Sudah beberapa menit berlalu semenjak Gojou menceritakan semuanya pada Fushiguro. Di mulai dari pertarungannya dulu dengan ayah Fushiguro hingga ia yang pada akhirnya menjadi wali dari Fushiguro setelah ayahnya meninggal dalam pertarungan. Fushiguro hanya terdiam dengan kepala tertunduk.
"Sekarang kau membenciku Megumi?" tanya Gojou ketika melihat Fushiguro sedari tadi hanya terdiam.
"Aku tidak benci padamu hanya saja setelah sekian lama kenapa kau baru mengatakannya? Kau bilang aku berharga tapi hal seperti ini kau sembunyikan dari orang yang kau anggap berharga." ucap Fushiguro seraya mencengkram sprei di tempat kini ia terduduk.
"Karena kau berharga aku belum mengatakan ini Megumi. Aku tidak mau kehilanganmu jika aku mengatakan ini dari awal."
"Tapi menyembunyikannya bukan pilihan yang terbaik."
"Aku tau. Aku hanya menunggu waktu yang tepat untuk mengatakannya."
"Sampai selama ini?"
"..."
Fushiguro menghela nafas. Ia kemudian meraih tangan Gojou, menggenggam tangan pria itu dengan erat. "Apa kau pikir aku bisa dengan mudah meninggalkanmu?"
Gojou tersenyum. "Orang yang terjerat pesonaku tidak akan mudah meninggalkanku." ucap Gojou dengan bangga.
"Aku serius kau malah bercanda."
Cup
Fushiguro mengedipkan matanya beberapa kali ketika Gojou mengecup keningnya.
"Aku percaya kau tidak akan meninggalkanku Megumi."
Setelah ciuman di kening Gojou langsung membaringkan tubuh Fushiguro dengan perlahan ke tempat tidur. "Ayo lakukan."
Dengan anggukan serta wajah memerah Fushiguro tertangkap indra penglihatannya, maka Gojou pun memulai menciumi leher Fushiguro. Sudah tau bukan apa yang akan mereka lakukan?
.
Ada yang bilang, orang jahat terlahir dari orang baik yang tersakiti. Ia tentu percaya akan hal itu karena itu yang kini ia rasakan. Ia merasa kehilangan setelah sosok baik yang ia kenal kini telah berubah. Hal ini karena sosok itu merasa dikhianati dan merasa orang penting dalam hidupnya direnggut begitu saja. Ia tidak tau siapa yang salah karena setiap orang memiliki cara dan jalan mereka masing-masing yang mereka anggap benar.
"Naoki belum terlambat jika kau ingin kembali. Kita seharusnya tidak berada disini." ujar sosok si surai putih Yashuhiro.
"Aku tidak mau."
Yashuhiro menghela nafas. Ia kemudian mendekat kearah pria berambut hitam panjang itu sebelum memeluknya. "Jangan dibutakan dendam Naoki."
Tidak memberontak, Naoki hanya terdiam dalam pelukan Yashuhiro.
"Kau sudah terlalu banyak menggunakan teknik milikmu. Kau hanya akan hancur jika memakainya beberapa kali lagi." Yashuhiro kembali berbicara.
"Setidaknya saat aku menggunakan yang terakhir aku bisa melihat kebangkitan sahabatku lagi." Naoki melepaskan kembali pelukan pria berambut putih tersebut. "Jangan halangi aku lagi, kumohon."
Dengan begitu Yashuhiro melepaskan lagi sosok pria berambut hitam tersebut. Berapa kali pun ia mencoba tetap saja tidak akan mengubah tekad pria yang ia kenal memang teguh akan pendiriannya tersebut.