Aku, Harry dan Ron berada di kerumunan anak² yang sedang lalu lalang melewati koridor untuk masuk ke kelas mereka masing². Aku, Harry dan Ron tak ada pelajaran pagi ini, jadi aku dan mereka berdua hanya melihat anak² kelas satu salah jalan menuju kelas sejarah ramuan.
"Kelas sejarah sihir ada dilantai atas, nona-nona. Tidak dibawah." Teriak McGonagall. "Mr. Davies! Itu kamar mandi wanita!"
"Apakah ada wanita ganti baju disana?" Kata Ron sambil tertawa disusul Harry.
"Dasar pikiran kotor!" Umpat ku. "Sama seperti udang." Ron dan Harry hanya tertawa ngakak.
"Potter!" Panggil McGonagall.
"Kesana! Atau kau akan di ubah menjadi cangkir menggunakan mantra Fera Verto!" Kataku sambil mendorong Harry. Harry pun berjalan menghadap McGonagall.
"Sedang santai Harry?" Tanya McGonagall sambil menggeleng heran.
"Aku tak ada kelas pagi ini." Kata Harry dengan gugup. "Begitu yang aku lihat."
"Baiklah. Ku rasa kau akan masuk kelas ramuan." Kata McGonagall. "Atau kau tak punya ambisi lagi menjadi Auror?"
"Kurasa McGonagall akan menyuruh kita untuk pergi ke kelas ramuan." Kataku sambil berbisik kepada Ron.
"Aku malas pergi ke lantai bawah." Kata Ron sambil mendengus.
Kami akhirnya pergi bersama menuju lantai bawah kelas ramuan.
"Aku tak mau ambil kelas ramuan." Kata Ron sambil berjalan dengan cepat. "Sebentar lagi ada pertandingan ujicoba Quidditch. Aku harus berlatih."
"Kau masih banyak waktu untuk melakukan itu Ron." Sahutku. Ron malah membuat muka meledek, aku pun memukul Ron dengan tasku ke arah perutnya.
"Auh!" Pekik Ron.
Kami pun sampai di kelas ramuan, terlihat Profesor Slughorn sedang menjelaskan pelajarannya.
"Ah! Harry, Arabelle, aku mulai cemas. Kalian mengajak seseorang." Kata Slughorn yang mengetahui kami datang.
"Ron Weasley, sir." Kara Ron.
"Tapi, aku kurang pandai dalam masalah ramuan. Jadi aku akan--"
"Omong kosong aku akan ajari kau dengan baik." Potong Harry.
"Semua teman Harry dan Arabelle juga temanku. Keluarkan buku kalian." Suruh Slughorn.
"Maaf pak. Kami belum mendapatkan buku." Kataku.
"Ambil yang kau butuhkan dari lemari." Kata Slughorn.
Aku langsung berlari menuju lemari dan membukanya, ada tiga buku disana. Yang dua masih bagus, yang satunya terlihat rusak. Terlihat Harry dan Ron ingin berebut, dengan cepat aku mencubit pinggang mereka berdua dan mengambil buku yang paling atas dan bagus.
"Sialan kau Belle!" Kata Ron.
"Sorry." Kataku sambil meledek.
Harry dan Ron kembali melihat buku tersebut dan mulai berebut, aku yang ada ditengah berjalan mundur dengan paksa dan membuatku terjatuh.
"Aouww!" Pekik ku.
Tiba-tiba, seluruh kelas menoleh kepadaku. "Kau baik-baik saja, Arabelle?" Tanya Slughorn.
"Saya tidak mengapa." Kataku yang terduduk di lantai.
Ron menjulurkan tangannya, "kemarilah, ku bantu."
Aku pun menggapai tangan Ron, "thanks."
Aku berjalan menuju depan kelas, Harry dan Ron saking pukul karena Harry mendapatkan buku yang rusak.
"Ramuan pembangkit cinta yang paling manjur didunia." Jelas Hermione. "Menurut rumor baunya berbeda bagi tiap orang, tergantung ketertarikan mereka. Misalnya, aku mencium bau rumput segar, dan perkamen baru, pasta gigi beraroma mint." Setelah mengatakan itu semua Hermione berjalan mundur.
"Amirtentia tidak ciptakan cinta sejati. Itu mustahil." Kata Slughorn. "Tapi akan membangkitkan birahi yang kuat atau obsesi." Ada 4 gadis maju perlahan mendekati ramuan tersebut.
