NATHAN || 31

54.5K 3.3K 59
                                    

Happy Reading
.
.
.

Selamat membaca 🤗🤗🤗

--------

Nathan mengusap kepala istrinya. "Lo masuk sana, gua mau langsung berangkat kerja." ucapnya setelah mobil yang dikendarai berhenti didepan rumah kecil mereka.

Anin mengangguk, ia mengambil tas berukuran sedang berisi pakaian kotor yang terletak dijok belakang. "Kakak kalau cape istirahat, ya. Anin gak mau kakak tiba-tiba sakit." ucap Anin menatap suaminya.

Nathan mengangguk. "Iya."

Anin mengambil tangan Nathan, mencium punggung tangan suaminya sebagai bakti seorang istri bila suaminya sedang pergi sebelum keluar dari mobil dan masuk kerumah.

Perlakuan seperti itu baru pertama kali dilakukan Anin dan baru pertama kali diterima Nathan membuat cowok itu mematung sesaat.

"Ck, baru segitu aja udah deg-degan." decak Nathan mengejek dirinya sendiri sebelum menjalankan mobilnya meninggalkan pekarangan rumah.

Anin berjalan kedapur memasukkan pakaian kotor bekas semalam dan tadi pagi kedalam mesin cuci. Menghidupkan mesinnya setelah memasukkan rinso, Anin mencuci piring kotor yang terletak di wastafel.

Setelah mencuci piring, wanita berwajah manis dan memiliki sifat yang lembut itu menyapu rumah dan menyapu halaman depan. Tak lupa Anin menyiram bunganya dan membuang daun kering yang beterbangan yang berasal dari pohon mangganya.

Anin pulang kerumah jam setengah 3 sore. Sekarang sudah jam 5 sore dimana semua pekerjaannya sudah beres dan ia sudah mandi. Sekarang Anin duduk diteras sambil nge-teh dan menonton video dihapenya.

"Aninn!" teriakan kecil itu membuat Anin menoleh dan melihat Hesti melambai kearahnya dari rumahnya.

Anin tersenyum. "Iya, Hes." sahutnya meletakkan hapenya.

"Gua kesitu, ya, gua gabut disini terus." tanpa menunggu Anin menjawab, Hesti menutup pintu rumahnya lalu melompat dari pembatas rumahnya kearah pohon mangga dan berjalan menuju rumah Anin kemudian melompat lagi hingga kini ia sudah berpijak dirumah Anin.

Anin yang melihat itu melongo, hanya butuh beberapa detik Hesti sudah tiba didepannya dan sekarang tengah menyengir kearahnya.

"Semalam lu kemana, Nin? Gua panggil-panggil lu ngga nyahut." Hesti mengambil satu brownis milik Anin diatas meja samping kursi yang diduduki bumil itu.

Anin mengerjap sebelum menjawab. "Ke markas Archimosh. Aku sama kak Nathan nginap disana." ucap Anin.

"Dan baru pulang sekarang?" tanya Hesti. Anin mengangguk pelan.

Hesti manggut-manggut. Teringat sesuatu, Hesti berdehem menatap Anin dengan mata dikedip-kedipkan membuat Anin mengernyit.

"Kamu kenapa? Matamu kelilipan?" tanya Anin polos.

"Mana ada!" sergah Hesti ngegas. Tersadar, ia berdehem lagi. "Semalam lo nginap di markas Archimosh, bang Nathan juga, berarti calon doi gua nginap dong?" tanya Hesti dengan muka dibuat polos.

Mengerti maksud tingkah lucu Hesti. Anin tertawa jenaka. "Jelas lah, disana 'kan tempat mereka biasa kumpul. Apalagi kak Rad anak inti pasti dia ada."

Mata Hesti sontak berbinar. "Doi pa kabar? Terakhir kali gua lihat dia tiga hari lalu pas kita gak sengaja papasan di warung depan. Dia beli rokok, gua beli beras."

"Kak Rad baik, kok. Kenapa, kamu kangen?" tanya Anin menggoda dengan mata memicing.

Hesti membuang muka malu-malu yang terlihat tidak cocok untuk perempuan tomboi seperti dirinya. "Kangen lah, masa enggak." cicit Hesti tapi masih didengar oleh Anin.

NATHAN [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang