Hari ini tanggal 23 Februari, besok adalah hari ujian kedua akan diadakan. Aku ingin memberikan semangat untuk Cendric, tetapi sejak ia berpacaran dengan Cho, dia sedikit menjauhiku.
Aku berada di Aula bersama Draco yang sedang memakan apel hijau kesukaannya. Aku duduk di sebelah Draco dan sedang membaca koran. Tiba tiba sikembar Weasley datang menemuiku.
"Arabelle!" Panggil George dapat ku pastikan.
"Ya?" Jawabku sambil melipat koran yang sedang aku baca.
"Kau dipanggil Professor McGonagall!" Katanya.
"Untuk apa?" Tanyaku.
"Entahlah, Hermione dan Ron juga dipanggilnya. Sekarang mereka ada dikantornya." Jelas Fred.
"Kenapa McGonagall memanggilmu?" Tanya Draco.
"Entahlah." Kataku sambil menggidikkan bahu.
"Ahhh, sepertinya aku tau." Kata George sambil menjentikkan jarinya. "Pasti kalian akan dihukum!"
"Hukum? Tentang apa?" Kataku terkejut.
"Kau, Hermione, dan Ron selalu membantu Harry dalam memecahkan masalah teka teki telur emas kan?" Kata Fred. "Sepertinya McGonagall melihat kalian berempat di perpustakaan dan mendengar pembicaraan kalian!"
"Mampus aku!" Kataku sambil menepuk jidatku.
"Sudah pergilah, daripada nanti McGonagall tambah marah." Kata Fred dan George bersamaan dan berjalan pergi.
"Aku harus kekantor Professor McGonagall sekarang!" Kataku sambil melompat dari kursi.
"Tunggu!" Kata Draco. "Aku akan menemanimu."
"Tak usah!" Kataku menolak. "Nanti kita bertemu lagi setelah aku kembali dari kantor McGonagall. See you!"
Aku berlari menuju kantor McGonagall dan akhirnya sampai juga. Disana ada Hermione dan Ron yang duduk di kursi yang telah disediakan.
"Permisi!" Kataku sambil masuk ke dalam kantor.
"Silahkan masuk, Miss Prizoel!" Kata Professor McGonagall yang duduk di kursinya. "Silahkan duduk!" Aku duduk di kursi kosong dekat Ron.
"Kalian tau kenapa kalian dipanggil?" Tanya Professor McGonagall.
"Tidak." Jawabku dan yang lainnya serentak.
"Baiklah, akan saya beritahu." Kata McGonagall sambil merapatkan kedua telapak tangannya. "Besok, tanggal 24 Februari. Adalah hari ujian kedua untuk para juara Triwizard. Dan aku ingin kalian menjadi salah satu dari mereka."
"Maksudnya. Professor?" Tanya Hermione.
"Jadi, besok jam tujuh sebelum turnamen dimulai, kalian akan dibawa ke danau hitam dan akan menjadi sandera para putri duyung penghuni danau hitam." Jelas McGonagall. "Dan kalian akan tertidur pulas di dalam air danau selama satu jam sampai akhirnya ada yang menyelamatkan kalian dari jeratan para putri duyung tersebut."
"Tunggu, Professor?" Pekik Ron.
"Yes, Mr. Weasley?" Kata Professor McGonagall.
"Menjadi sandera para putri duyung?" Kata Ron. "Ya benar saja Professor."
"Kalian tidak boleh menolak, ini sudah menjadi tradisi." Kata Professor McGonagall. "Dan juga, kalian tidak boleh mengatakan hal ini kepada siapapun."
"Baik Professor." Kataku dan Hermonie, Ron hanya diam saja.
"Besok, kalian akan dipanggil Percy Weasley untuk menghadap Professor Dumbledore dan menjalankan tugas."
***
Kami keluar dari kantor McGonagall dan berjalan bersama menuju ruang rekreasi Gryffindor. Dan ngomel ngomel gak jelas.
"Dari beberapa bulan lalu tradisi terus, yang dibahas Professor McGonagall." Kata Ron. "Malah kita dijadikan sandera para putri duyung lagi. Masa juga tradisi?"
"Sudahlah Ron!" Tukas Hermione. "Kita jalankan saja yang diperintahkan Professor McGonagall."
"Ohh, benarkah?" Kata Ron dengan nada mengejek. "Apa kau berfikir akan dibebaskan Vicky saat jadi sandera para putri duyung?"
"Okay, mereka mulai bertengkar lagi." Gumamku.
"Ron! Jangan memanggilnya Vicky!" Teriak Hermione. "Aku tak berfikir seperti apa yang kau maksud Ron!"
"Ouh, benarkan? Terus apa yang kau pikirkan?" Kata Ron sambil berkacak pinggang.
Mereka kini mulai adu mulut, aku yang ada diantara mereka bingung harus berbuat apa. "Lebih baik aku diam, daripada menjadi mangsa Ron seperti saat malam itu." Kataku dalam hati.
"Dan kau Arabelle!" Kata Ron sambil menunjukku.
"Yup, aku akan menjadi sasaran kemarahannya." Kataku dalam hati sambil tersenyum terpaksa. "Apa?"
"Kau juga berfikir akan diselamatkan oleh Cendric kan?" Kata Ron.
"Terserah kau saja Ron!" Kataku sambil memutar bola mataku. "Aku harus pergi." Aku berjalan pergi.
Aku berjalan untuk menemui Draco di Aula, semoga saja ia masih disana bersama apel hijaunya.
Aku sampai di Aula, ternyata Draco masih disana. Aku menghampiri Draco dan menutup matanya dengan telapak tanganku.
"Aku tau, itu kau Arabelle!" Kata Draco sambil melepaskan tanganku dari wajahnya.
"Sepertinya aku harus meminum ramuan pengubah bentuk, dan apa kau masih bisa mengenaliku." Kataku sambil duduk di sebelah Draco.
"Coba saja, aku akan tetap mengenalimu." Kata Draco sambil menyeringai. Aku hanya tertawa.
"Kenapa tadi McGonagall memanggilmu?" Tanya Draco.
"Ouh, iya. Professor melarang ku untuk memberi tau siapapun." Kataku dalam hati.
Melihat aku tak menjawab pertanyaannya, Draco langsung mencubit pipiku. "Hei, aku bertanya kepadamu!"
"Ahh, Draco lepaskan ini sakit!" Kataku sambil berusaha melepaskan tangan Draco dari pipiku.
Draco melepaskan cubitannya, "Kenapa kau tadi dipanggil McGonagall?"
"Tugas!" Jawabku. "Ada tambahan tugas untuk kami agar tidak membantu Harry dalam memecahkan misteri telur emas."
"Ouh." Jawab Draco. "Kau tak berbohong padaku kan?"
Aku salting, "Tidak, tidak."
Draco menatapku tajam seperti tatapan curiga. Aku hanya menelan ludah bulat bulat.
{Tunggu cerita selanjutnya ya!}
{Maaf jika banyak typo :( }
Hai Reader!!! Buat kalian yang suka dengan cerita ini jangan lupa klik vote yaa!!! Karena kalianlah sumber kebahagiaanku di Wattpad!!! ( ˘ ³˘)
KAMU SEDANG MEMBACA
Love story {Draco × Reader}
FantasiBagaimana jika si keras kepala dan si angkuh bertemu? Dan bagaimana jika kebencian dan cinta menjadi satu? Siapakah yang akan menang? Apakah dendam antara kedua orang tua mereka akan mengalahkan cinta mereka? {End} {Makin kebawah makin seru!} Semua...