Melly Alfiana Wijaya.
Itu nama asli Melly.
Setelah Maudy kembali bergadang dan mengorek lebih lanjut tentang keluarga Wijaya, sekarang dia bisa menerka-nerka, maksud dan tujuan Melly datang ke keluarga Barganta untuk apa.
Dikenal dengan sosoknya yang anggun dan lemah lembut di kalangan masyarakat, pihak sodara menyatakan bahwa, berita tersebut sangat tidak benar.
Karena nyatanya, sosok lemah lembut tersebut adalah satu-satunya turunan yang sangat gila harta."Selama saya menyandang sebagai ibu tirinya, tak pernah sekalipun dia menghargai saya. Terlebih sehari-harinya, hanya dia gunakan untuk pergi belanja bersama teman-temannya," ujar Dewi, selaku ibu tiri Melly.
"Dia kakak yang gagal," timpal Rafi.
Maudy menguap, hari senin ini sangat-sangat melelahkan.
Setelah dirinya bergadang hingga pukul 3 pagi, dan bangun setengah jam kemudiannya, cewe itu tak henti-hentinya menguap.
"Pagi Bang," sapa Maudy kala keluar kamar bersamaan dengan Argan.
Argan mengernyit melihat wajah lesu adiknya. "Kenapa? Sakit?"
Maudy menggeleng. "I'm okay," balasnya.
Argan hanya mengangguk, meskipun cowo itu tahu bahwa adiknya sedang tak baik-baik saja.
"Gak usah sekolah, kalo masih ngantuk," ujar Argan, setelah melihat Maudy menguap lebar di depannya.
"Gak ngantuk kok. Cuma pengen tidur."
Argan terkekeh, mendekat pada adiknya lalu merangkul membawanya ke ruang makan.
"Bedanya apa pinter." Argan menyentil kening Maudy.
Maudy cemberut namun tak membalas, ngantuknya membuat Maudy lemah.
"Bang?"
"Hm?"
Maudy berkedip. "Ganteng banget. Nikah sana."
Argan mengernyit, terkekeh sebelum menjiwel hidung adiknya. "Belum ada calonnya. Cariin geh."
"Weh kalo mau calon mah banyak."
"Siapa?"
"Ya gak tau namanya, tapi banyak calon yang mau sama abang," ujar Maudy terkekeh. Argan ikut terkekeh.
Tak terasa mereka sudah sampai di meja makan.
Baru ada Anggun dan Dimas di sana.
"Pagi Bun, pagi Yah," sapa Maudy tak lupa mencium pipi keduanya.
Argan dan Dimas memandang Maudy yang tengah mencium Anggun, heran.
Pasalnya, yang mereka berdua tahu Maudy dan Anggun tak lagi dekat setelah Melly datang.
"Ngeliatinnya gak usah gitu juga kali," celetuk Maudy, menyadarkan keheranan Dimas dan Argan.
Anggun terkekeh, meletakan 6 omelet di atas meja.
"U-udah baikan?" tanya Dimas.
"Kek pacaran aja, ditanyainnya udah baikan belum," balas Maudy.
Dimas mendengus, meminum kopinya lalu memandang Maudy sinis.
"Gak dapat ridho sama Zidan, mampus!"
Maudy melotot, memandang ayahnya penuh permusuhan.
"Bunda tak colong, mampus!"
"Heh! Ngelawan bae si bocil!"
"Astaghfirullah, udah aki-aki gak sadar diri."
"Heh!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Mendadak Jadi Ukhti
FantasyWarning!! PART TIBA-TIBA KEACAK SENDIRI, JADI BUAT KETIDAKNYAMANANNYA SAYA MOHON MAAF SEBESAR-BESARNYA. Maudy Putri Salsabila salah satu santriwati di Pesantren Al-Hikmah, Jateng. Cewe berparas ayu dengan bulu mata lentiknya. Cewe dengan almamater...