NATHAN || 20

64.8K 4.2K 297
                                    

Happy Reading
.
.
.

Selamat membaca 🤗🤗🤗

--------

Jam 1 dini hari lewat 15 menit Anin terbangun. Ia menoleh kesamping menatap suaminya yang tidur dengan nyenyak. Dengan setengah mata yang mengantuk, Anin duduk dan bersandar pada kepala kasur. Wanita itu mengusap perutnya dari balik piyama baju tidurnya yang bergambar beruang serupa dengan piyama yang dipakai suaminya.

"Kok, aku pengen sate, ya." gumam Anin serak bertanya pada dirinya sendiri. Didalam mimpinya Anin sedang makan sate ayam yang begitu enak dan membuatnya ingin nambah. Dan sekarang Anin ingin makan itu, tapi ia mana tega membangunkan suaminya?

Anin turun dari kasur dan memakai jaket milik Nathan lalu ia hendak membuka pintu sebelum sebuah suara terdengar disunyinya malam membuat Anin tertegun.

"Mau kemana?" suara serak itu berasal dari Nathan yang menatap istrinya kemudian dia duduk sambil mengacak rambutnya.

Anin berbalik menatap suaminya dengan mata mengerjap. "Mau keluar."

Kening Nathan mengerut. "Keluar kemana?" tanya cowok itu sambil menghampiri istrinya.

"Mau beli sate, kak, Anin kepengen banget." lirih Anin dengan muka sedih.

Nathan menatap jam dinding. "Jam satu lewat. Mana ada sate jam segini. Udah besok aja gua beli. Kalau sekarang udah gak ada itu." Nathan menarik tangan Anin tapi wanita itu menahan tangannya membuat Nathan berbalik menatap istrinya.

Bibir Anin turun kebawah, wajahnya terlihat ingin dikasihani. "Gak bisa, kak, Anin maunya sekarang. Kakak tidur aja, biar Anin yang nyari."

"Ck, belagu banget lu nyari sendiri." decak Nathan. "Mana ada sate jam segini, udah pada pulang itu semua." lanjut Nathan.

Anin tetap kukuh, ia menggeleng. "Kalau gak dicari kita gak bakal tau, masih ada atau nggak." ujar Anin keras kepala. "Udah, kakak tidur aja, biar Anin cari sendiri."

Tanpa menunggu persetujuan suaminya. Anin keluar dari kamar dan membuka kunci rumah.

Nathan menghela napas. Sepertinya keinginan Anin benar-benar tidak bisa ditunda. Nathan jadi teringat dirinya sewaktu ngidam dulu. Keinginannya itu harus terpenuhi, kalau tidak Nathan akan mengeluarkan air matanya. Detik itu Nathan baru menyadari ia tidak boleh egois, disaat istrinya mengidam ia tidak memberikan apa yang dia mau. Padahal sewaktu ngidam dulu, Anin selalu menuruti kemauannya.

Mengambil jaket dengan cepat, Nathan keluar dari rumah dan melihat istrinya sudah agak jauh. Dilihat dari sini, Anin berjalan cepat sambil celingak-celinguk mencari gerobak sate yang biasanya nangkring.

Nathan berlari mengejar Anin dan berseru. "Anin!"

Anin yang mendengar suara suaminya berhenti berjalan. Dia menoleh kebelakang menatap suaminya yang berjalan menuju kearahnya hingga kini Nathan berdiri didepannya.

"Kakak mau ngapain nyusul Anin?" tanya Anin men-risleting jaket Nathan.

"Temanin lo. Gak mungkin bumil kayak lo, gue biarin pergi keluar sendiri begini." Nathan berjalan sambil memasukkan kedua tangannya pada saku jaket. Disampingnya Anin ikut berjalan melakukan hal yang sama.

"Nah, gitu baru suami gentlemen." kata Anin senang. "Kalau istri minta sesuatu, itu harus dikasih. Apalagi pas hamil gini, gak bisa diajak kompromi. Kalau gak dipenuhi, katanya anaknya bakal ngiler. Anin gak mau anak Anin ileran."

"Hm." Nathan bergumam malas. Matanya begitu mengantuk dan badannya lelah karena seharian melakukan aktivitas. Tapi ngidam Anin tidak bisa ia abaikan begitu saja. Diperut Anin itu anaknya juga, dan ia tak mau ucapan Anin tadi benar-benar terjadi. Nathan tak mau anaknya ileran.

NATHAN [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang