23/* Cold But Care

896 89 30
                                    

Sebelum itu, saya ucapkan Happy Birthdaay for ours husband, Severus Snape 🥳🥳

Sebelum itu, saya ucapkan Happy Birthdaay for ours husband, Severus Snape 🥳🥳

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~🦢🦢🦢~

⚠️ Mengandung kata-kata sedikit vulgar




"Shit! Kenapa dengan leherku." gerutu Ivy yang melihat lehernya terdapat banyak bekas kemerahan di depan kaca.

Ruam itu ternyata sampai ke belahan dadanya ketika Ivy membuka 3 kancing bajunya. "Duh rasanya gatal. Ck pasti Snape tidak pernah membersihkan kasurnya jadi banyak serangga bertebaran."

Ivy terdiam sejenak, sepertinya ia melupakan sesuatu. Benar juga, perasaan dirinya sudah meninggalkan rumah Snape semalam. Namun, kenapa ia terbangun disini lagi ? Apakah Oliver yang mengantarnya pulang ?

Dipikir-pikir malam itu ia merasa sangat pusing dan berhalusinasi. Mungkinkah butterbeer yang diberikan Oliver mengandung alkohol. Ivy sangat tidak tahan meskipun hanya satu tegukan saja.

Pipinya bersemu merah, ia merasa telah bermimpi bercumbu dengan Snape. Membayangkannya saja membuatnya lemas. Namun, seketika gambaran itu tergantikan oleh Oliver. Yah ia lebih percaya ia berciuman dengan Oliver saat ia mabuk daripada melakukannya dengan Snape.

Hal yang mengganjal di kepala Ivy adalah jika Oliver yang membawanya kemari, apakah dia sudah tahu bahwa dirinya menginap di rumah Snape. Ia memegang kepalanya pening. Ia tidak mau hal ini akan menjadi gosip di Hogwarts. Bukan begitu, ia tidak ingin Snape terkena imbasnya.

Saat keluar dari pintu kamar, tiba-tiba indra pendengarannya mendengar suara orang memanggil namanya dengan berteriak. Tapi kenapa itu seperti suara Snape, apakah ia sudah kembali?

Nafas Snape terengah-engah dengan tubuhnya yang masih gemetar efek dari pelepasannya tadi. Tidak bisa ia percaya, dirinya saat ini memegang kejantanannya yang masih tegang meskipun ia sudah 3 kali keluar. Snape merasa jijik dengan dirinya sendiri karena melakukan masturbasi seperti remaja idiot dengan berfantasi tentang hal-hal kotor pada muridnya sendiri. Snape mengusap wajahnya kasar, ia tidak ingin menjadi guru cabul ataupun seorang pedofil yang menyukai anak dibawah umur. Namun, ia tidak bisa menahan dorongan itu.

Akan tetapi syukurlah semalam ia masih bisa berpikir jernih dan tidak melakukan hal diluar batasnya atau ia akan menyesal seumur hidup. Katakanlah ia membuang kesempatan menjijikan itu tapi ia bukanlah seorang pria pengecut.

Jarinya mulai keriput karena telah berjam-jam berada di bawah shower. Lebih baik ia menyakiti dirinya sendiri daripada menyakiti orang lain. Snape pikir ia sedang berhalusinasi ketika mendengar suara gadis itu yang memanggilnya sampai suara pintu kamar mandi akan terbuka menyadarkannya.

"Professor? Kau di sana?" Ivy mengecek kamar mandi yang ternyata tidak ada orang di sana. Namun, showernya masih bergemiricik. Ia menggigit bibirnya, mungkin saja Snape baru saja pulang sebentar. Lagipula ini kan rumahnya, sebegitukah pria itu tidak mau menemui dirinya. Ivy menjadi merasa tidak enak karena terus saja menjadi masalah bagi orang lain. Sebenarnya ia berencana pergi, namun uangnya tidak cukup karena sudah ia belikan tiket kereta yang hilang entah kemana. Apakah ia bisa ber apparate sekali lagi? Akan tetapi bagaimana jika ia justru tiba ke tempat mengerikan itu lagi?

The Last HOMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang