul Melvin. Melvin membanting pintu kamar dengan keras Salsa yang mendengar dentuman pintu dari arah tangga, tersentak kaget. Rasa takut menyelimuti dirinya melihat kemarahan Melvin.
Dibukanya pintu kamar dengan pelan, Salsa melihat Melvin yang kini terduduk di atas kasur dan menutup wajahnya. Mencoba mengontrol emosinya. Matanya kini menatap tajam Salsa, membuat nyali Salsa menciut.
Melvin kembali menunduk sesekali menghembuskan nafas panjang untuk merendam emosinya. Salsa mendekati dan berdiri tepat dihadapan Melvin. Ia menangkup wajah Melvin dan sedikit menariknya ke atas. Salsa meringis menatap wajah Melvin yang lebam, dipenuhi luka dan dan darah. Bahkan luka di pelipisnya kembali mengeluarkan cairan merah kental itu.
Salsa keluar dan mengambil kompres es batu untuk mengompres wajah Melvin. Setelah kembali dengan takut dan gugup, Salsa memberanikan diri untuk duduk di hadapan Melvin.
"Kotak obatnya ada dimana?" Tanya Salsa. Melvin menunjuk laci meja yang ada di samping pintu kamarnya. Dengan cepat Salsa membuka laci atas dan setelah menemukan kotak obat itu, ia kembali duduk dihadapan Melvin.
Dengan tangan gemetar ia membersihkan darah yang ada di pelipis dan sudut bibir Melvin yang robek, setelah itu mengobati luka-luka yang ada di wajah Melvin.
Selesai mengobati Melvin, Salsa mengembalikan kotak obat itu ke dalam laci dan meletakan kompresan itu di atas nakas.
"Kalau gitu gue balik dulu ya Vin, mendingan lo istirahat aja ya." ucap Salsa lalu bangkit dari ranjang Melvin. Melvin tidak membalas ataupun merespon Salsa.
Salsa menghembuskan nafasnya jengah, melihat Melvin yang tidak merespon apapun padangan cowok itu terus memandang ke depan dengan tajam. Salsa merasa kalau Melvin masih belum meredakan amarah dalam tubuhnya.
Salsa tidak ambil pusing dengan itu, kakinya melangkah keluar dari kamar cowok itu. Salsa menuruni anak tangga yang terbilang lumayan banyak. Tangan gadis itu terulur membuka pintu utama dan terus melangkah hingga keluar dari halaman rumah megah tersebut.
Tak lama kemudian dari kejauhan terlihat taksi yang melintas ke arahnya, dengan cepat tangannya melambai memberhentikan taksi dan masuk ke dalam. Setelah memberitahukan alamat rumahnya taksi itu pun melaju dengan kecepatan sedang.
°•●↭♥↭●•°
Melvin melangkah bersama keempat sahabatnya menuju kelas XII IPA 1 yang berada di samping tangga pemisah koridol kelas XII IPA dan XII IPS.
Saat di persimpangan koridor menuju kelas, langkah Melvin dan keempat sahabatnya terhenti karena dihadapan mereka sekarang, baru saja seorang gadis lewat bersama ketuga sahabatnya sambil tertawa saling melempar candaan.
Sedangkan si cowok, sempat menatap Salsa sesaat sebelum melanjutkan langkahnya. Seakan dia tak mengenal Salsa, padahal kemarin mereka terlihat begitu dekat bahkan Melvin enggan untuk melepas Salsa dari jangkauannya. Nah sekarang apa terjadi dengan mereka?
"Salsa, kok Melvin cuek sih sama lo, bukannya kemarin kalian deket? Kalian lagi berantem?" tanya Feby kepo memandang bingung Salsa dan beralih ke punggu lebar Melvin yang hilang di balik koridor.
Salsa menoleh menata Feby lalu mengangkat bahunya tak peduli dan meneruskan langkahnya menuju lapangan utama untuk mengikuti pelajaran olahraga.
"Aneh" gumam Sazyah dengan wajah datar ciri khasnya.
Feby dan Luna saling berpandangan lalu mengangkat bahunya acuh, lagi pula yang mereka tau hubungan Salsa dan Melvin memang tanpa kejelasan yang jelas dan sejelas jelasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY PRINCE CASSANOVA
Подростковая литератураSalsa Lalabilla Asseif Kehidupannya berubah setelah kejadian pengklaiman seenak hati yang dilakukan kapten basket pemilik gelar Prince Cassanova Archipelago yang terkenal memiliki wajah tampan, berdompet tebal, tapi sayang suka ganti-ganti pacar. Be...