46. Dieng

11.1K 1.9K 60
                                    

"Seriusan ini yang perlu kita bawa, gak kebanyakan?" Lexa membaca kembali kertas berisi macam-macam keperluan yang hendak mereka bawa.

"Sedingin apa sih, sampe selimut, syal, sarung tangan sama jaket wajib dibawa." Wanda menimpali ucapan Lexa.

Maudy yang tengah melihat-lihat kembali tulisan yang tadi dia tulis menoleh. "Buat kita yang hidup di kota gini ya dingin banget."

"Hm, jadi gak sabar gue." Amel yang sedang merebahkan kepalanya menyahuti.

"Kita naik mobil apa?" tanya Juan.

"Elf." Maudy yang memang ikut merapatkan acara studytour menjawab. "Tapi kemaren aku minta khusus, 10 anak pake mobil pribadi."

"Yang nyupirin siapa kalo pake mobil pribadi?" tanya Wanda bingung.

"Ya kalo mobil cewe bisa aku, mobil cowo ada Putra. Nanti kita bisa tuker-tukeran sama yang bisa nyetir."

"Yakin lo, sini Wonosobo gak deket lho Dy." Mendengar ucapan Amel Maudy dengan yakin mengangguk.

"Iya, tenang aja, bisa kok."

"Butuh elf berapa besok?"

"Kira-kira 6 sih, mengantisipasi barang bawaan."

"Kenapa gak pake efisiensi sih, biar gak banyak mobil?" Agung menyahuti.

"Nanjak jalannya." Maudy meletakkan pensil di atas meja, melipat kedua tangannya rapih lalu memandang teman-temannya. "Bisa sih sebenernya, cuma kan kita nyari amannya. Lagian kalo pake efisiensi pasti bakalan lebih nguras waktu, mobilnya gede soalnya."

Semuanya mengangguk, yang Maudy ucapkan masuk akal.

"Oke deh." Rifan memandang semua teman-temannya. "Pulang sekolah, kita belanja?"

"Oke!"

...

Keesokan harinya, tepat setengah delapan semua anak yang hendak mengikuti acara studytour dikumpulkan.

Bekal nasehat dan juga pesan-pesan disampaikan dengan khidmat oleh kepala sekolah.

"Ingat, jaga sikap dan jangan lupa jaga teman-temannya, tempat yang kali ini kita tuju bukan tempat yang biasa kita kunjungi, jadi jangan gegabah dan seenaknya sendiri, mengerti?"

"Mengerti."

Setelah selesai dengan nasehat nya, Pak Kepala sekolah membimbing anak-anak didiknya untuk berdo'a sesuai kepercayaan masing-masing, dan baru setelah itu baru dipersilahkan untuk menaiki mobil.

"Gaya lo kek mau takziah aja Dy," celetuk Lexa yang duduk di samping kemudi.

Maudy berdecih, menjalankan mobil dan memimpin jalan.

"Gak usah ngece gitu. Ini style paling nyaman yang aku suka," balas Maudy.

Gaya cewe itu memang sangat monoton. Abaya polos berwarna hitam yang sangat kebesaran di badan Maudy dengan paduan kerudung berwarna sedana, tak lupa sneakers Jimin yang sedang menjadi favorit untuknya.

"Lagian lo Dy, kenapa juga kerudungnya item gitu, gue ngeliatnya kek burem bener gaya lo."

Mendengar perkataan Amel, Maudy jadi berfikir, benar juga kenapa tadi dia memakai kerudung hitam, kenapa tidak warna lain yang cerahan?

"Ya nggak tau, wong aku sukanya ini." Saking tak tahunya apa yang hendak dia jadikan jawaban, Maudy hanya memberikan jawaban tak menyakinkannya.

"Udah deh, kalian mending tidur aja. Ini bakal nguras waktu berjam-jam, bisa-bisa sampe setengah hari.

"Terus ninggalin lo nyupir sendiri?" sinis Wanda.

Mendadak Jadi UkhtiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang