#17 Feelings That Are Getting Crushed!

222 27 1
                                    

Aku mencari Ferret yang aku peluk tadi, menelusuri koridor-koridor dan berjalan lingak linguk seperti mencari peliharaan yang hilang saja.

Tapi ditengah jalan, ada yang memanggil namaku, "Arabelle!" Panggilannya. Aku pun menoleh dan yang memanggilku adalah Cho Chang anak Ravenclaw yang disukai Harry.

"Iya?" Jawabku.

"Bisakah kita bicara sebentar? Kalau punya waktu sih." Kata Cho.

"Bisa, bisa. Aku mempunyai waktu luang." Kataku setuju. "Kalau begitu kita duduk dulu saja."

Cho dan aku duduk di bangku koridor, sepertinya Cho ingin mengatakan sesuatu yang penting.

"Bolehkah aku bertanya?" Tanya Cho.

"Silahkan! Jangan sungkan." Kataku mempersilahkan.

"Maaf, bangetnya. Aku hanya ingin tau. Apa hubunganmu dengan Cendric?" Tanya Cho.

"Cendric Diggory, anak Hufflepuff?" Tanyaku. Cho mengangguk.

"Aku dan Cendric hanya sebatas teman biasa saja. Tidak lebih." Jelasku.

"Sejak kapan kau mengenal Cendric?" Tanya Cho.

Aku mengerutkan kening, dan bergumam. "Kenapa Cho bertanya seperti ini?" Aku menatap Cho dengan penuh tanda tanya. "Aku kenal Cendric, saat ada pertandingan piala dunia Quidditch. Dia juga pernah menolongku dari para Death Eaters saat aku terpisah dari Draco."

"Ouh." Kata Cho.

"Memangnya kenapa Cho?" Tanyaku.

"Tak apa." Kata Cho.

"Apa kau cemburu Cho?" Tanyaku.

"Tidak kok." Sahut Cho. "Ya sudah ya, aku pergi dulu." Cho berdiri dan berjalan pergi. Tapi segera ku panggil lagi.

"Cho!" Panggilku.

"Iya?" Cho berbalik.

"Dapat salam dari temanku, dia menyukaimu!" Kataku sambil berjalan pergi. Cho hanya bingung dengan perkataanku.

Aku kembali mencari Draco, aku cemas dengannya. Sampai akhirnya aku bertemu dengannya. Tapi hal ini membuatku kembali hancur. Dia sedang tidur dipangkuan Pansy dan Pansy sedang memijat kening Draco. Tak ku sangka air mataku menetes dari mataku. "Tak hanya sekali kau melukaiku Draco!" Kataku tiba tiba. Draco bangkit dari pangkuan Pansy. Ia menatapku dan langsung berdiri berjalan mendekatiku.

"Arabelle." Panggil Draco dengan lembut dan mengusap air mataku.

"Kenapa kau selalu melukaiku? Apa salahku padamu?" Tanyaku.

"Apa kau juga tak merasa kau bersalah juga?" Tanya Draco sambil berbalik membelakangi ku.

"Apa?" Tanyaku.

"Kau menerima permintaan Cendric untuk menjadi pasangannya. Dan aku hanya bersama Pansy teman se-asramaku kau marah?" Kini kata Draco membentakku.

Aku tak menyangka Draco membentakku. "Draco, kau membentakku?"

"Maa--maaf Arabelle aku tak bermaksud untuk membentakmu." Kata Draco sambil memelukku. Aku mencoba untuk melepaskan pelukannya.

"Kau berani membentakku, sedangkan orang tuaku sendiri tak pernah membentakku." Kataku sambil mencoba lepas dari pelukan Draco. "Lepaskan aku!"

"Aku tak bermaksud untuk berkata seperti itu." Kata Draco sambil memelukku semakin erat.

Aku tak kembali mencoba lepas dari pelukan Draco. Aku terdiam membeku. Draco melepaskan pelukannya, "Kau kenapa?" Tanya Draco sambil memegang wajahku.

"Aku butuh waktu sendiri." Kataku kaku. "Kumohon!"

Aku berjalan pergi, aku tak pernah merasa se-sesak ini. Mom, dan Dad tak pernah sekalipun membentakku. Tapi Draco? Entahlah.

{Tunggu cerita selanjutnya ya!}

{Maaf jika banyak typo :( }

Hai, Reader! Kalau kalian suka dengan cerita ini, jangan lupa klik vote ya!!!, Karena gratis :v. Dan kalianlah sumber kebahagiaanku di sini ( ˘ ³˘)

Love story {Draco × Reader}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang