Luna baru saja keluar dari bilik kamar mandi sambil mengikat rambutnya dengan karet rambut yang terselip diantara bibirnya. Setelah mengikatnya menjadi satu. Luna menghampiri Feby yang sedang mencuci mukanya di wastafel.
"Mata lo bengkak, wajah lo juga pucet banget yakin lo mau ikut olaharaga?" Tanya Luna seraya merapikan seragam lalu memasukan ke dalam tote bag hitam.
"Gue tetep ikut olahraga," jawab Feby yakin lalu mengambil tiga lembar tisu untuk mengeringkan wajahnya.
"Iyaa yaudah ayo keburu dimulai kelasnya." Luna membalas pasrah.
Sebelum itu dia mengambil tote bag hitam berisi seragam miliknya lalu berjalan keluar kamar mandi menuju kelas dan menaruh barang-barang mereka di bawah kolong.
Salsa dan Sazyah sudah lebih dulu ke lapangan sebab Luna dan Feby terlalu lama di kamar mandi. Saat sampai di lapangan sudah ada Kak Bagas yang juga barusan datang.
Kening Feby mengerut tipis kala melihat kelas XII IPA 1 duduk bersebelahan dengan anak-anak kelasnya. Artinya Haikal juga akan ada diantara mereka, tapi ke mana lelaki itu? Di sana hanya ada para gadis kelas IPA.
Pandangan Feby bergulir menatap kepenjuru lapangan mencari keberadaan sosok Haikal, kemudian dari arah berlawan sosok itu muncul bersamaan dengan segerombolan laki-laki yang datang menggunakan baju olahraga.
Merasa puas setelah melihat keberadaan Haikal diantara gerombolan itu, Feby pun bergabung bersama yang lain.
"Baiklah semua telah berkumpul kita kita mulai pemanasan terlebih dahulu sebelum masuk ke praktek voli. Semua berdiri lalu lari mengelilingi lapangan sebanyak 3 kali. Ayo cepat!" perintah Kak Bagas.
Satu persatu mereka berlari disusul oleh yang lainnya mengelilingi lapangan utama di bawah terik panas matahari. Sudah hal biasa bagi mereka sejak dulu memulai olahraga dengan berlari keliling lapangan sebanyak 3 kali.
Diputaran kedua tiba-tiba saja sol sepatu Luna terlepas dan hampir saja gadis itu tersandung sol sepatunya sendiri jika tidak menjaga keseimbangan tubuhnya.
"Yahh lepas sol sepatunya." Luna membungkuk mengambil sepatu sebelah kirinya dan menatap nanar sepatu kesayangannya itu.
"Kok bisa lepas sih? Ini kan sepatu bagus," gumamnya sedih lalu nyingkir ke pinggir lapangan.
"Luna!" Panggil Ravy dari arah belakang.
"Ravy," lirih Luna.
Luna kembali menunduk melihat sepatunya yang tergeletak mengenaskan.
"Itu kamu kenapa?" Luna mendongak.
"Lepas,"
"Sepatunya?" tanya Ravy lagi.
"Iya sol sepatunya lepas,"
"Ouhh."
Tiba-tiba perasaan gugup menyerah Luna membuat gadis itu jadi salah tingkah seakan bingung apa yang mau dia lakukan.
Ini kenapa Ravy muncul sih! Gue kan jadi salting! Batin Luna menjerit.
Ravy kembali mendongak namun yang ia dapatkan Luna tengah melamun menatap ke arahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY PRINCE CASSANOVA
Teen FictionSalsa Lalabilla Asseif Kehidupannya berubah setelah kejadian pengklaiman seenak hati yang dilakukan kapten basket pemilik gelar Prince Cassanova Archipelago yang terkenal memiliki wajah tampan, berdompet tebal, tapi sayang suka ganti-ganti pacar. Be...