14. Perusak suasana

30.1K 4.4K 463
                                    

"Ya ampun Dy, pingsan itu lho." Amel pusing sendiri.

Sendari tadi Maudy terus saja tersenyum bagai orang gila.

Ketiga sahabatnya yang bingung bertanya dan, akhirnya mereka pun hampir menjadi gila karena cerita Maudy.

"Neng jangan gila ih!" Wanda geram. Cewe dengan kardigan biru tua itu memijat keningnya.

"Ya kan ini pingsan pertama aku," ujar Maudy dengan tangan kanan menopang kepala.

Lexa memicing. "Apaan, pas SMP lo sering pingsan ya," ketusnya.

"Hah?"

"Ih iya lho neng. Pas awalan kelas 10 juga mah pernah beberapa kali, yang sampe digendong OSIS itu."

Maudy mendongak, mencoba mengingat kejadian itu dan ... "Lah iya, aku pernah pingsan toh."

"Tapi aku yang asli kan belum."

"Ish bocah!" Maudy nyengir. Lexa berdecak.

Amel mendengus. "Amnes bener-bener amnes," ujarnya.

"Makin gila lo mah neng, pusing gue jadi sahabat lo," ungkap Wanda.

"Ish mengnyebal!"

"Alay anjirr!" Amel bergidik ngeri.

Ibaratnya, dulu Maudy adalah ketua di antara keempatnya.

Pemaksa, suka bully, pemarah, keras kepala, gak mau kalah dan gak mau ngalah, adalah ciri khas seorang Maudy Willona Barganta.

Lalu sekarang? Lihatlah.

Bocah! Gila! Sinting! Bego! Polos lagi!

Bah lawak! Paket lengkap orang lulusan terbaik RSJ.

"Pengen ninggalin, tapi orang sinting kek lo tuh cuma satu!"

Maudy mendelik, apa-apaan Lexa nih.

"Pagi anak-anak!" Pak Teges--guru MTK, memasuki kelas.

Maudy pindah duduk di tempatnya.

Di kursi belakang, bawah jendela dan mepet tembok.

Tempat paling nyaman dan aman. Aman bila-bila ingin tidur, depannya juga ada Dito cowo berbadan gemuk yang terkenal murah hati.

Pak Teges berjalan ke mejanya. Laki-laki dengan baju coklat khas guru itu mengedarkan pandangannya.

"Maudy mana?" Anak sekelas berdecak jengkel.

Setelah Maudy berhijab, Pak Teges sering kali menanyakan Maudy padahal, sebelumnya mereka berdua bagaikan Kak Ros dan Tom temennya Jerry.

Sama-sama pemarah, sama-sama gak mau kalah.

"Segede gaban gini gak keliatan Pak?!" Amel yang duduk semeja dengan Maudy menunjukkan si empu.

Maudy nyengir, melambai pada Pak Teges bersahabat.

"Pak bro!" sapanya.

Pak Arya tersenyum manis. "Maudy!" balasnya. "Udah sarapan kamu?"

Maudy cengengesan. "Belum."

"Lho kok belum?"

"Belum laper."

"Sarapan dulu sana, saya kasih izin setengah jam."

Sekelas heboh, mereka berfikir dengan Maudy mau sarapan dulu, pembelajaran akan ditunda.

"Yang lain tetep belajar! Hari ini ada materi baru."

Serentak mendesah kesal.

Mereka ... bagai anak tiri sekarang.

"Gak deh Pak, nanti aja sekalian istirahat."

Mendadak Jadi UkhtiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang