Saat mereka tengah makan, terdengar pintu depan terbanting.
"Dia pulang!..Dad pulang!" Pekik George
Mr Weasley duduk lesu di kursi dapur dengan kacamata dilepas. Dia kurus, hampir botak, tetapi sisa rambut yang masih ada sama merahnya dengan ram-but anak-anaknya. Dia memakai jubah hijau panjang yang berdebu dan kelihatan habis dipakai bepergian.
"Selamat pagi Weasley!" Sapanya.
"Pagi ayah." Sahut Ron dan si kembar.
"Bukan main semalam," gumam pria bernama Arthur Weasley itu, meraih teko teh.
"Sembilan penyerbuan. Sembilan! Dan si Mundungus Fletcher mencoba menyihirku ketika aku berbalik..." Mr Weasley meneguk tehnya dan menghela napas. "Ada yang ditemukan, Dad?" tanya Fred bersemangat.
"Yang kudapat hanyalah beberapa kunci pintu yang mengerut dan ceret yang menggigit," jawab Mr Weasley menguap. "Tapi ada barang-barang kotor yang bukan bagian departemenku. Mortlake dibawa pergi gara-gara mempertanyakan beberapa binatang sejenis mu-sang yang sudah tua sekali, tapi itu tugas Komite Jimat Eksperimental, untungnya..."
"Untuk apa orang membuat kunci mengerut?" tanya George.
"Cuma untuk memancing Muggle," keluh Mr Weasley. "Jual kepada mereka kunci yang terus mengerut sampai akhirnya menghilang, sehingga mereka tidak bisa menemukannya sewaktu memerlukannya... Tentu saja, susah sekali meyakinkan orang, karena tak ada Muggle yang mau mengakui kunci mereka mengerut makin lama makin kecil mereka akan ngo-tot mengatakan mereka lagi-lagi kehilangan kunci. Untung saja, para Muggle ini akan berusaha dengan segala macam cara untuk mengabaikan kejadian gaib, bahkan kalau itu terjadi di depari mereka... tapi barang-barang yang telah diambil bangsa kita untuk disihir, kalian tidak akan percaya..."
Mata pria itu menatap Harry aneh. "Dan..siapa kau?"
Harry tersenyum "Oh aku Harry sir, Harry Potter." Salamnya.
"Ya Tuhan, benarkah?" Ucapnya sedikit terkejut.
'Dasar anak populer' gerutu Ivy dalam hati.
"Ron sudah bercerita banyak tentangmu. Kapan dia sampai kesini?" Tanyanya kepada keluarganya.
Mrs Weasley berbalik menghadap suaminya "Pagi ini." Ucapnya kesal menatap tajam anaknya tak terkecuali Ivy "Anak-anakmu menerbangkan mobil ke rumah Harry semalam dan kembali tadi pagi!"
"Betulkah? Bagaimana rasanya?" tanya Mr Weasley bersemangat. Namun raut wajahnya berubah ketika mendapat cubitan dari istrinya.
"Ah..maksudku anak-anak salah ya mereka sangat lancang." Ucapnya sedikit terbata.
Begitu melihat Harry, Ginny tak sengaja menjatuhkan mangkuk buburnya ke lantai, menimbul-kan bunyi berkelontang yang keras. Ginny kelihatan-nya jadi sangat mudah menjatuhkan barang-barang setiap kali Harry memasuki ruangan. Dia menyusup ke bawah meja untuk mengambil mangkuknya dan muncul lagi dengan wajah berpendar merah seperti matahari yang sedang terbenam. Berpura-pura tidak melihat semua ini, Harry duduk dan mengambil roti panggang yang ditawarkan Mrs Weasley.
Ivy sangat terkikik melihat Ginny yang malu-malu lantas menghampirinya. "Bukankah kau selalu bercerita tentangnya? Sekarang dia sudah ada kau malah kabur." Ucapnya seperti membayangkan seseorang yang sama.
Wajah Ginny memerah "Aku malu tahuu!" Jeritnya dengan suara kecil.
"Ayo kita kembali kesana dan sapalah dia." Sahut Ivy sambil menarik tangan Ginny.
"Tu-tunggu aku belum siap." Pekiknya saat Ivy terus menyeret tangannya ke meja makan. Ivy duduk disebelah George dan Ginny berhadapan dengan Harry.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last HOME
FanfictionSemua berawal dari seorang gadis pengidap Heterochromia tak sengaja masuk ke dunia fantasi Harry Potter. Ivy terpaksa menjalani kehidupan barunya yang cukup merepotkan di sana. Seiring berjalan waktu, rasa cinta tumbuh dengan Professor killer Nomor...