°
𓂀
·:*¨༺ ♱⚔✮⚔♱ ༻¨*:·
°
~°~°~
Keluar dari ruangan Dumbledore, Ivy berjalan murung masih memikirkan perkataan kakek tua tadi. Walau dirinya berkata seperti itu....kalau dia benar-benar menjauhi Snape..
'Aku harus bagaimana?' Ivy menyisingkan anak rambutnya ke belakang telinga. 'Aku harus bilang apa pada Snape?'
Ditambah lagi hubungannya dengan Snape semakin intense dan baik. Bolehkah ia merasa begitu serakah? Bolehkah sekali saja ia memilih orang yang dicintainya daripada dunia yang memperlakukannya seperti sampah?
Tanpa sadar ia menabrak seseorang yang berjalan di depannya. Tetapi ia memilih untuk melewatinya seakan tidak terjadi apa-apa.
"Kau terlihat murung, ada apa denganmu?" Ia menahan tangan Ivy dan berbalik.
Ivy melepaskan tangannya. "Memangnya kenapa jika aku merasa sedih, menangis ataupun gila? Berhentilah menanyakan hal seperti itu terus-menerus Flo."
"Jangan memendam semuanya sendiri." Flo tersenyum ramah. "Jika kau membutuhkan teman bicara, aku bisa membantumu." kata Flo menepuk bahu Ivy pelan.
Langsung saja Ivy menepis tangan Flo kasar. "Berhentilah terobsesi denganku! Aku ini bukan orang yang sama di masa lalumu!" bentaknya.
"Kenapa kau selalu berlagak peduli padaku!!"
Pandangan Flo menatap ke bawah. Lalu ia kembali mengangkat wajahnya dan menatap Ivy dengan tajam. "Karena aku adalah.."
"Teman pertamamu di Hogwarts." senyuman kembali terbit di bibir Flo.
Ivy melebarkan matanya sejenak lalu kemudian berdecih mendengar kalimat itu keluar. Tanpa basa-basi akhirnya ia pergi dari sana melewati Flo yang masih berdiam diri.
Dari tempatnya, Flo memandangi Ivy yang berjalan kesal. Ia menghembuskan napasnya pelan, padahal tadinya ia ingin mengembalikan kalung anak itu yang tertinggal di ruangan musik kemarin.
..
.Pintu-pintu Aula Besar terbuka dan ruangan menjadi hening. Profesor McGonagall memimpin sederet panjang anak-anak kelas satu ke bagian depan aula. Aula Besar dipenuhi sorak riuh ketika Topi Seleksi usai bernyanyi.
Ketika makanan penutup juga sudah dilahap habis, dan remah terakhir sudah lenyap dari atas piring, meninggalkan piringnya bersih kembali. Seorang laki-laki berdiri di ambang pintu. Satu matanya kecil. Satunya lagi besar, bundar seperti koin.
Dumbledore memperkenalkan orang itu sebagai guru baru Pertahanan terhadap Ilmu Hitam. "Moody?" Harry bergumam kepada Ron. "Mad Eye Moody? Moody si mata gila. Yah mereka berdesas desus mengenai pengajar baru mereka.
"Sampai mana aku tadi? Ah, ya, Turnamen Triwizard. Nah, sebagian dari kalian mungkin belum tahu turnamen apa ini, maka kuharap mereka yang sudah tahu memaafkanku yang akan memberi penjelasan singkat." jelas Dumbledore, tetapi Ivy tampaknya tidak bersemangat mendengarkan.
"Turnamen Triwizard pertama kali diselenggarakan kira-kira tujuh ratus tahun lalu sebagai kompetisi persahabatan di antara ketiga sekolah sihir terbesar di Eropa: Hogwarts, Beauxbatons, dan Durmstrang. Seorang juara dipilih untuk mewakili masing-masing sekolah, dan ketiga juara ini bersaing dalam menyelesaikan tiga tugas sihir. Ketiga sekolah ini bergiliran
menjadi tuan rumah turnamen ini lima tahun sekali, dan kegiatan ini disepakati sebagai cara paling luar biasa untuk membina tali persahabatan di antara para penyihir muda yang berbeda
bangsa sampai, angka kematiannya menjadi tinggi sekali, sehingga turnamen ini tidak diteruskan."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last HOME
FanfictionSemua berawal dari seorang gadis pengidap Heterochromia tak sengaja masuk ke dunia fantasi Harry Potter. Ivy terpaksa menjalani kehidupan barunya yang cukup merepotkan di sana. Seiring berjalan waktu, rasa cinta tumbuh dengan Professor killer Nomor...