47. Maudy, bukan Maudy

11.1K 2.1K 108
                                    

"Jujur atau tantangan?"

Maudy berfikir sejenak, memandang Lexa yang sedang memperhatikannya intes lalu tersenyum setelah mendapatkan satu sinyal.

"Jujur."

Lexa mengeluarkan senyum misteriusnya.

"Oke jujur. Jadi Maudy ..." Lexa menggeser gelas berisi kopinya. "Lo sebenarnya siapa?"

...

Maudy tersenyum samar, tebakannya benar, Lexa pasti akan bertanya demikian.

"Lexa kok nanyanya gitu?" Dengan raut wajah tanpa ekspresinya Maudy bertanya balik. "Aku kan Maudy, SAHABAT kamu."

Lexa terkekeh mengejek kala mendengar jawaban Maudy. "Gue gak sehari dua hari kenal Maudy, sampe-sampe sifat yang 100% berbeda ini gak gue rasain."

Maudy mengerjap sekali, menoleh pada teman-teman lainnya dan mendapati tatapan bertanya pula dari yang lainnya, kecuali Zidan tentunya.

"Xa? Lo, ngelindur apa hah? Dia Maudy sahabat lo, adek gue," sambar Bagus tak terima.

"Tapi nggak." Sebelum Lexa menjawab perkataan Bagus, Wanda turut menyambar. "Maudy emang beda banget sekarang. Gue kira cuma gue yang ngerasain, ternyata nggak."

Wanda memandang semua teman-temannya, Agung dan Amel mengangguk bersama.

"Awalnya gue kira karena efek dari dia amnesia, tapi semakin ke sini gue gak percaya kalo efek amnesia bisa sampe kayak gitu." Wanda menatap Maudy datar.

"Kalian ... kenapa?" Maudy balas menatap Wanda, berganti pada Lexa yang masih memancarkan aura dinginnya, dan Amel yang hanya diam menyimak namun mengiyakan perkataan Wanda dan Lexa. "Baru nanya?"

Maudy menerbitkan senyuman kirinya. "Hm, seneng deh kalian udah nyadar."

"Maksud lo?" tanya Rifan tak paham.

Maudy menoleh pada Rifan, tersenyum manis hingga memperlihatkan lesung pipinya. "Aku bukan Maudy. Eh salah, aku Maudy."

"Hah?"

"Lo bisa serius nggak?" Saking tak sabarnya, Rifan mencengkram lengan Maudy.

"Eh tangannya." Maudy menarik tangannya menjauh. "Aku serius lho, aku Maudy. Kalo gak percaya tanya aja sama Puput."

"Dan?" Rifan berganti menatap Zidan. "Selama ini cuma lo satu-satunya orang yang gue tau gak suka basa-basi. Maudy siapa?"

Zidan yang ditanya seperti itu hanya bisa diam, memandang Maudy yang terlihat santai di saat rahasia terbesarnya akan terungkap.

"Dia Maudy." Dengan tetap memandang Maudy intens Zidan menjawab. "Maudy Putri Salsabila."

"Hah? Lo bercanda, dia adek gue bangsat!" Bagus mendekati Zidan hendak memberikan tonjokan, namun segera Maudy cegah.

"Gak usah ada kekerasan Bang, yang Zidan bilang itu 100% bener."

"Lo ngomong apaan sih hah?" Bagus menatap Maudy dengan sorot marah.

"Abang duduk yang bener dulu, Maudy ceritain sejelasnya." Mendengar perkataan Maudy, Bagus kembali duduk di tempat. Teman-teman lainnya yang tak kalah emosi dengan Bagus tetap memandang Maudy tanpa berpaling.

Maudy memandang semua teman-temannya satu persatu. "Sebelumnya kenalin, aku Maudy, dengan nama samaran Maudy Putri Salsabila dan nama asli Dewi Suhita Ayu Nurmalasari Maudy Putri, cucu perempuan satu-satunya di keluarga Lagares."

Tak ada yang tak terkejut di ruangan itu selain Zidan.

"Lo lagi ngelawak?" Agung, cowo yang biasanya tampil dengan sifat tengilnya itu terlihat serius sekarang. "Bisa, lo serius sebentar?"

Mendadak Jadi UkhtiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang