Maudy cengengesan.
Cewe gila itu mengucapkan syukur berkali-kali setelah dirinya sadarkan diri.
"Akhirnya bisa ngerasain pingsan juga. Uhuy." Cewe dengan baju pendek hitam dan celana boxer hasil colongan itu berjoget ria.
Lihatlah kelakuan gilanya.
Bi Arum yang hendak masuk membawakan makan malam tercengang, bagaimana tidak gila yakan.
Anak majikannya yang baru beberapa menit lalu siuman sudah joget-joget bagai orang gila di atas kasur.
"Non, non Maudy kenapa?" Maudy berhenti bergerak.
Dengan rambut acak-acakan Maudy menggaruk tengkuknya. "Hehe Bibi." Maudy duduk sila di atas kasur yang sudah berantakan.
"Sekarang aku udah pernah ngerasain pingsan dong bi." Maudy menunjukan jempol kanannya. "Hebat kan?"
Bi Arum hampir kehilangan jantung.
Ya ampun, anak majikannya ini memang ajaib.
"Ya ampun non, itu lho cuma pingsan."
"Ya makannya, selama aku hidup kan ini pingsan pertamaku."
"Lah kemaren pas sampe dibawa rumah sakit juga kan non Maudy pingsan."
"Itu ... mati suri."
"O-oh, itu kan gak kerasa, yang ini kerasa," ujar Maudy sambil menggedikan bahunya.
"Lho beda ya?" Bi Arum ikut berfikir. Maudy jengkel, dia juga ikut berfikir kan jadinya.
"Udahlah, lagi gak pengen mikir."
"Iya. Bibi juga udah tua, kalo disuruh mikir jadi pusing." Maudy mendelik.
Kan bi Arum ... gak disuruh mikir.
"Bibi ngapa mriki?"
*ke sini
Bi Arum tersadar, wanita dengan kerudung instant hitam itu menunjukkan nampan berisi makanan.
Maudy memicing, lalu tak lama mendengus.
Sup buntut dan cumi goreng.
"Gak mau itu." Maudy menunjuk nampan yang masih dipegang bi Arum. "Pengen mie sedap," ujarnya.
Bu Arum menggeleng.
Mie instan?
Bahkan tubuh Maudy masih terlihat lemas. Bibirnya pucat, pandangannya sendu pun tadi sewaktu bi Arum cek, suhu tubuh Maudy tinggi.
Dia demam.
"Enon masih sakit, ini dulu ya?" Bi Arum mengangkat lebih tinggi nampan yang dia pegang.
"Enggak. Gak suka."
"Ini kan makanan kesukaan non."
Maudy menggosok alisnya.
Sup buntut dan cumi goreng memang kesukaan Maudy Willona namun, lain dengan Maudy Putri yang tak suka dan tak akan pernah mau mencoba kedua makanan tersebut.
"Mau nasi goreng aja deh," putus Maudy.
"Gak mau ini?" Bi Arum mencoba menawarkan lagi, yang dengan mantap Maudy balas gelengan.
"Ya udah, Bibi masakin nasi goreng dulu ya." Maudy mengangguk.
Bi Arum berlalu.
Maudy menghembuskan nafas pelan.
Matanya memanas.
Mood-nya berubah dalam sekejap.
Perasaan-perasaan duka kembali mendatangi memorinya. Semuanya bagai angin topan, menabrak apa saja kebahagiaan, yang Maudy coba ingat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mendadak Jadi Ukhti
FantasyWarning!! PART TIBA-TIBA KEACAK SENDIRI, JADI BUAT KETIDAKNYAMANANNYA SAYA MOHON MAAF SEBESAR-BESARNYA. Maudy Putri Salsabila salah satu santriwati di Pesantren Al-Hikmah, Jateng. Cewe berparas ayu dengan bulu mata lentiknya. Cewe dengan almamater...