3. Meja makan

35.9K 5K 251
                                    

Sudah hari ke tiga setelah Maudy keluar dari rumah sakit, baru hari ini dia bisa berangkat sekolah. Karena di sini memang menggunakan jadwal sekolah Senin-jumat tidak seperti dulu di kampung yang kebanyakan memang masih menggunakan jadwal senin-sabtu.

Maudy merapikan seragamnya sekali lagi, baju osis panjang yang sedikit dilipat di bagian tangan, rok abu-abu semata kaki, kerudung segi empat menutupi dada dan juga converse hitam garis putih yang membalut kaki jenjangnya. Jika kalian bertanya apa sebelumnya sudah ada pakaian tersebut di lemari, jawabanya tidak, karena seragam itu baru saja dibelikan oleh bi Arum 2 hari yang lalu.

"Seriusan cantik gini si Maudy. Mana natural banget lagi padahal aku gak pake apa-apa tetep aja cantik. Ck, kalo cewe cantiknya kayak gini semua pasti gak bakalan ada kata-kata mutiara, yang good attitude bakalan kalah sama yang goog looking."

Maudy meraih tasnya di atas kasur lalu keluar kamar, dan kebetulan bersamaan dengan Argan Bisma Barganta, kakak sulung Maudy yang juga baru keluar kamar.

Maudy tersenyum, memperlihatkan dimple-nya."Pagi bang!" sapanya yang dibalas senyuman oleh Argan. Argan yang sudah tampan bertambah tampan kala tersenyum membuat Maudy oleng dibuatnya, ingatkan Maudy buka Maudy yang asli.

Argan di tempatnya sempat tertegun melihat begitu anggun adiknya ini kala memakai pakaian tertutup.

"Ya Allah ganteng banget!!!!" suara pekikan tertahan Maudy membuat Argan mengernyitkan dahinya.

"Apa?" tanyanya.

Maudy gelagapan. "Ah gak bang, ayo turun takut ditungguin Ayah Bunda." Dan perkataan Maudy kali ini membuat Argan tambah mengernyitkan dahinya.

"A-ayah bunda?"

Maudy berkedip polos. "Yaaa ayah bunda ... kenapa emangnya?"

Argan heran, sejak kapan Maudy memanggil Papa Mamanya jadi Ayah Bunda?

Namun karena melihat wajah polos Maudy yang kebingungan dan juga mengingat perkataan bi Arum tempo lalu. "Kata dokter Ayu sih kayaknya rada hilang ingatan mas, soalnya jadi suka lupa, sama bibi juga sempet lupa mas, bahkan sama dokter Ayu juga lupa." Membuatnya urung memperpanjang.

"Ya udah ayok turun bareng abang," ajak Argan yang dibalas antusias oleh Maudy.

"Ayok!"

...

Di ruang makan sudah ada Dimas, Anggun, Bagus dan juga Melly yang sudah bersiap hendak makan.

Hingga derap langkah yang bersautan membuat perhatian mereka terpecah lalu menoleh ke arah tangga dimana Maudy dan Argan yang melangkah bersama dengan senyuman di bibir keduannya.

"Sial! Bang Argan udah mula deket sama anak sialan itu!" geram Melly dalam hatinya.

"Pagi!" Sapa keduanya

"Pa-"

"Pagi Ga, tidur nyenyak semalam kamu nak?" Anggun mengusap pipi Argan di depan Maudy.

Maudy yang melihatnya hanya menggedikan bahunya acuh. Membuat Bagus yang memperhatikannya mengernyit, dia heran mengapa Maudy santai sekali, biasanya jika dirinya diabaikan oleh Anggun pasti akan marah-marah dan berakhir berangkat dahulu tanpa sarapan.

Sedangkan ini? Jangankan marah-marah, malah dengan polosnya dia duduk di kursi lalu meminum air putihnya.

"Ohh mungkin masih akting," pikir Bagus.

...

Maudy meminum susu putihnya ogah-ogahan, dia tak suka susu putih.

"Ish minumnya jangan buat mainan lah, jorok banget!" semprot Bagus pada Maudy. Maudy yang merasa kena semprotan hanya menampilkan deretan giginya lalu terkekeh.

Mendadak Jadi UkhtiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang