Hei, guys. Muehehe, ada sedikit perubahan di cerita kalung Alazar Slytherin. Lebih lengkapnya silahkan baca!!
Sebenarnya ada capture sebelum cerita ini, tapi hilang.😭 Jadi kita langsung saja ke Hogwarts saat Draco di Sectumsempra! Jangan bingung ye!
Happy reading!!🕊️
___________________________Pagi datang, aku sarapan pagi bersama sahabatku. Lavender ada dimeja sebelah dengan muka marah, Ron hanya bisa memandangnya dengan tatapan tak tau apa yang harus dilakukan.
"Hentikan Ron. Kau membuat salju turun." Kata Hermione. Harry pun membersihkan salju yang ada dimeja.
"Katakan padaku bagaimana aku bisa putus dengan Lavender lagi." Kata Ron.
"Um, begini, dia datang menjengukmu di rumah sakit." Jelas Hermione. "Dan kau bicara, bukan pembicaraan yang panjang."
"Jangan salah paham, putus dengannya sangat menggetarkan jiwa. Sepertinya dia sedikit marah." Kata Ron.
Kami semua berbalik untuk melihat raut wajah Lavender, ia terlihat sangat marah. Sendok yang ada di tangannya dikepal sekuat mungkin.
"Ron, bukan sedikit marah." Kataku. "Tapi marah besar."
"Ya, memang begitu." Kata Hermione. "Kau bilang kau tak ingat kejadian malam itu? Sama sekali tidak?"
"Ada sesuatu yang aku ingat." Kata Ron sambil menatap Harry. "Tapi bisa saja keliru. Saat itu pikiranku melayang."
"Benar melayang." Kata Hermione sambil kembali melanjutkan membaca koran.
"Arabelle?" Panggil Harry.
"Ya? Apa?" Tanyaku.
"Kemarin malam aku melihatmu bersama Malfoy ditempat sepi?" Tanya Harry. "Kalian sedang apa?"
"Kau melihatku?" Tanyaku terkejut. "Um, aku hanya- hanya bicara berdua dan saling mendekatkan diri. Kau tau setelah aku di Obliviate, aku jarang berbicara berdua dengannya."
"Sebaiknya kau hati hati." Kata Ron.
"Benar kata Ron. Aku takut jika kau terkena imbasnya ketika kau bersama anak pelahap maut." Sahut Harry sambil kembali membaca bukunya.
"Harry." Panggil Hermione. "Itu Ketie. Ketie Bell."
Harry langsung melompat dari kursinya dan mengejar Ketie. Aku melanjutkan makanku, aku melihat Draco datang. Aku hendak menyapanya, tapi ia langsung berjalan pergi dengan cepat.
"Kenapa Draco?" Batinku. Terlihat Harry seperti mengejar Draco.
"Kenapa Harry mengejar Draco?" Tanyaku.
"Entahlah." Jawab Ron.
Aku merasakan sesuatu akan terjadi, hatiku terasa jngin menyusul mereka. Aku pun meninggalkan makananku dan berlari menyusul mereka.
Harry berjalan ke arah kamar mandi laki laki, aku terus mengikutinya. Tapi. Sesampainya di kamar mandi aku mendengar suara gaduh, sepertinya Draco dan Harry saling menyerang. Terdengar suara air mengalir deras, setelah itu aku mendengar Harry berkata, "Sectumsempra!"
Aku mendengar pekikan Draco, aku langsung berlari mendekati Draco.
"Draco!" Panggilku sambil berlari mendekatinya. "Apa yang terjadi denganmu?"
Draco merengek kesakitan, ia mengeluarkan air mata. Darah bercucuran di badannya. Harry pun muncul, "Harry!" Panggilku sambil berjalan mendekati Harry. "Apa yang kau lakukan padanya?"
"Aku tak tau." Kata Harry. Aku pun berjalan kembali mendekati Draco.
"Draco, darahmu kemana mana!" Kataku yang cemas dengan keadaan Draco. "Apa yang harus aku lakukan? Harry! Lakukan sesuatu!"
Harry hanya diam tak berkutik, "Astaga Draco, apa yang harus aku lakukan? Kau jangan membuatku menangis!"
Draco sangat kesakitan, sampai akhirnya Snape datang dan memandang Harry dan diriku. Harry langsung berlari keluar, "Apa yang terjadi?" Tanya Snape.
"Aku tak tau, Professor." Jawabanku. "Harry menyerang Draco. Setelah aku masuk Draco sudah seperti ini."
Snape pun langsung jongkok dan meletakkan tongkatnya ke badan Draco dan diarahkan ke lukanya secara perlahan dan seperti mengucapkan sebuah mantra asing, "Vulnera Sanentur! Vulnera Sanentur!" Perlahan lahan darah yang mengalir dibadan Draco berhenti dan lukanya menghilang.
Snape pun bangkit, "Aku akan membawanya ke rumah sakit. Kau pergilah!"
"Tidak, aku akan menemani Draco." Kataku.
"Terserah kau!" Kata Snape sambil membopong tubuh Draco.
Sesampainya di rumah sakit, Madam Poppy langsung mengobati Draco. Aku selalu didekatnya, sampai sore Draco tetap tidak sadarkan diri. Aku menggenggam tangan Draco, "Draco, sadarlah!" Kataku. "Aku disini, untukmu. Aku akan tetap disini."
Setelah beberapa menit, Draco pun siuman, "Arabelle!" Panggil Draco dengan lemas.
"Draco!" Panggilku senang. "Kau sudah siuman."
"Kau menungguku?" Tanya Draco.
"Tentu." Kataku sambil menggenggam tangan Draco. "Aku akan selalu mengawasimu dan menjagamu disini."
"Thank you, by." Kata Draco sambil mencium tanganku. "Aku ingin memberikan sesuatu untukmu."
"Apa?" Tanyaku.
Draco pun merogoh kantong celananya dan mengeluarkan sebuah kalung yang memiliki 7 sisi (kalung Alazar Slytherin) dan memberikannya kepadaku. "Tolong jaga ini untukku."
"Kalung apa ini?" Tanyaku.
"Ini kalung milik Alazar Slytherin." Jelas Draco. "Suatu hari, akan ada yang mencarinya. Jangan berikan kepada siapapun! Kalung itu harus dihancurkan!"
"Dihancurkan?" Tanyaku.
"Aku ingin, suatu hari kau yang menghancurkan kalung ini." Kata Draco. "Jangan sampai ada yang tau kalau kalung ini bersamamu!"
Aku pun mengangguk, "Aku akan menjaganya untukmu. Aku janji."
Aku mencium dahi Draco, dan menyandarkan kepalaku ditangannya. Draco mengusap kepalaku dan menciumnya. Aku memejamkan mataku dan mulai terlelap.
{Tunggu cerita selanjutnya ya!}
{Maaf jika banyak typo :( }
Hai Reader!!! Buat kalian yang suka dengan cerita ini jangan lupa klik vote yaa!! Dan kalianlah sumber kebahagiaanku di Wattpad!!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Love story {Draco × Reader}
FantasíaBagaimana jika si keras kepala dan si angkuh bertemu? Dan bagaimana jika kebencian dan cinta menjadi satu? Siapakah yang akan menang? Apakah dendam antara kedua orang tua mereka akan mengalahkan cinta mereka? {End} {Makin kebawah makin seru!} Semua...