Maudy memandang lapangan basket bosan.
Hari ini adalah jadwal Penjasorkes.
Maudy malas, dia tak suka sesuatu yang membuatnya cape.
Ketiga sahabatnya, kompak sedang dihukum membersihkan perpustakaan karena telat.
Wanda, yang tak pernah-pernahnya membuat kesalahan pun ikut terseret.
Maudy bukannya tak setia kawan namun, dirinya bahkan berangkat pas gerbang sekolah baru dibuka. Jadi, dari pada dia cape tanpa alasan mending tak usah ikut-ikutan.
Senyuman manis terukir indah di bibir cewe ber-dimple itu.
Zidan Putra Gemilang.
Cowo dengan baju basket tanpa lengan itu berjalan seorang diri ke arah lapangan dengan tangan kanan memainkan bola orange.
"Oy Puput!" Zidan menoleh.
Dengan dahi mengernyit cowo berwajah tampan itu menghampiri Maudy di samping lapangan.
"Paan?"
Maudy nyengir. "Duel ayok. Udah lama kan kita gak tarung basket." Maudy menantang percaya diri.
Zidan tersenyum smirk. "Gue udah jago lho. Sekarang aja gue kapten di Taruna."
Maudy senyum mengejek. "4 tahun lalu sih masih kalah sama anak cewe."
Zidan mendengus.
Sialan.
Kejadian itu sudah lama, lagian waktu itu dirinya belum menyukai basket.
"Oke kita duel." Maudy tersenyum lebar. "Yang kalah gak boleh minum dancow seminggu."
Sial!
"Ah malesin. Gak jadi deh." Maudy menyilangkan kedua tangan di depan dada. Bibirnya maju beberapa senti.
Gemas!
"Bibirnya gak usah maju-maju." Zidan berkata canggung, dirinya memandang belakang Maudy yang terlihat lebih baik untuk saat ini.
"Udah gede. Yakali dancow mulu."
Maudy misuh-misuh.
Padahal Zidan adalah maniak dancow pertama sebelum Maudy. Maudy saja yakin, di saku celana olahraga Zidan pasti ada susu dancow kotak.
"Gak jadi udah."
"Ngambekan."
Maudy bungkam.
Zidan mendesah, mengambil 2 kotak susu dancow di saku celananya dan memberikan satu untuk Maudy.
"Kita main bareng tanpa taruhan." Maudy tersenyum manis. Diraihnya susu kotak yang Zidan berikan antusias.
"Sekarang yok!"
Zidan mengangguk, dirinya berjalan di belakang cewe berhijab putih dengan kaos olahraga kebesaran dan rok osis.
Harusnya pakaian seperti itu tak nyaman untuk bergerak namun, Maudy itu lain. Zidan yakin dan sangat-sangat yakin bahwa, Maudy pasti bisa bergerak bebas tanpa merasa kesusahan.
...
Zidan mendengus di samping lapangan.
Maudy tersenyum mengejek, memainkan bola basket secara asal.
"Katanya kapten, kok masih kalah?" Zidan berdecih tak terima.
Namun, sayang sekali ucapan Maudy adalah fakta.
Zidan mendapatkan 8 poin sedangkan Maudy mendapatkan 11 poin.
Kalah jauh!
Anggota Zerox yang melihat semua kejadian itu, memandang Zidan dan Maudy bertanya-tanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mendadak Jadi Ukhti
FantasyWarning!! PART TIBA-TIBA KEACAK SENDIRI, JADI BUAT KETIDAKNYAMANANNYA SAYA MOHON MAAF SEBESAR-BESARNYA. Maudy Putri Salsabila salah satu santriwati di Pesantren Al-Hikmah, Jateng. Cewe berparas ayu dengan bulu mata lentiknya. Cewe dengan almamater...