***Seorang gadis merebahkan diri diatas kasurnya yang empuk. Ditangannya terdapat buku Harry Potter. Ivy adalah penggemar berat Harry Potter dan karakter favoritnya adalah Severus Snape.
Ia selalu membayangkan kalau Hogwarts sekolah para penyihir benar-benar ada. Kalau saja ia punya alat doraemon pasti dia akan langsung masuk ke dunia fiksi itu walaupun Ivy sadar itu tak mungkin terjadi.
Severus Snape adalah karakter yang paling sedih ceritanya, jahat sekali JK Rowling membuat hidup Snape seperti itu. Dia karakter yang tidak muda dan tampan seperti karakter lainnya namun Ivy sangat menyukainya. Entah kenapa ia suka dengan om-om seperti kulkas itu. Padahal ia juga menyukai oppa korea namun Snape mempunyai karisma yang sangat kuat sehingga oleng imannya.
Ivy mempunyai segala buku, kaset dvd, aksesoris harry potter seperti tongkat sihir Snape. Di kamarnya terdapat poster Severus Snape dan sering menggambar wajah dingin itu di buku gambar.
Hari ini ia akan mengunjungi makam orang tuanya, mereka meninggalkan Ivy saat usia 10 tahun karena sebuah kecelakaan. Sudah 5 tahun berlalu namun Ivy masih tak menerima kenyataan dan sering merindukan mereka ketika malam. Ivy tinggal dirumah warisan orang tuanya untunglah harta orang tuanya cukup untuk mencukupi kebutuhannya meskipun ia harus bekerja paruh waktu untuk tak menghabiskan uang warisannya. Meskipun ada bibi yang sering mengunjungi dan memberikan uang saku.
Setelah sampai, seperti biasa Ivy selalu bercerita tentang hari-harinya dan sesekali menangis didepan nisan orang tuanya. Hanya disini Ivy dapat menumpahkan segala curhatannya mulai dari masalah sekolah, teman dan kesulitan yang dihadapi olehnya tanpa ditemani ibu dan ayah disampingnya.
Tiba-tiba langit menjadi mendung takut kehujanan ia segera berpamitan dan pulang. Saat berjalan melewati jalanan yang sepi, kepala Ivy tertimpuk sesuatu seperti buku ia memegangi kepalanya yang pusing.
"Siapa sih yang lempar-lempar sakit woi" Aduhnya.
Namun ia melihat sekeliling tak ada orang apa mungkin benda itu jatuh dari langit. Tangannya terulur mengambilnya dari tanah sekilas seperti buku Harry Potter dan tertulis beberapa mantra-mantra didalamnya namun kertas buku itu sangat usang seratnya seperti perkamen. Merasa benda itu bukan miliknya, Ivy meninggalkannya disana.
Kini Ivy sampai dirumahnya sebelum hujan deras. Ia mandi dan berganti pakaian agar tidak sawan bisa berabe nanti kalo diikuti makhluk halus. Selesai ia merebahkan dirinya diatas kasur empuknya, ini adalah hari Minggu tak ada jadwal lain selain rutinitas mengunjungi makam orang tuanya. Ivy tak punya teman yang mengajaknya untuk hangout atau mengobrol. Bisa dibilang kalau ia sedikit ansos. Ekor matanya tertuju di meja belajarnya seketika matanya melotot melihat sebuah hal yang ganjil. Tangannya cepat mengambil buku tua itu.
"Ini kan buku yang dijalan tadi, kok ada disini sih?" Pekiknya, mendadak bulu kuduknya merinding.
Ia mencoba membuka lembar-lembar didalamnya. Ternyata itu adalah kumpulan novel Harry Potter dari season 1-7 namun ada beberapa lembar yang kosong di belakangnya. Dan ada satu lembar berisi kumpulan mantra yang ada di serial Harry Potter. Sebuah ide terbesit di kepalanya, ia mengambil replika tongkat sihir milik Snape bermaksud menirukan adegan di Harry Potter. Namun ujung jarinya tergores ukiran di tongkat itu.
"Aww"
Setetes darahnya tak sengaja jatuh tepat diatas halaman bergambar Severus Snape. Ivy terkejut mengetahui ada halaman bergambar Severus Snape meskipun tak sejelas di film di halaman berikutnya juga ada gambar pemain yang lain. Ia mengecup jarinya yang tergores lalu menutup buku itu. Apakah ia perlu membuang buku itu karena takut kalau setan yang meletakkannya di kamarnya namun ia merasa tertarik untuk dijadikan tambahan koleksinya. Tiba-tiba rasa kantuk menyerangnya hingga matanya terpejam perlahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last HOME
FanfictionSemua berawal dari seorang gadis pengidap Heterochromia tak sengaja masuk ke dunia fantasi Harry Potter. Ivy terpaksa menjalani kehidupan barunya yang cukup merepotkan di sana. Seiring berjalan waktu, rasa cinta tumbuh dengan Professor killer Nomor...