EXTRA PART I

91K 4K 322
                                    

Happy Reading
.
.
.

Selamat membaca 🤗🤗🤗

--------

"Akhirnya lu pulang juga, Nathan."

"Lu ngapain sih di-negara orang? Emang gak nyaman di-negara sendiri?"

"Nat, kalau mau kabur jangan ke-luar negeri. Disini masih banyak tempat, lu kaburnya kesana."

"Hehe, gua pengennya kesana aja. Oh ya anak gua mana?"

Bayi berumur enam bulan yang tidur telungkup itu masih diam di-tempatnya saat kuping mungilnya mendengar suara orang dewasa yang bahasanya tak bisa ia artikan. Dia tidak bereaksi apa-apa, hanya mulut mungilnya yang terus bergerak mengemut empeng-nya.

Barulah saat ia mendengar suara yang amat familiar di-kupingnya Milsha berhenti mengemut. Untuk memastikan dia adalah orang yang ia tunggu-tunggu selama ini. Milsha menyeret badannya memutar kearah sekumpulan pria yang tengah menyambut seseorang.

Empeng di-mulutnya jatuh, Milsha menatap sosok itu dengan mata hitamnya yang berkaca-kaca. Dagu-nya bergetar pelan dengan mulut tertutup rapat.

Hesti yang melihat Milsha menatap Ayah-nya dengan mata berkaca-kaca memanggil Nathan. "Bang, anak lu noh." kata Hesti menunjuk Milsha sambil tersenyum melihat muka imut itu.

Nathan menatap Hesti sebelum mengikuti arah pandang gadis tomboy itu. Seketika senyum Nathan melebar melihat putrinya tengah telungkup diatas karpet berbulu lembut sambil menatapnya hendak menangis.

Kaki jenjang Nathan melangkah cepat, ia menunduk meraih putri kecilnya kemudian diangkat. Nathan tersenyum melihat wajah putrinya yang merah.

"Unchh...anak Papa udah gede ih." Nathan berkata parau, matanya memanas. Ia memeluk putrinya yang amat ia rindukan selama beberapa bulan ini.

Milsha melingkarkan tangan mungilnya pada leher Ayah-nya. Wajahnya ia sembunyikan dicerukan leher Ayah-nya dan menangis terisak. Tidak bertemu selama beberapa bulan tapi Milsha masih mengenal suara itu, suara yang selalu mengucapkan selamat malam saat ia masih berada dikandungan.

Semua orang termasuk Anin tersenyum melihat Ayah dan Anak itu berpelukan. Tidak bertemu tentu membuat keduanya saling merindukan. Dan rasa rindu itu mereka tumpahkan melalui sebuah pelukan hangat.

Mendengar suara tangisan anaknya yang tak berhenti membuat Nathan mengusap punggung mungil itu. "Cup..cup...udah sayang. Papa disini buat Milsha. Jangan nangis lagi, dek." kata Nathan lembut dengan aura kebapakan-nya.

Ia hendak melepas pelukan mereka tapi Milsha menahan membuat Nathan tak jadi melepaskan pelukannya. Takutnya saat ia lepas paksa, putri kecilnya kesakitan.

"Anak gua udah dikasih makan belum?" tanya Nathan entah kepada siapa sambil berjalan menuju sofa dan duduk disana dengan Milsha yang meletakkan pipi kanan didada Nathan. Tangan kecilnya memeluk badan Ayah-nya.

"Udah. Makanannya bubur bayi yang dikasih si Anin." Reyhan yang sedang makan mangga sambil duduk dilantai menjawab.

Nathan mengangguk-angguk. Ia menunduk menatap anaknya yang sedang memejamkan matanya. Melihat airmata putrinya disudut mata membuat Nathan langsung menyekanya menggunakan jempol kanan.

"Anak lu dari maren nangis mulu." Nanda berjalan menuju Nathan dan duduk disebelah kanan cowok itu. Ia menatap Milsha lalu melanjutkan. "Dia kangen lu banget kayaknya."

Nathan tersenyum tipis, ia mengecup kepala putrinya sebelum meletakkan pipi kirinya disana. Kedua tangannya memeluk anaknya lembut. "Pasti lah! Secara gua ngangenin. Apalagi pas hamil-nya dia, gua yang ngidam bukan emak-nya."

NATHAN [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang