Setelah berbincang-bincang mereka mengajak Ivy ke aula sekalian menunggu para murid baru. Tampak semua meja masing-masing asrama penuh dengan anak dan juga piring-piring dihadapan mereka.
Lalu datang segerombol anak masuk ke aula dengan Profesor McGonagall memandu mereka. Mereka masih terpesona melihat keindahan interior yang sudah disihir menjadi langit-langit malam yang indah.
Mereka berhenti didepan sebuah bangku dan ada topi kerucut yang buluk diatasnya. Ivy berpikir apakah ia akan disortir lagi oleh topi itu ia mengendikan bahu entah Profesor McGonagall menulis namanya di kertas atau tidak.
Profesor McGonagall memberitahu semua anak jika mereka akan maju kedepan ketika dipanggil.
"Baiklah yang pertama..Ivy Swan."
Ivy terkaget saat profesor itu memanggil namanya. Anak Gryffindor dihadapannya menatapnya heran. "Bukankah kau sudah masuk Gryffindor?" Tanya Oliver.
Ivy menggaruk tengkuknya dan tersenyum kikuk "Ah mungkin mereka hanya ingin memastikan saja" lalu Ivy dengan gugup maju kedepan dan duduk di kursi itu. Semua orang menatapnya dan membuat Ivy malu. Ini seperti mimpi baginya, ia merasakan topi seleksi menyentuh kepalanya.
Snape melihatnya sedikit tertarik karena gadis itu sudah berada di asrama Gryffindor namun ia diseleksi lagi. Snape berharap gadis konyol itu tak masuk ke asramanya tapi mana mungkin anak konyol seperti itu masuk Slytherin.
"Hmm ada banyak kelicikan disini jika kau memiliki darah penyihir kau mungkin cocok di Slytherin tapi ada jiwa keberanian yang besar dalam dirimu."
Ivy merengut jadi topi itu mengatainya jahat.
"Aku tahu...aku tahu...GRYFFINDOR" Teriak topi seleksi
Lalu terdengar tepuk tangan riuh di aula. Jantung Ivy berdegup kencang, ia terlalu senang sekarang. Ia kembali menuju mejanya disambut dengan anak-anak Gryffindor tadi.
"Kau memang sudah ditakdirkan menjadi Gryffindor Ivy" kata Fred antusias
"Fiuhh kukira aku akan masuk Slytherin" jawab Ivy yang langsung ditertawai anak-anak lain.
Professor McGonagall kembali memanggil nama-nama anak yang akan diseleksi. Hermione Granger dan Ron Weasley masuk ke Gryffindor, tak ada raut kaget di wajah Ivy karena ia sudah tahu. Ivy ikut menjabat tangan mereka dalam hatinya ia tak percaya bisa berjabat tangan dengan Emma Watson dan Ruppert Grint.
Kemudian tiba saatnya nama Harry Potter dipanggil, semua anak memandangnya intens. Harry tampak berbisik dan mengobrol dengan topi itu. Ivy tahu kalau Potter tak ingin ke Slytherin namun orang-orang lain tak bisa mendengar apa yang topi itu katakan. Hingga
"GRYFFINDOR" topi itu kembali berteriak. Semua bertepuk tangan
Harry berjalan menuju meja asrama Gryffindor, semua bersorak senang menyambutnya.
"Kau benar Ivy!! Harry bersama kitaa" ucap George. Entahlah Ivy tak tahu yang mana Fred dan George.
"Apa? Kau tahu aku akan masuk sini?" Kata anak berkacamata itu.
"Yeah dia Ivy peramal yang hebat." Kata Oliver yang membuat pipi Ivy memerah.
Ivy berjabat tangan dengan Harry. Sungguh tak dapat dipercaya dia memegang tangan Daniel Radcliffe kalau bisa ia tak ingin mencuci tangannya setelahnya.
Lalu Ivy dapat melihat Malfoy dan teman-temannya masuk ke Slytherin tak membuat Ivy kaget.
Sekarang semua anak setelah selesai diseleksi dan duduk berdasarkan nama asrama mereka masing-masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last HOME
FanfictionSemua berawal dari seorang gadis pengidap Heterochromia tak sengaja masuk ke dunia fantasi Harry Potter. Ivy terpaksa menjalani kehidupan barunya yang cukup merepotkan di sana. Seiring berjalan waktu, rasa cinta tumbuh dengan Professor killer Nomor...