#44 Weasley's House Is On Fire!

141 18 1
                                    

Liburan hari natal tiba, aku menaiki kereta dan duduk bersama Harry dan Ron. Aku tak kembali ke Manor Prizoel, aku akan ke rumah Weasley bersama Harry. Aku sedang membaca buku sedangkan Harry dan Ron membicarakan pembicaraan Draco dan Snape. Aku tak tau jika Harry juga menguping, apa Harry mendengar pembicaraanku dengan Draco?

"Sumpah tak terlanggar." Kata Ron. "Kau yakin apa yang dikatakan Snape?"

"Tentu, kenapa?" Tanya Harry. "Arabelle juga mendengarnya."

"Aku?" Kataku sambil menutup bukuku. "Darimana kau tau?"

"Aku mendengarmu berbicara dengan mereka sambil berteriak-teriak." Jelas Harry. "Tapi saat Snape pergi, aku pun juga pergi membuntuti Snape walau tak membuahkan hasil."

"Harry, tak ada penyihir yang melanggar 'sumpah yang tak boleh dilanggar'." Kata Ron.

"Aku sudah merenungkannya sendiri, kau juga begitu." Kata Harry.

"Aku tak mengerti." Kata Ron. "Oh, ya ampun." Kata Ron sambil menatap ke arah pintu.

"Kenapa?" Tanyaku sambil melihat kearah pintu.

Terlihat Lavender disana, menghembuskan nafas ke kaca pintu dan menulis R+L didalam lingkaran Love dan dipinggirnya ada bentuk ujung panah.

"Lihatlah, siapa yang datang." Kataku sambil berbisik kepada Harry.

"Diam!" Bentak Ron.

Ron hanya tersenyum terpaksa melihat tingkah laku Lavender. Aku mencoba mendengarkan batin Ron, "Apa yang akan dilakukannya? Aku menyesal menjadi pacarnya."

Hampir saja aku memuntahkan tawaku, "Kenapa kau?" Tanya Ron. "Jangan jangan kau membaca pikiranku, Bell?"

"Oh, tidak." Kataku sambil mengibaskan tangan. "Aku hanya mengingat kejadian lucu di Hogwarts."

Ron menatapku tajam dan kembali melihat Lavender, "aku merindukanmu." Kata Lavender setelah itu pergi.

"Menyenangkan." Kata Harry.

"Dia yang berusaha menciumku." Kata Ron sambil berdiri dan menyodorkan bibirnya. "Lihat, bibirku jadi bengkak."

"Aku percaya padamu." Kata Harry yang menghindar.

"Minggir dari wajahku!" Kataku sambil memukul Ron dengan buku yang aku bawa.

Kemudian, Hermione datang dan melihat ke kaca pintu dan kemudian berlari pergi.

"Ron, kau tau." Kataku. "Lavender bertanya padaku tentang tipe wanita idamanmu."

"Terus kau menjawab apa?" Tanya Ron.

"Ya, aku menjawab, kau menyukai wanita yang berambut seperti Umbridge, berkulit seperti Argus Filch, bermata seperti kelinci." Kataku sambil tertawa.

"Kau gila?!" Teriak Ron. "Bngsd kau Belle. Aku ingin sekali mengutukmu menjadi batu sampai terpecah belah menjadi seratus keping."

"Astaga Ron." Kataku. "Tobat, woi! Tobat!"

"Apa yang terjadi denganmu? Bagaimana kalau kau melanggar sumpah itu?" Tanya Harry.

"Kau mati." Jawab Ron.

***

"Tunggu, pudingnya masih ada. Singkirkan, sudah cukup." Teriak Molly Weasley.

Aku berada di rumah Weasley, sedang membantu Mrs Weasley mencuci piring. Aku mendengarkan pembicaraan Harry dan Lupin.

"Voldemort telah memilih Draco Malfoy untuk suatu misi?" Tanya Lupin.

"Aku tau itu terdengar gila." Jawab Harry

"Terpikirkan olehmu Harry, Snape hanya berpura-pura membantu Draco untuk mengetahui apa yang di upayakan Draco?" Tanya Lupin

"Kelihatannya tak begitu." Kata Harry.

