32. Dua ulet bulu gemes menyebalkan

21.8K 3.9K 364
                                    

"Lo seriusan Dy?"

"Kagak, boongan. Aku ngibul."

"Anjir, gue nanya baek-baek setan!"

"Astaghfirullah." Maudy menggeleng, mengelus dadanya menghadap Agung.

"Ah lo mah gitu Dy."

"Ah kamu mah gitu Gung."

Agung menghela nafas kasar, jengah juga cowo itu.

"Lama-lama gue nikahin juga lo, greget sumpah!"

Maudy mendelik, memperlihatkan hidungnya mengejek.

Agung berdecak, lalu mengambil rokoknya di tas belakang bagian tempat mantel.

Menyalakan nikotin itu lalu menyesap dan menghembuskan asapnya ke wajah Maudy.

Maudy diam, cewe itu malah memejamkan matanya tenang. "Marlboro light cigarette."

Agung mengernyit. "Kok tau?"

"Nebak."

Agung bertambah mengerutkan dahinya, jarang-jarang dia kenal cewe yang tau nama-nama rokok, lebih-lebih hanya baunya saja sudah tahu.

Namun sepertinya Maudy tak ingin memperpanjang pembahasan itu, karena cewe itu lebih memilih terus memejamkan matanya rapat-rapat sembari menikmati harumnya asap rokok.

"Matiin!" Zidan datang dengan dua botol air mineral di tangannya.

"Ck, baru juga gue nyalain!"

Zidan tak menggubris, duduk di kursi kosong depan Maudy dan memberikan satu botol air mineral pada cewe itu.

Agung misuh-misuh, kalau Zidan sudah diam tak mempermasalahkan berarti, Agung tak ada kesempatan untuk berbincang dengan cowo itu untuk beberapa hari ke depan.

"Lo tau Dan, Ma-"

"Hm, tau."

Agung berdecak. "Dari kapan?"

"Lama."

"Ck, sialan lo berdua!" Agung mematikan rokoknya, menaruh pada bungkusnya lagi karena baru terpakai sedikit.

"Kamu gak ngerokok lagi Prut?"

Zidan menoleh pada Maudy sembari meminum air mineralnya.

"Masih."

Maudy memandang Zidan datar, cewe itu memikirkan banyak hal sehingga, rasa pusing bertambah, kian harinya.

"Gak pernah liat."

"Gue ngerokok kalo gak ada lo."

"Hm, jahat."

Zidan tak menghiraukan, cowo itu memilih menaikan satu kakinya pada kursi kantin lalu memandang wajah Maudy yang tak bersahabat.

Sekolah sudah sepi sejak setengah jam yang lalu, namun mereka masih setia nongkrong di sekolah.

Ketiga sahabat Maudy datang, mereka habis membeli jajanan di seberang sekolah.

Tak lama Rifan, Juan dan Jefri pun datang, mereka habis membersihkan taman belakang karena ketauan merokok di jam pelajaran.

"Bagi udud Gung!" Rifan menengadahkan tangannya.

Agung menggeleng. "Gak, kalo mau ngerokok nanti bae. Ntar markas Zerox dibom lagi sama Zidan."

Rifan berdecak, cowo itu duduk di sebelah Agung lalu mencomot plastik cilok milik Lexa.

"Lo kenapa neng, murung bener tuh wajah."

Maudy menoleh lemah, cewe itu menggeleng. "Gak tau. Tapi kerasa aja gitu, cape."

Mendadak Jadi UkhtiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang