Dunia jujutsu kembali seperti sedia kala. Sisa orang-orang yang masih hidup ketika insiden Shibuya kembali mulai dari awal. Sekolah Jujutsu merekrut murid baru, itu sudah pasti. Murid yang lama naik ke tingkat yang lebih tinggi dan para guru yang tersisa mulai membenahi segala kekurangan yang dulunya menjadi faktor ketidakseimbangan di dunia Jujutsu.
Gojou kembali mengajar, peduli setan dengan para petinggi yang baru. Ia tidak tau seperti apa watak para petinggi baru, yang pasti jika itu tidak sesuai keinginannya maka ia akan memakai kekuatannya untuk membungkam manusia-manusia itu.
Fushiguro dan Itadori naik ke kelas dua, Maki dan Panda naik ke kelas tiga dan sisanya memutuskan untuk tidak melanjutkan lagi ke jenjang yang lebih tinggi. Yuuta kembali mengasah kekuatannya di luar negeri dan tanpa disangka Naoya juga pergi bersamanya. Beberapa kali pertemuan membuat mereka jadi dekat.
"Jadi kau menolaknya?" tanya Fushiguro seraya menatap kearah Itadori yang kini terlihat lebih tinggi darinya. Mereka masihlah dalam masa pertumbuhan jadi wajar jika ada perubahan tinggi dan berat badan.
"Aku tidak mau terikat dengan siapapun untuk saat ini Fushiguro. Aku tidak mau kehilangan lagi."
"Bukan berarti kau menutup hatimu untuk orang lain."
Itadori tersenyum. "Aku mungkin bisa membuka hatiku jika itu orangnya seperti Gojou-sensei. Jika sudah memiliki yang kuat kau tidak perlu khawatir kan?"
Fushiguro hanya terdiam seraya menyeruput kopi hitam yang ia pesan. Kini mereka berdua tengah menikmati minuman masing-masing di cafe langganan mereka. Itadori memesan Milkshake sementara Fushiguro memesan kopi hitam.
"Kalian semakin dekat, kapan aku menghadiri pesta kalian hm?"
"Pesta? Pesta apa?" tanya Fushiguro penasaran.
"Tentu pesta pernikahanmu. Kau tidak mungkin menikah tanpa pesta bukan?"
Fushiguro langsung menjitak kepala Itadori. "Aku bahkan belum lulus sekolah dan kau malah menyuruhku menikah, yang benar saja."
Itadori tertawa cengengesan seraya mengusap kepalanya yang sakit setelah dijitak Fushiguro.
"Nanamin, aku sedikit merindukannya."
Fushiguro terdiam ketika Itadori menyebut nama salah satu orang terdekat pemuda berambut pink tersebut.
"Setelah dia pergi aku baru menyadari perasaanku..sudah sangat terlambat bukan?"
Fushiguro mengusap bahu Itadori, sekedar sentuhan menandakan ia mendengarkan. Fushiguro tau Nanami juga memiliki perasaan yang sama namun ketika salah satu sudah tidak ada di dunia apa yang bisa dilakukan? Hanya bisa mengenang dan menangis ketika mengingat momen bersama.
"Dia adalah alasan kau bisa berkembang sejauh ini, kau jangan menyesali semuanya."
Itadori mengangguk. "Aku belajar banyak darinya."
"Jika kau memutuskan untuk tidak membuka hati pada siapapun itu adalah hakmu, tapi sendirian juga tidak menyenangkan jika tipe orangnya seperti kau kan?"
"Walaupun aku harus sendiri setidaknya aku tidak akan merasa kehilangan lagi."
Drrtt drrttt drrttt
"Ah maaf.." Fushiguro mengambil smartphonenya. Saat ia melihat layar nama Gojou lah yang ada disana.
"Itadori aku harus pergi. Gojou-sensei memintaku ke dojo nya sekarang."
Itadori mengangguk. "Baiklah aku juga akan pergi."
Dengan begitu mereka pun memutuskan berpisah di cafe tersebut setelah membayar.