🦢 ✨ 🦢
"Nama kitalah yang seharusnya tertera di piala Quidditch itu selama dua tahun terakhir ini. Sejak Harry bergabung dengan timkita, kupikir piala itu pasti jadi milik kita. Tetapi sampai sekarang belum, dan tahun ini kesempatan terakhir kita untuk akhirnya melihat
nama kita di piala itu..." kata Wood muram."Ini kesempatan terakhir kita kesempatan terakhirku. Aku akan meninggalkan Hogwarts pada akhir tahun ini. Aku tak akan pernah punya kesempatan lain." Wood berjalan mondar mandir di depan timnya. "Meskipun kita memiliki anggota tim yang hebat, akan tetapi perkataan Ivy sangat membuatku tidak tenang."
"Memangnya apa yang dikatakannya?"
"Kita akan kalah dari Hufflepuff tahun ini."
"Dan kau percaya begitu saja?"
"Bukan itu saja, kulihat pertahanan tim Hufflepuff sangat kuat dengan Diggory sebagai Seeker mereka."
"Oleh karena itu, aku ingin memasukkan anggota baru ke dalam tim. Yang pastinya kalian sudah tahu dia."
***
Ivy merasa bahwa tatapan Harry padanya terlihat sangat kesal dan terkesan menjauhinya.
"Maaf aku terlambat teman-teman." ujar Ivy saat duduk bergabung bersama.
Harry berdecak dan beranjak dari tempatnya.
"Mau kemana kau?" desak Hermione.
"Kembali ke kamarku."
Dari samping seseorang tiba-tiba merangkul pundaknya. Ternyata itu Oliver Wood. Kemudian ia berbisik ke telinga gadis itu membuat George sangat dongkol.
"Jangan lupa kita ada latihan Quidditch nanti. Temui aku di lapangan setelah ini."
George sedikit menggebrak meja kemudian beranjak pergi. Sebenarnya ia marah tetapi ia juga malu atas sikapnya pada Ivy beberapa waktu lampau. Ia merasa tidak memiliki hak untuk marah.
***
"Sayang sekali tidak, Potter," kata McGonagall "Kau sudah dengar apa yangkukatakan tadi. Tak ada formulir, tak boleh ke desa.
Harry tetap tampak memohon akan tetapi wanita itu tidak mengizinkannya untuk pergi ke Hogsmeade.
Sedangkan di sudut sana Oliver menggenggam tangan Ivy dan berkata. "Tidak perlu sedih akan kubawakan kau permen dan coklat yang banyak di Honeydukes."
Harry terpaksa menahan perasaan iri mendengar anak-anak sangat membesarkan tentang hal di Hogsmeade
"Jangan mengkhawatirkan aku," kata Harry dengan suara yang diharapkannya tak peduli. "Sampai ketemu di pesta.
Selamat bersenang-senang." Kemudian ia berjalan lesu kembali ke kastil. Ia melewati Ivy begitu saja seperti orang asing.Ivy juga berbalik dan mengikuti Harry. "Mau kemana kau?"
Anak itu tidak menjawab tetapi Ivy tahu bahwa Harry akan kembali ke asrama.
"Apa kau merindukan mereka? Maksudku orangtuamu." tanya Ivy sembari mengikuti langkah Harry.
"Aku mengerti bagaimana rasanya. Kau bukanlah satu-satunya orang yang paling menderita di dunia Harry. Kau tidaklah sendirian."
Seketika langkah Harry terhenti. Ia sedikit berbalik dan melirik Ivy. "Yah, aku merindukan mereka. Setiap waktu. Bahkan aku tidak memiliki sepenggal pun memori tentang mereka. Terima kasih atas simpatinya. Aku akan kembali ke kamarku."
"Kurasa itu lebih baik dibanding memiliki bayang-bayang ikatan di masa lalu." lanjut Ivy. "Maafkan aku sudah mengambil posisimu di Quidditch. Aku memaklumi jika kau marah. Akan tetapi ini yang terakhir. Aku tidak akan pernah mau masuk Quidditch lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last HOME
FanfictionSemua berawal dari seorang gadis pengidap Heterochromia tak sengaja masuk ke dunia fantasi Harry Potter. Ivy terpaksa menjalani kehidupan barunya yang cukup merepotkan di sana. Seiring berjalan waktu, rasa cinta tumbuh dengan Professor killer Nomor...