Sebelum ke cerita author mau promosi fanfic baru author, kali ini targetnya Remus Lupin. Mampir ya
°
⚠️ Mengandung adegan dewasa. Mohon bijak dalam memilih bacaan. Bisa di skip
°𓂀
·:*¨༺ ♱⚔✮⚔♱ ༻¨*:·
°
~°~°~
Beberapa bekas merah terlihat mengelilingi leher Snape sampai dadanya. Ia terus menerus mengatupkan bibirnya berusaha menahan sensasi panas yang ditimbulkan oleh aksi gadis di atas tubuhnya.
Seringkali Ivy menggigit kulitnya dengan sengaja sehingga menimbulkan sedikit luka yang perih. Kini gadis itu membuka kancing jubah hitamnya satu persatu dengan sangat lambat. Itu seakan menyiksanya.
"P-Please, hurry up." ucapnya tidak tahan.
"Be patient big boy."
Menyisakan kemeja putih, Ivy mengusap perlahan dada pria itu dari atas ke bawah. Terasa detak jantung Snape berdebar kuat. Ini seperti de javu baginya. Saat Ivy hendak melepas kemejanya juga. Namun ditahan oleh tangan Snape.
Kemudian Snape yang tidak sabaran segera membalik posisi mereka menjadi ia yang berada di atas. Napasnya terengah-engah dengan keringat membasahi tubuhnya membuat otot-otot perutnya tercetak jelas.
"Tubuhmu jadi terlihat bagus. Apa kau sekarang berolahraga?"
"Aku ingin kau senang."
Terasa bagian bawah Snape menegang dan mengeras. Sama seperti sebelumnya. Ivy hanya ingin memastikannya. Ia mengusap pipi pria itu yang memerah padam. "You want to fu*k me. Don't you, Severus?"
Menurunkan kepalanya sejajar dengan telinga gadis itu. Snape mengecup lehernya dengan manis meninggalkan napas yang memburu di sana.
"Yes." ia bergumam. "I want you."
Ivy memejamkan matanya. "So do it."
"No, I don't want to hurt you anymore." Tolaknya sembari mengecupi leher jenjang gadisnya yang lezat. "Kau sangat berarti bagiku. Aku tidak ingin menjadi pria yang egois lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last HOME
FanficSemua berawal dari seorang gadis pengidap Heterochromia tak sengaja masuk ke dunia fantasi Harry Potter. Ivy terpaksa menjalani kehidupan barunya yang cukup merepotkan di sana. Seiring berjalan waktu, rasa cinta tumbuh dengan Professor killer Nomor...