"Kelihatannya Harry benar, Remus." Kata Tonks. "Untuk membuat sumpah tak terlanggar, itu-"

"Yang penting, apakah kau percaya pada pertimbangan Dumbledore." Potong Remus. "Dumbledore mempercayai Snape, aku juga."

"Dumbledore bisa saja salah." Sela Harry.

"Kebencian membutakanmu!" Kata Lupin dengan nada tinggi.

"Arabelle juga mendengarnya!" Kata Harry menyebut namaku. "Dia juga mendengarkan pembicaraan Malfoy dan Snape!"

"Apa benar Arabelle?" Tanya Lupin. "Kemarilah jelaskan kepada kami!"

"Harry, aku ingin membunuhmu!" Batinku. "Kau selalu membawaku dalam masalah ini." Aku berjalan mendekati mereka.

"Ya, aku mendengar pembicaraan mereka." Jawabanku. "Tapi mereka sama sekali mengabaikan pertanyaanku."

"Dari hari ke hari, semakin banyak orang yang menghilang." Lanjut Lupin. "Kita hanya bisa percaya kepada sedikit orang. Jika kita bertengkar sendiri, kita akan habis."

Tonks pun berdiri berjalan pergi disusul oleh Lupin, aku pun pergi melanjutkan mencuci piring.

***

Lupin dan Tonks berpamitan pulang, mereka berpamitan didepan pintu. Aku duduk di sofa lengan sambil memakan pie bersama Ron.

"Belle, apa benar Malfoy menjadi salah satu dari mereka?" Tanya Ron sambil melahap pie.

Aku pun tersedak pie, Ron pun memukul pundakku. "Kenapa dengamu?" Tanya Ron. "Sepertinya kau tau sesuatu. Apa benar?"

"Ehem, hemm... Aku tak mengetahui apapun." Kataku. "Dan aku pun tak mengetahui Draco seorang pelahap maut atau bukan."

"Tapi kau pacarnya!" Kata Ron.

"Kalau pacarnya emang harus tau semua?" Kataku.

"Bukankah seorang pelahap maut memiliki tanda ditangan kirinya?" Tanya Ron. "Kau tau, lambang Tengkorak dan ular. Jika Harry benar, ditangan Malfoy ada tanda tersebut."

"Mana ku tau." Kataku sambil mengambil kue kering di toples.

"Seharusnya kau tau." Kata Ron. "Kau ini pacarnya!"

"Ron, memangnya aku pernah membuka baju Draco?" Pekikku. "Aku tak tau."

"Tapi kau pernah berciuman dengannya!" Kata Ron.

"Memangnya bibir Draco ada di tangan?" Kataku. "Aneh kali kau Ron. Memangnya saat kau berciuman dengan Lavender, bibir Lavender ada ditangan?"

Tiba-tiba terdengar suara semburan api dari luar rumah. "Apa yang terjadi?" Tanya Ron.

Aku langsung berlari ke arah jendela, "Pelahap maut!"

"Pelahap maut?" Ulang Ron.

Harry langsung berlari keluar rumah, "Harry, jangan!" Teriak Lupin sambil berlari menyusul Harry.

"Remus!" Panggil Tonks menyusul Harry dan suaminya.

"Harry!" Panggilku sambil berlari keluar pintu.

"Api mengelilingi rumah?" Tanyaku.

"Disini saja, dear." Kata Molly. "Jangan kesana!"

Sekarang giliran Ginny yang berlari menyusul Harry, "Ginny!" Teriak Molly.

"Arabelle, apa yang terjadi?" Tanya Ron. "Oh tuhan, apa yang yang terjadi dengan rumah kita?"

Tiba-tiba, rumah Weasley diserang pelahap maut dan membakarnya, "ahkkrr!" Teriakku.

"Ayo keluar dari sini!" Kata Molly sambil menggandengku pergi.

Saat merasa ditempat yang aman, Molly melepaskan tanganku dan memandangi rumahnya yang terbakar. "Tenanglah, Mrs Weasley." Kataku sambil memeluknya. Kami semua saling memandangi rumah tersebut dengan pandangan sedih.

{Tunggu cerita selanjutnya ya!}

{Maaf jika banyak typo :( }

Hai Reader!!! Buat kalian yang suka dengan cerita ini jangan lupa klik vote yaa!! Dan kalianlah sumber kebahagiaanku di Wattpad!!!!

Love story {Draco × Reader}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang