Ivy nyaris lupa bahwa hasil ujian belum diumumkan, tetapi akhirnya hasil itu keluar juga. Betapa herannya dia lulus dengan nilai-nilai bagus. Hermione, tentu saja, menjadi juara sekolah untuk kelas satu. Bahkan Neville lulus juga, nilai Herbologi-nya yang tinggi mengimbangi nilai Ramuan-nya yang jeblok.
___
Perlu beberapa waktu bagi mereka semua untuk turun di peron. Seorang penjaga tua yang sudah keriput, berjaga di palang rintangan boks penjualan tiket, mengatur mereka keluar berdua dan bertiga, agar tidak menarik perhatian. Sebab kalau mereka semua serentak bermunculan dari tembok kokoh, tentu para Muggle akan kaget dan ketakutan.
"Kalian harus datang menginap musim panas ini," Ucap Ron pada Harry dan Hermione
"kalian berdua akan kukirim burung hantu."
"Terima kasih," Jawab Harry. "Aku perlu sesuatu yang menyenangkan untuk kunanti-nantikan kedatangannya."
Orang-orang menyenggol mereka ketika mereka bergerak maju, menuju gerbang yang membawa mereka kembali ke dunia Muggle. Beberapa di antaranya berseru,
"Dah, Harry!"
"Sampai ketemu, Potter!" Ivy melambai.
"Tetap populer, ya," lanjut Ron tersenyum.
Ivy dan keluarga Weasley menuju tempat tinggal mereka di Burrow.
"Biar kubawakan kopermu Ivy." Tawar George.
"Tidak usah Fred aku bisa sendiri."
George mengerucutkan bibirnya "Aku George Ivy.." membuat gadis itu menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
Setelah beberapa saat mereka sampai di rumah keluarga Weasley tak begitu mewah tapi sangat hangat. "Nah Miss Swan anggap saja seperti rumah sendiri." Ucap Mr. Weasley tersenyum ramah.
"Terima kasih sir anda sangat baik mengizinkanku tinggal disini."
"Molly antar nona Ivy ke kamarnya." Perintah pria berambut merah itu.
"Aku saja yang mengantarnya dad.." Potong George.
George membawakan koper Ivy menuju salah satu kamar dirumahnya yang kosong. "Terima kasih George." Ucap Ivy tersenyum.
"Kali ini kau tidak salah menyebut namaku." Godanya membuat Ivy terkikik. 'Astaga dia sangat cantik ketika tersenyum' batin George.
"Nah ini kamarmu maaf jika menurutmu sempit"
"Sama sekali tidak George, kalian sudah sangat baik." Ucap Ivy.
"Baiklah sudah malam istirahatlah jika kau butuh sesuatu panggil saja aku."
Perkataan George membuat Ivy bertanya-tanya ada apa dengannya kok menaruh perhatian lebih padanya. "Iya terima kasih." Akhirnya anak berambut merah itu melenggang pergi.
Ivy merapikan isi kopernya dan menaruh sangkar burung hantunya di pojok kamar. Sekarang sudah malam, ia mengganti pakaiannya dengan piyama tidurnya.
Gadis itu merebahkan dirinya di kasur pikirannya melayang menatap langit-langit kamar. Memikirkan kejadian apa saja yang akan terjadi di tahun kedua dalam cerita ini. Rasanya tak bisa dipercaya dirinya berada di dalam cerita fiksi apakah berarti dirinya sekarang juga fiksi?
Aargh ditahun kedua akan mulai dengan masalah Harry menemukan Diary Tom Riddle dan Basilik apakah Voldemort itu perempuan pake punya diary segala padahal dirinya saja tidak pernah punya diary karena ya ia tak ingin melihat peristiwa pahit berulang yang ditulisnya.
"Apa yang harus kulakukan Herow?" Tanyanya sambil melirik burung hantunya.
Bagaimana caranya agar memberitahu semua orang ia tahu Harry dan teman-temannya adalah anak yang keras kepala berteriak sekalipun pada mereka juga tak ada gunanya sudah pasti mereka tak akan percaya. Ivy memejamkan matanya sejenak, apa ia akan terus seperti ini sampai tahun ketujuh selalu berpikir dan berpikir. Ia merasa aneh dengan dirinya padahal di film akan terungkap sesuai waktu dan Voldemort juga akan tamat namun kenapa ia merasa terlalu lama dan merasa pusing sendiri. Bagaimana pun ia tak akan membiarkan orang-orang yang baik akan mati tersia-sia.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last HOME
FanfictionSemua berawal dari seorang gadis pengidap Heterochromia tak sengaja masuk ke dunia fantasi Harry Potter. Ivy terpaksa menjalani kehidupan barunya yang cukup merepotkan di sana. Seiring berjalan waktu, rasa cinta tumbuh dengan Professor killer Nomor...