21. Yang tersayang

26.4K 4.3K 252
                                    

"Astaghfirullah!" Maudy segera menoleh.

Sialan!

Ternyata Melly.

"Oy kembaran setan, kamu mau bikin aku glundung heh?" tanya Maudy marah.

*jatuh

Bagaimana tak marah.

Melly dengan sengaja hendak mendorong Maudy dari tangga.

Bajingan!

Bisa-bisanya, anjing kecil itu bermain tangan seenaknya.

"Hm, gue berharapnya lo jatuhx terus m-a-t-i!" desis Melly berbisik.

Cewe dengan jepitan emas itu menjauh, menekuk kedua tangan di depan dada angkuh.

"Minggir! Gue mau lewat!"

Maudy geleng-geleng, ada ya cewe seanggun penampilan Melly, tapi se-gak beradab gitu?

Maudy merapatkan diri ke tembok, cewe itu memberikan jalan untuk Melly dengan tangan seakan-akan mempersilahkan. "Monggo Nyai," ujarnya.

Melly memandang sinis, cewe itu berjalan dengan meninggalkan satu injakan di kaki Maudy.

Maudy mendengus, mengelus kakinya sayang.

"Sabar ya kaki, bentar lagi makhluk tak beradab itu ketelen bumi nyusul gurunya," ocehnya.

Maudy menghela nafas kasar, bersiap turun untuk memulai drama.

Baik-baik saja.

...

"Prut!"

Cowo dengan baju OSIS tak dikancing itu berhenti.

Berbalik lalu berdecak jengkel.

"Sumpah, nama gue gak bakal bener kalo lo yang nyebut!" kesal Zidan.

Maudy terkekeh, cewe dengan kerudung rabbani putih itu berlari kecil menyusul Zidan.

"Heleh. Panggilan sayang itu lho."

Zidan mendelik. "Sayang apa ngece itu, heh?"

*menghina

"Dua-duanya."

Zidan mendengus. Membenarkan tas hitamnya lalu menaikan alisnya bertanya.

"Rukonya, udah ada?"

Zidan mengangguk, mengambil ponselnya di saku celana lalu mengetikkan sesuatu.

"Kayak gini, mau?" Zidan menunjuk beberapa vfoto.

Maudy meraih ponsel Zidan, melihat dengan saksama 3 foto yang Zidan tunjukan.

"Tingkat?"

"Iya."

"Berapa ratus perbulan?"

"Gratis." Maudy mengalihkan pandangannya dari ponsel.

Cewe itu melirik Zidan.

"Yang bener." Zidan mengangguk. Meraih ponselnya kembali lalu dimasukkannya ke saku.

"Kok gitu?"

"Punya gue."

Maudy mengangap, lalu mengangguk-angguk mengerti.

"Sip. Calon suami idaman. Sekalian perabotannya juga, kalo ekhem, gak ngerepotin," ujar Maudy dengan senyum malu-malu.

Zidan berdecak, cowo dengan double-an kaos hitam itu menyilangkan ke-dua tangan. "Lo emang selalunya ngerepotin."

Maudy mengerjap. Melunturkan senyumannya perlahan.

Mendadak Jadi UkhtiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang