9. Game

30.5K 4.3K 195
                                    

"Nih An bolumu!" Maudy meletakan totebag isi bolu pandan di depan Juan yang sedang bermain game.

Ini sudah tiga hari dari dia pertama kali memberikan bolu pada Juan.

Dari tiga hari itu juga setiap jam istirahat pertama Maudy akan mengerahkan totebagnya di kantin, katanya jika dia memberikan di awal waktu. "Kalo mau ngasih bolu istirahat aja ya, kalo sebelum bel yang ada gue gak nahan pengen makan terus!"

"Modal lah An, kamu kaya-kaya bolu minta, mana gak nanggung-nanggung, bukannya apa nih An males akutuh bolak-balik ke supermarket," ujar Maudy setelah duduk di samping Amel.

Setelah Maudy bolak-balik membawakan bolu untuk Juan, inti Zerox dan Maudy d.k.k semeja, ya meskipun harus melewati perdebatan kecil dulu kala itu.

Juan mengalihkan pandangannya dari ponsel. "Hm lo tulis aja bahan-bahannya ntar gue kirimin yang banyak buat lo stok," katanya lalu fokus lagi pada ponsel di tangannya.

"Asyik, aye-aye gitu dong, kan tambah cakep anaknya pak Juna!" celetuk Maudy sembari terkekeh.

Juan tidak menganggapi, dia sudah memastikan sendiri bahwa Maudy belum pernah bertemu dengan Ayah-nya, dia juga meragukan Ayah-nya seperti itu mengingat seperti apa Ayah-nya di rumah.

"Ah nih punyamu Put." Maudy menyerahkan totebag lainnya pada Zidan yang tepat berada di depannya.

Segera Zidan membuka totebagnya, hanya ada satu toples padahal Juan dikasih 2 toples, mana tidak penuh.

"Yah Dy? Dikit amat punya gue?" komennya sambil melirik toples Juan yang sudah buat rebutan.

"Gak usah komen kamu Put. Lagian mintanya coklat, kudu misah adonan, kalo mau yang pandan mah aku buatin banyak sekalian," sewot Maudy. Zidan mendengus lalu mencomot satu bolunya.

"Makasihnya jangan lupa ya bujang." Maudy menyindir Zidan, Zidan yang tengah mengamankan bolunya dari Agung berdecih.

"Gung deh, minta sama Juan bae lu!" sentaknya sambil melototi Agung.

Agung berdecak lalu mencomot satu bolu di toples Juan.

Seengganya, meskipun Juan maniak bolu, dia tak 'terlalu' pelit seperti Zidan.

"Pelit!" ejek Agung pada Zidan.

Zidan menggedikan bahunya acuh lalu menoleh pada Maudy yang juga tengah memperhatikannya dengan tatapan jengah.

"Matur nuwun Yu!" katanya, Maudy mendelik lalu melempar sumpit di depannya.

*Makasih Mba

"Cangkemmu!"

"Heh!" Maudy merapatkan bibirnya kala Zidan melototinya dengan tatapan ingin membunuh.

"Ngger ngomong sing bener, cah wadon koh ya!" sentaknya dengan bahasa Jawa, sengaja agar tidak ada yang tahu jika dia sedang menasehati Maudy.

*kalo ngomong yang sopan, anak cewe kok ya

Maudy cemberut. "Aja Yu ya, keton tua banget nyong!" balasnya.

*Jangan Mba ya, keliatan tua banget aku

"Sekarepku lah arep ngundang koe apa." Zidan santai menanggapi Maudy dengan sesekali memakan bolunya.

*Terserah gue lah mau manggil lo apa

"Tabok apa?!" ancam Maudy, dia kesal.

*pukul

"Nyah." Zidan menunjuk lengannya.

Mendadak Jadi UkhtiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang