NATHAN || 11

77K 5.7K 297
                                    

Happy Reading
.
.
.

Aku bikin cerita ini cuma iseng doang, karna tiba-tiba aja punya pemikiran kayak gini. Tapi meski begitu, aku tetap mengharapkan sesuatu dari kalian. Vote atau Komen misalnya. Bisa gak kalian klo bca cerita ini tinggalkan jejak? Terserah mo komen ato apa? Tapi tinggalkan jejak bisa 'kan? Gpp sih klo gk mau, gk mksa kok. Tapi ini sebagai kalian menghargai tulisan Author, right?

------

Nathan turun dari motor Dhika saat mereka sudah sampai disekolah Smartputih. Dhika memarkirkan motornya ditempat biasa diikuti beberapa inti Archimosh lalu menyusul Nathan yang sudah jalan lebih dulu. Semua siswa memperhatikan penampilan Nathan yang jauh dari kata buruk atau bisa dibilang kalau penampilan Nathan ini seperti pria kutu buku. Tapi anehnya ketampanannya malah bertambah dengan penampilan yang begitu rapi.

Beda dengan teman-temannya yang penampilannya urakan, ujung seragam dikeluarkan, tidak memakai dasi, memakai headband didahi, rambut yang begitu berantakan seperti sehabis bangun tidur.

Dari belakang Gabriel menatap Nathan dari atas sampai bawah. Lalu ia berbisik pada Bernard yang berada disebelahnya. "Penampilan si Nathan kaya gini, malah bikin gue jadi oleng."

Bernard menautkan alisnya. "Oleng gimana maksud lo?"

"Kalau si Nathan kaya gini, gue jadi pengen niru padahal gue udah nyaman style nya begini." ujar Gabriel menatap dirinya yang sama urakannya seperti temannya.

Bernard mengangguk setuju.

Kedatangan pri tampan Smartputih suasana kelas 11 IPA 1 seketika hening. Semua perempuan yang bergosip langsung menatap pada Nathan yang berjalan menuju bangkunya. Mereka semua terpanah melihat ketampanan Nathan yang makin menjadi karena pakaian pria itu.

Nathan meletakkan tas diatas meja, duduk dikursinya, lalu melepas jaket yang dia pakai dan diletakkan dibadan kursi. Rapi begini bukan kemauan Nathan sebenarnya, ini semua karena perintah dari Anin. Gadis itu mengatakan kalau ingin mengambil perhatian dari guru, Nathan harus rapi. Padahal Nathan tak butuh itu, untuk apa mengambil perhatian dari guru hanya untuk beasiswa karena yang diambil itu kepintaran otak.

Tapi karena Anin yang keras kepala dan Nathan yang malas berdebat terpaksa melakukan apa yang gadis itu inginkan.

Dhika duduk disamping Nathan. "Lo nikahnya jadi besok?" tanya Dhika pelan.

Nathan bergumam. "Hm." ia membuka buku fisika dan melihat-lihat rumus.

Gabriel duduk menyamping dengan punggung menempel didinding. "Nath, lo mau hadiah apa dari gua? Nanti gue kasih." tanyanya sambil memakan nasi goreng yang ia beli dari Warsum.

Kepala Nathan menggeleng. "Gada." jawabnya singkat. Sepertinya Nathan yang dulu sebelum ngidam, sudah kembali.

"Apa gitu, masa gada."

"Gada."

"Gue kasih motor, mau?" tawar Gabriel.

Nathan tetap menggeleng. Dahi pria itu berkerut pertanda dia sedang serius membaca rumus yang begitu susah.

Gabriel cemberut. "Pokoknya, mau gak mau, lo tetap gue kasih motor. Lumayan, garasi rumah gue longgar."

Nathan tidak menjawab membuat Gabriel jengkel.

"Si Nathan gak mau, sini sama gua aja." kata Rad memperbaiki headband didahinya.

"Ogah. Motor lo udah banyak, yakali gue kasih sama lo."

NATHAN [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang