"Ibu, kenapa mau sama ayah?"
"Nanyanya, siapa yang ngajarin?" Zidan duduk di samping anak sulungnya, menjiwel pipi gembul itu yang sedang mengunyah donat.
"Ada deh kepo." Zidan gemas lalu mengigit donat anaknya, membuat Albian berdecak jengkel. "Udah tua, suka banget usil."
"Ngomongnya tajem banget, turunan siapa sih?"
"Intinya anaknya ibu."
"Berarti anak ayah juga."
"Mau nyangkal, tapi gimana ya ..." Albian melirik ibunya. "Ibu, kenapa ibu nikahnya sama ayah?"
"Heh, ini anak." Zidan mencubit hidung anak 4 tahun itu.
"Jahat banget, jadi orang tua."
"Kamu juga, jadi anak durhaka banget."
"Dih." Albian turun dari sofa, memakai sendal rumahan lalu berlari kecil menghampiri ibunya.
"Bu, kenapa ayah jahat?"
Maudy menoleh ke bawah, menemukan anak sulungnya di dekat meja makan.
"Jangan suka ngomong nyleneh." Zidan duduk di kursinya seteleh mencium kening Maudy. "Dia nurunin kakek banget, bikin pusing. Jadi pengin buang ke rawa-rawa."
"Mulutnya." Maudy melototi suaminya garang. "Anaknya denger nanti ikut-ikutan."
"Bian juga pengin buang ayah ke lautan, biar dimakan Megalodon."
"Abang ..." Maudy mengelus bahu anaknya, memberi peringatan.
"Ayah duluan."
"Heh, enak aja, kamu dulu tadi."
"Bian nanya baik-baik tadi."
"Sama aja."
"Kam-"
"Udah." Maudy memandang keduanya. "Apa mau lanjut lagi? Kalo mau lanjut biar ibu pergi sama adek Ale aja." Maudy hendak beranjak, sebelum akhirnya Zidan menarik tangannya agar duduk kembali.
"Makan," putus Zidan seraya memandang putra sulungnya meminta bantuan.
"Bu, mau susu."
"Makan dulu, nanti mimi susu."
"Oke."
Albian memakan makanannya lahap. Jelas, karena dia tak sabar meminum susunya.
Zidan misuh-misuh, dia sebal karena anaknya juga menyukai kesukaannya dan juga Maudy.
Susu dancow.
Ah, hampir saja dia membeli pabriknya, lantaran kemarin dia kehabisan stok untuk pertama kali. Ingatkan itu.
Bersyukur ada Maudy yang sabar menghadapinya. Kemarin Maudy sudah memesan susu berkardus-kardus langsung dari pabriknya, dan dia juga meminta untuk selalu mengirimkan pada rumahnya sebulan sekali.
Zidan senang, tentu saja. Serumah senang sebenarnya.
"Mana bu?" Albian menengadahkan tangannya.
Maudy beranjak, mengambil 1 kotak susu dancow di lemari pendingin. "Satu dulu ya, masih pagi. Nanti lagi."
Sebenarnya tidak baik meminum susu kemasan sering-sering, tapi bagaimana lagi mereka sudah kecanduan.
"Manja banget sama kamu," ujar Zidan setelah Albian kembali ke ruang tivi.
Maudy mengangguk sekali. "Albian jangan sampe lepas pengawasan, manja gitu pemikirannya kayak kamu dulu."
Alis Zidan menukik. "Maksudnya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Mendadak Jadi Ukhti
FantasyWarning!! PART TIBA-TIBA KEACAK SENDIRI, JADI BUAT KETIDAKNYAMANANNYA SAYA MOHON MAAF SEBESAR-BESARNYA. Maudy Putri Salsabila salah satu santriwati di Pesantren Al-Hikmah, Jateng. Cewe berparas ayu dengan bulu mata lentiknya. Cewe dengan almamater...