"Dan karena alasan itu, ini mungkin ramuan Paling berbahaya di kelas ini." Lanjut Slughorn sambil menutup ramuan tersebut.
***
Professor Slughorn menyuruh kami untuk membuat ramuan tegukan hidup bagai mati dengan waktu satu jam. Bagi siapa yang bisa membuatnya dalam satu jam akan mendapatkan hadiah ramuan Felix Felicis.
Aku mulai membuat ramuan tersebut, sangat sulit untuk memotong Sopophorus. Ketika hendak dipotong, hewan tersebut mental kemana mana. Tapi, Harry dengan mudahnya menghancurkan hewan tersebut.
"Bagaimana caranya?" Tanya Hermione.
"Hancurkan. Jangan dipotong." Kata Harry dengan senyum bahagia.
"Tidak. Perintahnya menyebutkan 'dipotong' " Elak Hermione.
"Tidak juga." Kata Harry.
Aku bingung dengan yang diperintahkan oleh buku tersebut, aku memasukkan semua bahan yang ada dibuku. Tapi malah membuat cairan tersebut meledak seperti ramuan milik Siamus. Rambutku berantakan seperti Hermione, wajahku hitam hitam seperti Siamus. Kini aku memperhatikan Draco, ia sedang berusaha untuk mendapatkan hasil yang terbaik.
Satu jam telah berlalu, semua anak tak bisa membuat ramuan tersebut dengan baik termasuk diriku. Kecuali, Harry. Harry bisa membuat ramuan tersebut dengan baik. Harry pun mendapat ramuan Felix Felicis, sebagai hadiah.
Aku keluar dari kelas dengan wajah kotor, aku lingak linguk mencari Draco. Aku melihat Draco yang berjalan keluar dari kelas ramuan dengan Carbbe, Goyle, dan Pansy. Aku oun menghampirinya,
"Hai, Draco." Panggilku sambil tersenyum kepadanya.
Tapi, Pansy, Goyle dan Carbbe menertawakanku. "Lihatlah wajahmu, sebaiknya bersihkan wajahmu." Ejek Carbbe.
"Dan rapikan rambutmu yang berantakan itu." Susul Goyle. Aku menatap ke Draco, ia hanya dia saja saat aku di ejek.
"Kau pikir, Draco akan membelamu?" Kata Pansy sambil mendorong tubuhku. "Jangan harap!"
"Sudahlah, kita pergi saja!" Kata Draco sambil berjalan pergi tanpa membelaku sedikitpun.
"Sudahku bilang, jangan mimpi akan dibela Draco." Kata Pansy sambil berjalan pergi dan menyenggolku dengan paksa.
"Kenapa Draco tak membelaku?" Gumamku dengan mata berkaca-kaca.
Aku berjalan dengan berkaca kaca, aku menahan tangisku, "Kenapa Draco berubah?" Kataku dalam hati, "Apa dia di Obliviate lagi? Tapi sepertinya ia mengingatku."
Aku berjalan tampa memperhatikan jalan, sampai akhirnya aku menabrak Neville.
"Maafkan aku, Neville." Kataku sambil mengusap air mataku.
"Kau kenapa?" Tanya Neville. "Menangis?"
"Tidak," Elakku. "Aku hanya, hanya kelilipan debu terus membuat mataku perih."
"Jangan membohongiku Arabelle, kau menangis." Kata Neville dan aku hanya tersenyum.
"Kenapa dengan wajahmu?" Tanya Neville sambil menahan tawa.
"Terkena ledakan di kelas ramuan." Kataku. "Apakah aku sejelek itu?"
"Tentu tidak." Kata Neville sambil tertawa kecil dan merapikan rambutku. "Kau terlihat lucu."
"Konyol." Kataku sambil tertawa disusul oleh Neville.
"Oh iya, kenapa kau tak bersama Malfoy?" Tanya Neville.
Aku hanya menghembuskan nafas panjang, "Dia telah berubah, Neville. Dia telah berubah."
{Tunggu cerita selanjutnya ya!}
{Maaf jika banyak typo :( }
Hai Reader!!! Buat kalian yang suka dengan cerita ini jangan lupa klik vote yaa!! Dan kalianlah sumber kebahagiaanku di Wattpad!!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Love story {Draco × Reader}
FantasiBagaimana jika si keras kepala dan si angkuh bertemu? Dan bagaimana jika kebencian dan cinta menjadi satu? Siapakah yang akan menang? Apakah dendam antara kedua orang tua mereka akan mengalahkan cinta mereka? {End} {Makin kebawah makin seru!} Semua...