43. Maudy dan Zidan

14.4K 2.3K 109
                                    

"Jadi, semuanya bener, bang Farel pelakunya?"

"Sial!" 11 anak di ruangan itu mendesah kecewa, kecewa akan diri sendiri dan juga pada orang yang mereka sangka baik namun ternyata biang masalah di geng itu.

"Sumpah gue masih gak percaya." Agung meraup wajahnya kasar, duduk bersandar dengan nafas tak beraturan.

Farel Budi Garyama, cowo kuliahan yang menjabat sebagai pelindung anggota di Zerox setahun lalu.
Dikenal sebagai orang yang sangat dermawan dan baik. Terlebih kepada adiknya, Vian. Ya Vian adalah adik kandungnya, yang sangat dia sayangi dan sangat dia jaga keamanannya.

"Kalo dia sendiri yang bunuh Vian, terus alasan dia bunuh diri apa dong?" Aziz, anak kelas 10 member Zerox bertanya.

Juan mengangguk membenarkan. "Itu yang lagi gue pikirin."

"Hm, apa mungkin dia bunuh diri karena ngerasa bersalah?" Jefri menimpali.

"Bisa aja." Rifan memandang semua anak buahnya yang ada di ruangan tersebut. "Yang gue tau, Bang Farel sayang banget sama Vian, gak mungkin dia gak ngerasa bersalah."

"Tapi ..." Zidan menggantung ucapannya, menjeda lama membuat geram anak-anak.

"Tapi apa sialan!" Agung yang tak sabar mendesak.

"Kenapa, Bang Farel juga ngasih racun ke minuman Rifan?" Zidan menghembuskan nafasnya pelan. Cowo itu menunjuk layar laptop yang masih menampilkan video CCTV. "Dan lo semua sadar nggak sih, pas dia nusukin pisau ke dadanya, dia sempet ngobrol sebentar sama Yuda, dan setelah sadar Rifan bakal balik baru cowo itu nusukin diri."

Semuanya melihat kembali video yang tadi mereka abaikan, dan benar yang Zidan katakan, Farel menusuk tubuhnya setelah dia mengobrol sebentar dengan Yuda dan tak lama setelahnya Rifan datang yang lalu menuduh Yuda melakukan itu semua.

"Damn! Anjing banget tuh setan!" Rifan memukul tembok di dekatnya. Jadi, selama ini dia dibodohin oleh egonya sendiri yang tak mau menerima penjelasan Yuda?

"Mereka nggak kayak lagi ngobrol." Juan menimpali. Cowo itu memundurkan durasi video.

"Di sini keliatan banget kalo Yuda marah-marah sama Bang Farel." Juan memperbesar layar.

Agung menunduk semakin dekat dengan Juan, dan ikut mengamati dengan teliti.

"Iya, sebelum Bang Farel bener-bener nusukin dirinya, Yuda juga kayak mau ngegagalin." Semuanya mengangguk mendengar penuturan Juan dan Agung, yang sepertinya benar.

"Jadi, inti dari pembunuhan ini, apa?"

"Dendam!" Ucapan tiba-tiba mengagetkan semua orang.

Dia Yuda, cowo itu datang dengan Tio.

"Gue kira udah selesai diskusinya."

"Lo ngapain ke sini? Bukannya mau ngejagain adek lo?" Rifan bertahan santai, dari nadanya jelas sekali dia seperti gelisah.

Yuda tersenyum miring. "Adek gue udah aman. Lo gak usah khawatir," ejeknya.

Rifan berdecih, Yuda sama saja, menyebalkan.

"Ah ya, gue ke sini mau ngasih ini." Yuda meletakkan pisau lipat berukuran jari kelingking, namun memiliki panjang kira-kira 2 panjang jari manis dewasa.

"Ini?" Bagus bertanya, cowo itu meraih pisau lipat itu dengan wajah penasarannya.

Frl Gym

"Pisau yang Bang Farel pake buat bunuh Vian dan dia sendiri."

"Hah? Bukannya, pisau yang Bang Farel pake, itu pisau buah?" Rifan bertanya keheranan, karena dia ingat dengan jelas ketika Yuda memegang pisau buah dengan banyak darah.

Mendadak Jadi UkhtiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang