Maudy memakan makan siangnya sendiri. Saat ini sudah pukul 5 sore, dan Maudy baru lapar.
Cewe itu duduk anteng di kursi yang biasa dia duduki kala makan bersama keluarganya, dengan terus memandang seseorang di depannya lekat.
"Bun?"
Anggun menoleh kala Maudy memanggil. Anggun menaikkan satu alisnya, seolah bertanya. "Kenapa?"
"Bunda sehat?" Anggun bertambah mengernyit, lalu setelahnya mengangguk menjawab.
Anggun kembali melanjutkan masaknya karena Maudy hanya diam.
"Bunda ... sayang Udy gak?" Anggun tersentak. Wanita itu berhenti mengoseng masakannya, dengan jeda Anggun menggeleng.
"Gak!"
Maudy memakan tempe gorengnya pelan, menaikkan alisnya karena Anggun terlihat tak nyaman di tempat.
"Tapi ... aku selalu ngerasa Bunda sayang aku." Maudy melihat Anggun mengepalkan tangannya. "Apa ini ... cuma perasaan aku aja?"
Anggun tak membalas, istri dari Dimas Barganta itu kembali mengoseng masakannya.
Maudy menghela nafas, dirinya menyelesaikan makannya, lalu menaruh piring kotor bekas dia makan di wastafel.
Maudy mengernyit kala, matanya itu menangkap sebuah cahaya kecil dari kalung Anggun.
Kayak ...
"Bunda," panggil Maudy. Anggun berdehem menjawab.
"Ini jelek, buang aja." Entah bagaimana caranya, Maudy bisa melepas kaling berbandul berlian itu tanpa melukai Anggun.
Anggun melotot, karena Maudy membuang kalung itu ke wastafel.
Terkena air.
Yang jadi masalahnya.
"Bunda baik-baik aja kan?" Anggun melotot, memandang Maudy penuh amarah. "Bunda selalu diawasi, tapi, mulai hari ini, Maudy bakal lindungi Bunda."
Anggun melebarkan matanya lebih besar, dirinya tergagu.
Maudy?
"Alat sadapnya udah Udy buang, udah kena air juga. Jadi, bunda udah gak diawasi."
Anggun menggeleng. "Ma-Maudy ka-kamu! Sialan! Itu kalung mahal!"
"Maudy gak papa kok. Bunda gak usah terus-terusan ngelindungi Maudy lagi."
Anggun menggeleng, wanita itu menangis sesegukan dengan kepala menunduk dalam.
Maudy maju, merengkuh Anggun erat.
Antara sayang, cinta dan rindu.
"Bunda sekarang udah baik-baik aja, ada Maudy di sini. Yang bakal terus jagain Bunda, sampe kapan pun."
Itu janji Maudy, gadis itu tak ingin Anggun tersiksa terus-terusan karena Melly.
Ah Melly.
Ngomong-ngomong, cewe itu sedang pergi ke rumah sahabatnya.
Entah sahabat yang mana, selalunya pergi setelah pulang sekolah dengan izin ke rumah sahabatnya dan pulang kala waktu sudah hampir tengah malam.
Melly, cewe yang selalu Anggun manjakan, adalah seseorang yang sudah menorehkan luka dalam pada diri Anggun.
Maudy mengangguk berkali-kali kala Anggun terus saja mengucapkan maaf pada Maudy.
"Maaf dek, maaf. B-bunda gak mau kehilangan kamu, maaf." Anggun kembali menangis, kali ini lebih keras.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mendadak Jadi Ukhti
FantasyWarning!! PART TIBA-TIBA KEACAK SENDIRI, JADI BUAT KETIDAKNYAMANANNYA SAYA MOHON MAAF SEBESAR-BESARNYA. Maudy Putri Salsabila salah satu santriwati di Pesantren Al-Hikmah, Jateng. Cewe berparas ayu dengan bulu mata lentiknya. Cewe dengan almamater...