Prolog

77.5K 5.8K 442
                                    

Assalamu'alaikum warohmatulohi wabarakatuh!!!

Wajib baca, penting!

Halo, kombek di karya baru aku!
Sebelumnya kenalin namaku Fbrya, kalian boleh manggil aku Mate, atau gak ya terserah kalian, tapi please sangat, jangan author, kita berasa gak kenal gitu HAHAHAH emang aslinya gak kenal yakan. Tapi serius, jangan author atau thor.
Dan buat di cerita ke-duaku, aku cuma mau ngingetin INI CERITA FIKSI, yang berarti bukan nyata. Jadi, buat kalian yang nantinya mungkin berfikir. "Kok muslim percaya ginian?" Plis kerja samanya, aku cuma mengarang, ada engganya itu wallahu'alam, hanya Allah yang tahu.
Dan mungkin, nanti jika di tengah-tengah cerita bakal ada adegan yang menurut kalian kek berlebihan, sekali lagi minta kerja samanya, mohon ditegur bila tak nyaman, atau jika tidak silahkan hapus cerita ini dari library kalian, oke.

Terima kasih
Sungkem jauh

Happy reading-!!

"Dy udah belum?"

"Udah ini, pegangin tangganya aku mau turun."

"Oke, hati-hati licin."

"Iyaa! Bismillaaah, eeeh aaaa!"

"MAUDY!"

Serentak cewe-cewe berhijab itu berlari ke arah dimana Maudy jatuh, ya jatuh, dari genteng dengan tinggi 5 meter itu.

Maudy, cewe berhijab biru laut itu jatuh tepat di atas tumpukan genteng dengan kepala yang mendarat dahulu baru disusul badan serta kakinya.

Cepat-cepat para santriwati senior itu mengangkat tubuh  Maudy yang sudah tak jelas bentuknya lalu memindahkannya ke teras asrama.

Terlihat jelas kepala Maudy yang terus-menerus mengeluarkan darah, pipinya yang sudah sobek sana-sini lantaran menghantam keras genteng-genteng itu.

"Maudy-Udy ka-kamu bertahan yaa, Nisa lagi nyusul ke ndalem." Maudy membuka matanya perlahan. Perih yang dia rasakan karena sebagian darah ada yang masuk ke dalam matanya itu.

Dia tersenyum melihat Okta--sahabatnya, menangis sesegukan di depannya. "Ja-jangan nangis," ucapnya terbata.

Dia ingin menghapus air mata Okta namun rasanya seluruh sendi-sendinya sudah tak berfungsi.

"Bi-bilangin bunda sa-sama ayah Udy mi-minta maaf, bi-bilangin ju-juga ke a-abang sama ke-keluarga Udy, sa-sama Ibu Abah ju-juga guru-guru la-lain, U-udy gak kuat hehe. Ok-okta jangan lu-lupa lanjutin ngajinya sa-sampe selesai, o-oke." Okta mengangguk di sela-sela tangisnya.

Semua santriwati yang melihatnya pun sudah menangis gelisah, mereka tak menyangka akan hal ini, belum saja satu jam yang lalu Maudy tertawa dan berkata. "Abis benerin genteng aku masakin mie yaa, 2 bungkus, cabenya 5, sama kangkungnya segegem, imbalan aku benerin genteng Hahaha."

*segegaman tangan

"Ta bi-bimbing Udy, As-ashadyu alla i-ilaa ha i-ilalloh wa-wa asyhadu a-anna Muhammadar ro-rosulullah." Mata Maudy terpejam, jeritan serta tangisan bertambah keras.

Dari arah selatan Ibu nyai datang tergopoh-gopoh dengan ning-ning dan Nisa di belakangnya.

"Maudy!!" Segera Ibu nyai mengecek nadi Maudy, dia tersentak.

"Innalillahi."

Tangisan kambali bertautan, dan berakhir kabar duka yang mereka terima pagi ini.

...

Di lain tempat

"Cih, dasar sampah! Keluarga udah lo rampas, sekarang pacar gue juga mau lo embat? Waruk! Mati aja lo setan!

"Gue setan? Gak ngaca? Lo kali."

Cewe dengan baju putih abu-abu itu menggeram, satu tamparan dia layangkan ke arah cewe dengan bandana merah di depannya.

PLAK

"Maudy!"

Bersamaan dengan itu segerombolan cowo yang terdiri dari 6 orang itu masuk, disusul 3 cewe yang tak lain adalah sahabat Maudy.

Maudy menoleh ke arah pintu, sedangkan Melly--cewe yang Maudy tampar, sudah menjatuhkan dirinya di samping wastafel kamar mandi dengan tangan memegang pipi lalu terisak.

"Apa yang lo lakuin ke cewe gue bangsat!" sentak Rifan marah.

Maudy menggeleng kuat sambil menunjuk Melly, "Di-dia mancing aku Fan, percaya ta-"

"Alah alesan!" Rifan mendorong Maudy kuat hingga Maudy terjatuh dan kepalanya membentur keramik wastafel kamar mandi keras.

"Maudy!" Sahabat-sahabat Maudy menjerit lalu menghampiri Maudy yang tak sadarkan diri dengan darah yang keluar deras dari kepalanya.

Semua cowo di situ tergagu.

Alexa--salah satu sahabat Maudy, menunjuk Rifan tajam. "Brengsek! Kalo sampe Maudy kenapa-kenapa lo orang pertama yang gue mampusin!" sarkasnya, lalu membantu kedua temannya yang sedang berusaha mengangkat tubuh Maudy untuk dibawa ke rumah sakit.

Semua cowo yang menyaksikan itu semua masih terdiam sampai sahabat-sahabat Maudy hilang dari pandangan mereka.

"Kayaknya, kali ini lo kekerasan deh Fan," celetuk salah satu cowo di sela-sela keheningan, membuat orang-orang yang di sana tersadar dan mulai berkelana dengan pikiran masing-masing.

"Hiks."

Suara sesegukan Melly membuat Rifan menoleh lalu membantunya berdiri.

"Kamu gak papa?" tanya Rifan khawatir.

"Aku gak papa kok," balas Melly sambil menggeleng lemah.

Rifan membantu membersihkan baju Melly yang kotor. "Ke UKS ya?" Melly menggeleng.

"Enggak usah kak, kita ke kelas aja, udah mau bel," ujarnya pelan sambil tersenyum. Rifan mengerti, lantas mengangguk dan membantu memapah Melly keluar toilet, di susul ke-lima temannya di belakang.

Tbc!

Sebenarnya ini cerita gabutan.
Udah lama di draf, pas aku buka ternyata masih argh sekali, terlalu alay mah kataku.
Tapi sekarang aku coba-coba revisi, ya dikit-dikit, siapa tau ada yang minat.
Niatnya juga gak mau tak publish, mengingat udah banyak banget cerita dengan genre ini, tapi ... tanganku gatel hehe.
Buat cerita ini, kalian pasti tau lah, cerita kek gini gak jauh-jauh dari anak brokenhome, si cewe lemah, konflik yang itu-itu bae, dan berakhir sisi buruk cewe lemah ke ungkap, ah sampe apal aku.
Jadi mbok ada kesamaan nantinya, ya mohon maaf, orang saya juga suka baca begituan.

Dan terakhir, aku bener-bener di fase sibuk-sibuknya, jadi buat aku up kapannya gak tentu.

Sorry and, see U!
Jangan lupa jaga kesehatan dan jaga sholat!

Kamis, 05 Agustus 2021

Mendadak Jadi UkhtiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang