38. Acaman untuk Melly

19K 3.3K 241
                                    

"Lo mau pulang kapan?" Maudy membuka matanya.

Setelah menghabiskan 5 batang nikotin, Maudy memang meminta izin untuk tidur sebentar.

Cewe yang masih menggunakan hoodie putih kebesaran milik Yuda dan juga sarung hitam milik Fatih itu beranjak, merenggangkan otot tubuhnya sebentar lalu berdiri.

"Sekarang aja deh." Maudy memandang Zidan yang duduk di sampingnya. "Tapi ... sholat dulu di kamar kakek, biar pulang bisa langsung tidur."

Zidan mengangguk, ikut berdiri dan melihat ke arah Maudy. Cowo itu baru sadar akan pakaian yang Maudy kenakan.

"Lo pake baju siapa?"

"Hah?" Maudy mengerjap, melihat ke arah hoodie dan sarung yang dia pake. "Punya temen."

"Temen? Yuda maksud lo?" tanya Zidan sinis.

Maudy menghela nafas, mengangguk sekali lalu memandang wajah Zidan rendah.

"Gak usah marah."

"Lo diculik beneran sama dia?"

"Gue yang pengen diculik sih."

Zidan menaikan alisnya, lalu tak lama cowo itu menghembuskan nafas lelah. Sudah Zidan duga, Maudy tak mungkin kebawa gengnya Yuda kalau bukan cewe itu sendiri yang mau.

"Lain kali gak usah main-main, bahaya."

"Iya."

"Ya udah, ayo turun." Zidan memimpin jalan, Maudy membuntuti ada rasa tak enak pada diri Maudy setelah melihat wajah kecewa cowo itu.

"Hm, Dan?"

"Kenapa?" tanpa menoleh Zidan menyahuti.

"Gue minta maaf," ungkap Maudy pelan. Zidan berhenti berjalan.

"Buat?" tanya Zidan membalikan badan.

"Udah ngerepotin lo, dan juga udah ngecewain lo."

Maudy memalingkan wajahnya, malu.

Zidan tersenyum manis, mana mungkin dia merasa direpotkan dan juga dikecewakan oleh gadisnya?

"Lo gak ada salah." Zidan menepuk bahu Maudy pelan. "Gue bakal selalu percaya sama lo."

Maudy tersenyum sendu, Zidannya ... memang selalu sama, cowo itu selalu bisa membuatnya stay di tempat.

"Gue sayang lo," gumam Maudy pelan.

Zidan tersenyum, terkekeh sebentar sebelum. "Gue lebih-lebih. Lo adalah wanita pertama dan terakhir buat gue cintai."

Maudy menerbitkan senyum malu-malu, ya baper, ya malu, ya anu itu.

"Emak lo?"

"Ya Bunda number one, lo yang keduanya. Gak cemburu kan?" Zidan bertanya lugu.

Maudy merengut. "Ish apaan sih, ya gak lah."

"Kirain." Zidan terkekeh. "Udah ah, ayo cepetan keburu malem banget."

Maudy mengangguk, lalu setelahnya mereka berjalan beriringan.

...

Ting

"Kan udah kakek bilang, jangan kebanyakan ngerokok."

Maudy mengerjap lucu, padahal baru sampai dia nih.

"Yee kakek su'udzon mulu bawaanya," balas Maudy mengerut.

"Kakek gak su'udzon, baumu itu sampe kecium ke mana-mana." Masih dengan kefokusannya pada laptop Demiane membalas perkataan Maudy.

"Iya deh, kalah aku mah kalo debat sama kakek." Maudy menoleh pada Zidan di sampingnya. "Kek kita ikut sholat di kamar kakek ya?"

Mendadak Jadi UkhtiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang