Chapter 11 : Pengorbanan

3.9K 449 95
                                    

Merasa terpojokkan sering kali dirasakan oleh semua orang, terlebih jika kau adalah seorang shaman. Fushiguro sudah tidak bisa menghitung berapa kali ia harus terpojok karena melawan kutukan dan terkadang ia akan mati-matian bertarung demi teman-temannya. Fushiguro bukanlah orang baik, setidaknya ia menganggap dirinya seperti itu namun hatinya selalu tergerak untuk menyelamatkan orang-orang yang harus dan pantas untuk diselamatkan. Fushiguro terkadang mengorbankan dirinya sendiri demi orang lain dan ia tidak akan membiarkan teman-temannya mati sia-sia. Fushiguro bertekad untuk menjadi lebih kuat hanya semata-mata ingin melindungi orang-orang yang menurutnya berharga, ia tidak mau melihat temannya mati lagi dihadapannya karena ia cukup trauma ketika Itadori pernah mati di depan matanya sendiri.

"Fushiguro ayo latihan denganku." ucap Itadori yang kini tersenyum padanya.

"Baiklah tapi hanya latihan biasa ya. Aku tidak mau membuang energi kutukanku dengan sia-sia." balas Fushiguro lalu memasang kuda-kudanya.

Mereka pun saling beradu pukulan. Itadori yang lebih suka menyerang dan Fushiguro yang lebih sering dalam posisi bertahan. Fushiguro cukup sadar kekuatan fisiknya tidaklah sebesar Itadori, bahkan Fushiguro sadar kini Itadori lebih kuat dari sebelumnya. Kilat hitam bisa ia pakai empat kali berturut-turut, itu merupakan suatu perkembangan yang bagus.

"Apa kau terlalu takut kehilangan bocah ini?"

Fushiguro tersentak ketika dari tangan Itadori yang hampir mengenai wajahnya muncul mulut Sukuna dan langsung bicara seperti itu.

Itadori langsung menghentikan serangannya. "Jangan muncul tiba-tiba sialan! Aku tidak---

Jlebb

"---urghhh uhuk uhuk.."

"Itadori!" seru Fushiguro membulatkan matanya ketika Itadori menembus dadanya sendiri dengan tangan.

"Apa yang kau lakukan?! Sukuna!!"

Muncul garis di wajah Itadori karena kini Sukuna lah yang menguasai tubuh pemuda tersebut.

"Kau terlalu peduli padanya. Aku jadi iri."

Fushiguro hanya terdiam tidak mampu berkata apa-apa. Untuk kedua kalinya ia melihat Itadori seperti ini. Ada sedikit genangan air di kelopak mata pemuda tersebut.

"Kau tidak boleh peduli pada siapapun Megumi, tidak kecuali aku."

"Sialan kau Sukuna!"

'Megumi.'

"Aku benar-benar membencimu!"

'Megumi!'

Megumi tersentak ketika ia tiba-tiba telah berpindah tempat ke kamarnya, tepatnya ia baru saja mengalami mimpi buruk.

"Kau bahkan tidak sadar saat aku mencengkam bahumu tadi." Gojou yang kini tidak memakai penutup matanya mengusap keringat di dahi Megumi sehingga rambutnya menempel di dahi.

"Sensei..."

"Kau hampir selalu memimpikan hal yang sama."

Ya Fushiguro memang selau memimpikan ini. Bisa dibilang karena ia trauma. Teman mati di depan mata sendiri, tidak mudah melupakan kejadian itu walaupun kini kau melihatnya baik-baik saja.

"Aku tidak mau kehilangan lagi, tidak untuk yang kesekian kalinya." ujar Fushiguro dengan suara serak.

Gojou menarik kepala Fushiguro ke pelukannya. "Kau punya mereka sekarang Megumi."

Fushiguro balas memeluk punggung Gojou.

"Kau juga punya aku, kami semua menyayangimu."

Fushiguro mempererat pelukannya. "Sensei benar-benar tidak boleh meninggalkanku."

PreciousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang