Sendirian, saat ini Ivy berdiam diri di kamarnya sementara yang lain sedang menuju ke Great Hall untuk makan malam. Meskipun Hermione, Harry dan George mengajaknya bersama, ia tetap bersikeras menolaknya. Ivy tidak ingin melihat wajah seorang pria bernama Severus Snape. Tangannya gemetaran menahan hawa yang sedikit dingin, ia ingin menghukum dirinya sendiri sama seperti dulu. Yah memang kekanak-kanakan tapi tidak makan selama beberapa hari tidak membuatnya mati bukan.
Malam hari ini dirinya akan menjalankan detensi dari Snape selama 1 bulan. Ivy terduduk di kasurnya dan mengambil sebuah buku yang kemarin sempat ia pinjam dari perpustakaan. Padahal Ivy ingin kembali membaca buku yang pertama kali ia ambil bersama Harry di seksi terlarang. Buku tua bersampul hijau keperakan tetapi belum sempat ia menyelesaikan bacaannya sudah diambil oleh Snape.
Apa karena dia pemiliknya oleh sebab itu Snape mengambilnya kembali. Yah mengingat di bagian bawah halaman buku itu tertulis sebuah kata seperti inisial 'SS'
Severus Snape? Kan? Karena di dalamnya berisi sesuatu, sebuah cara seperti meracik ramuan yang aneh...tapi kenapa orang itu menciptakannya?.
Ah sudahlah kenapa kepalanya selalu dipenuhi dengan kebisingan-kebisingan dari pemikirannya yang selalu menebak-nebak. Padahal ia tahu jalan cerita disini meskipun ada beberapa yang lupa. Argh dirinya seperti menjadi orang yang tidak berguna disini.
Ivy berdecih dan kembali membuka halaman buku di tangannya. Sepertinya menarik untuk dicoba meskipun ia tidak yakin akan berhasil namun apa salahnya kan. Ia berharap dirinya tidak menjadi sesuatu yang aneh. Jarinya bergerak mengusap pipinya yang samar-samar masih terasa berdenyut.
Ia memejamkan matanya dan tersenyum setipis mungkin 'Bahkan demi orang yang sudah mati dan tidak mencintaimu saja kau rela menyakiti orang lain'
Akan tetapi itu juga kesalahannya sendiri memulai duluan. Entahlah mungkin Ivy memasuki tahap atau fase dimana remaja akan menjadi sangat egois dan emosional. Benar-benar merepotkan, batinnya. Seharusnya ia merasa senang akhirnya laku dan punya pacar bukannya galau tidak jelas begini.
Dengan hembusan nafas kasar ia melihat keluar jendela. Setelah bertahun-tahun sejak dahulu, Ivy tidak pernah menjalin hubungan dengan seorang laki-laki. Ia berpikir semua pria sama brengseknya seperti ayahnya, itu yang membuatnya enggan untuk bermain perasaan dengan laki-laki. Namun apa yang mempengaruhinya sehingga dirinya bisa merasakan jatuh hati untuk pertama kalinya dengan seorang pria dari sebuah karakter fiksi. Yah tolol nan gila memang tapi kini semua bayangannya menjadi kenyataan ketika ia dengan entah bagaimana caranya masuk ke dalam cerita fiksi ini.
Sayangnya pria sialan yang membuatnya terjatuh dengan sangat keras itu tidak bisa ia miliki karena hatinya sudah diserahkan pada wanita yang sudah mati bahkan tidak memiliki perasaan lebih padanya. Jika dilihat-lihat mereka berdua adalah orang-orang konyol yang bernasib naas. Lily kau maruk sekali.
**
"Hermione kau tahu apa yang terjadi dengan Ivy?" tanya George di sebelah Ron
Hermione menghela nafas pelan "Entahlah sejak semalam dia menjadi aneh dan sedikit berbicara."
Ron mengambil sepotong paha kalkun di depan Hermione "Sejak awal bukannya dia memang aneh kan?"
"Ron berhentilah! kau tidak boleh berkata seperti itu!" George menjitak kepala adiknya membuat anak itu mendengus kesal.
"Ck terserah kalian saja."
Harry hendak bergabung dan memelankan suaranya "Semalam aku hendak menyelinap yah awalnya untuk mencari tahu soal Kamar Rahasia barangkali aku menemukan sesuatu di sekitar Dungeon tapi aku mendengar suara bentakan dari ruangan Snape lalu aku melihat Ivy berlari keluar dari sana sambil menangis." kata Harry
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last HOME
FanfictionSemua berawal dari seorang gadis pengidap Heterochromia tak sengaja masuk ke dunia fantasi Harry Potter. Ivy terpaksa menjalani kehidupan barunya yang cukup merepotkan di sana. Seiring berjalan waktu, rasa cinta tumbuh dengan Professor killer Nomor...